ANALISIS PERBANDINGAN PEMROGRAMAN PEMELIHARAAN JALAN DENGAN TIPE PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE PATERSON DAN INDONESIAN ROAD MANAGEMENT SYSTEM (IRMS V.3) (STUDI KASUS: JALAN SOEKARNO -HATTA (PALEMBANG)) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ARISKA SARI NIM: 26922007 (Program Studi Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Maret 2024 i ABSTRAK ANALISIS PERBANDINGAN PEMROGRAMAN PEMELIHARAAN JALAN DENGAN TIPE PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE PATERSON DAN INDONESIAN ROAD MANAGEMENT SYSTEM (IRMS V.3) (STUDI KASUS: JALAN SOEKARNO -HATTA (PALEMBANG)) Oleh Ariska Sari NIM: 26922007 (Program Studi Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya) Pemeliharaan jalan menjadi faktor penting dalam penyelenggaran jalan di Indonesia. Saat ini, Direktorat Jenderal Bina Marga telah memiliki aplikasi dalam pemrograman pemeliharaan Jalan Nasional melalui Indonesian Road Management System (IRMS) V.3 yang dapat mengevaluasi kondisi perkerasan dalam bentuk parameter Structural Number (SN) dan Remaining Service Life (RSL). Menurut Urmila (2023), bahwa dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan data yang lebih banyak untuk meningkatkan akurasi dari decision tree IRMS V.3 dalam bentuk Life Cyle Cost Analysis (LCCA) menggunakan beberapa skenario pemrograman pemeliharaaan jalan. Selain IRMS V.3, juga terdapat metode lain yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi perkerasan melalui penurunan nilai IRI, kondisi SN dan RSL yaitu metode Paterson atau HDM-III (1987). Sebagai pembanding, metode AASTHO 1993 juga mengkuantifikasi kondisi struktural perkerasan dalam bentuk Structural Number Effective (SNeff) yang merupakan fungsi dari lapis perkerasan dan kondisi kekuatan tanah dasar dalam bentuk modulus resilien (Mr). Selain itu, pada tahun 2008 Emile Horak mengembangkan suatu metode evaluasi kondisi lapis perkerasan menggunakan pendekatan data struktural melalui metode deflection bowl untuk menemukan indikasi lokasi kerusakan pada sistem perkerasan. Berdasarkan hasil evaluasi kondisi perkerasan dengan pendekatan beberapa metode tersebut, dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan pengembangan skenario program pemeliharaan selama 15 tahun dengan menagcu pada decision tree IRMS V.3. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan nilai Structural Number (SN), Remaining Service Life (RSL), dan International ii Roughness Index (IRI) yang dihasilkan oleh masing-masing metode, dimana metode yang menghasilkan parameter evaluasi perkerasan paling optimis adalah metode Paterson dengan SNC dan metode IRMS V.3 dengan input data lendutan menghasilkan parameter evaluasi perkerasan yang paling pesimis. Dari beberapa skenario yang telah dikembangkan diperoleh hasil bahwa skenario yang direkomendasikan adalah skenario do minimum dengan metode Paterson yang menggunakan pendekatan data lendutan (SNeff) dimana biaya yang dihasilkan paling rendah dan kondisi jalan berada dalam kategori sedang dan sisa umur perkerasan moderat. Kata-kata Kunci: Deterioration, IRMS V.3, LCCA, RSL, SN, IRI, Paterson, Skenario iii ABSTRACT COMPARATIVE ANALYSIS OF ROAD MAINTENANCE PROGRAMMING FOR FLEXIBLE PAVEMENT USING PATERSON AND INDONESIAN ROAD MANAGEMENT SYSTEM (IRMS V.3) METHODS (CASE STUDY: SOEKARNO-HATTA ROAD (PALEMBANG)) By Ariska Sari NIM: 26922007 (Master’s Program in Highway Engineering and Development) Road maintenance is an important factor in organizing roads in Indonesia. Currently, the Directorate General of Highways has an application in National Road maintenance programming through the Indonesian Road Management System (IRMS) V.3 which can evaluate pavement conditions in the form of Structural Number (SN) and Remaining Service Life (RSL) parameters. According to Urmila (2023), further research is needed with more data to improve the accuracy of the IRMS V.3 decision tree in the form of Life Cyle Cost Analysis (LCCA) using several road maintenance programming scenarios. In addition to IRMS V.3, there are also other methods that can be used to predict pavement condition through IRI impairment, SN condition and RSL, namely the Paterson or HDM-III (1987) methods. In comparison, the 1993 AASTHO method also quantifies the structural condition of the pavement in the form of Structural Number Effective (SNeff) which is a function of the pavement layers and the subgrade strength condition in the form of resilient modulus (Mr). In addition, in 2008 Emile Horak developed a pavement condition evaluation method using a structural data approach through the deflection bowl method to find indications of damage locations in the pavement system. Based on the results of the evaluation of the pavement condition with the approach of several methods, in this study further developed a maintenance program scenario for 15 years by using the IRMS V.3 decision tree. iv Based on the research, it was found that there are differences in the Structural Number (SN), Remaining Service Life (RSL), and International Roughness Index (IRI) values produced by each method, where the method that produces the most optimistic pavement evaluation parameters is the Paterson method with SNC and the IRMS V.3 method with deflection data input produces the most pessimistic pavement evaluation parameters. From several scenarios that have been developed, the results show that the recommended scenario is the do minimum scenario with the Paterson method using the deflection data approach (SNeff) where the lowest cost is generated and the road condition is in the medium category and the highest remaining pavement life. Key Words: Deterioration, IRMS V.3, LCCA, RSL, SN, IRI, Paterson, Scenario.