Hasil Ringkasan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia, Gunung Merapi terletak di Pulau Jawa, sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sisi lainnya berada pada wilayah administrasi Provinsi jawa Tengah, sisi barat berada dalam administrasi Kabupaten Magelang, sisi utara dan timur berada dalam administrasi Kabupaten Boyolali, serta sisi tenggara berada dalam administrasi Kabupaten Klaten. Periode letusan Gunung Merapi yaitu 4 (empat) tahun sekali, letusan yang terjadi pada tahun 2010 merupakan letusan besar dengan kala ulang 100 tahun sekali. Letusan pada tahun 2010 mengeluarkan sedimen berupa material pasir dan batu kurang lebih sebanyak 140 juta m 3 , material tersebut bersama turunnya hujan terdistribusi pada 15 (lima belas) sungai yang berhulu di Gunung Merapi, salah satunya adalah Kali Pabelan. Berdasarkan peta potensi lahar dari BNPB tahun 2010, Kali Pabelan berpotensi menerima 24 juta m 3 lahar yang dihasilkan dari letusan Gunung Merapi. Gambar I.1 Peta Potensi Lahar Erupsi Gunung Merapi (Sumber: BNPB, Tahun 2010) Peta – peta mengenai potensi lahar, erupsi Gunung Merapi (1911- 2010), inventarisasi kejadian lahar Oktober 2010 s.d. November 2011, distribusi aliran 2 lahar menurut sungai yang berhulu di Merapi disajikan pada Gambar I.2 s/d Gambar I.3. Gambar I.2 Inventarisasi kejadian lahar Oktober 2010 s.d. November 2011 (Sumber: MPBA UGM, Tahun 2011) Gambar I.3 Distribusi Aliran Lahar Menurut Sungai yang Berhulu di Merapi (Sumber: MPBA UGM, Tahun 2011) Erupsi gunung berapi selalu menghasilkan deposisi material vulkanik berupa abu dan debris gunung berapi, yang terendap di lereng badan gunung. Tingginya curah hujan yang jatuh di atas timbunan material vulkanik akan mengalirkan 3 material vulkanik tersebut ke daerah-daerah yang lebih rendah dan bisa menimbulkan bencana banjir aliran debris/lahar yang dampaknya menimbulkan kerugian besar baik secara ekonomi maupun sosial. Material hasil erupsi menyebabkan terjadinya sedimentasi, berkurangnya kapasitas sungai, perubahan morfologi sungai dan pendangkalan sungai. Gambar I.4 Kondisi Sungai Pabelan di bagian tengah (Sumber : Google Earth, 2022) Penanggulangan lahar dingin merupakan upaya untuk mengatasi bahaya sekunder. Pada dasarnya upaya ini adalah mencegah atau mengurangi korban dan kerusakan akibat banjir lahar hujan, disamping upaya untuk memanfaatkan bahan letusan yang mengendap disepanjang palung sungai-sungai sebagai bahan galian golongan C. Prinsip penanggulangan banjir lahar hujan adalah sebagai berikut: - Mengatur dan mengendalikan pengaliran material ke bagian hilir, dengan dam penahan sedimen (sabo dam), consolidation dam, tanggul dan perbaikan alur sungai; dan - Mengatur dan melokalisir penyebaran material dengan tanggul pengarah, kantong lahar dsb. I.2 Rumusan Masalah Sebelum melakukan kajian mengenai pengendalian sedimen di Daerah Aliran Sungai Pabelan dilakukan identifikasi masalah terlebih dahulu, hipotesa awal permasalahan banjir lahar yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai Pabelan antara lain sebagai berikut : Google Earth, tahun 2006 Google Earth, tahun 2014 Google Earth, tahun 2018 4 1. Lokasi kegiatan Sungai Pabelan merupakan kaki Gunung Merapi, rawan terjadi banjir debris ketika erupsi Gunung Merapi yang disertai curah hujan tinggi. 2. Degradasi dan Agradasi sungai. Rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Berapa curah hujan pemicu aliran debris di Sungai Pabelan pasca erupsi Gunung Merapi. 2.