12 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Peningkatan literasi sains di era revolusi industri 4.0 merupakan suatu keharusan. Literasi sains merupakan keterampilan yang sangat diperlukan di abad 21, sehingga penting untuk ditingkatkan (Pujiati, 2019). Namun capaian siswa Indonesia berdasarkan survey PISA pada tahun 2018 menempati peringkat 72 dari 79 negara (OECD, 2018). Sedangkan hasil survey dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011 menempatkan Indonesia pada urutan ke-32 dari 49 negara dengan skor rata-rata 386, sedangkan rata-rata internasional adalah 500. Hasil dari TIMSS 2015 menempatkan Indonesia pada urutan ke- 46 dari 51 negara dengan skor rata-rata 397 (Retnowati, P. dan Ekayanti, A., 2020). Dari hasil survey tersebut dapat disimpulkan literasi sains siswa di Indonesia masih rendah. Salah satu upaya gerakan literasi sains yang dapat diterapkan pada peserta didik yaitu melalui kegiatan praktikum. Dengan melakukan praktikum, peserta didik mampu mengaitkan teori dan fakta berdasarkan pengamatan langsung serta menemukan solusi dari berbagai permasalahan melalui tindakan ilmiah (Jayanti, 2 023). Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Praktikum memegang peranan penting dalam pendidikan sains, karena dapat memberikan latihan metode ilmiah kepada siswa dengan mengikuti petunjuk yang telah diperinci dalam lembar petunjuk. Dengan melakukan kegiatan praktikum, siswa akan menjadi lebih yakin atas satu hal dari pada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa (Rustaman, 2011). Radiasi adalah bagian dari bumi kita yang telah ada sejak lama. Bahan radioaktif alami terdapat pada kerak bumi, lantai dan dinding rumah, sekolah, atau kantor kita, serta pada makanan yang kita makan dan minum. Ada gas radioaktif di udara yang kita hirup.