48 BAB IV GAMBARAN UMUM PROSES EKSTRAKSI EMAS PT. Antam tbk Studi kasus dalam penelitian ini dilakukan di PT. Antam tbk Pongkor di Bogor. Salah satu keunikan dari PT. Antam tbk Pongkor adalah keberadaannya yang bersebelahan dengan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) dan hutan produksi, sehingga memerlukan persyaratan yang lebih berat untuk memperoleh perizinannya; antara lain diperlukan rekomendasi Menteri Kehutanan, Menteri Lingkungan Hidup, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan dari tim Pengarah yang beranggotakan Instansi terkait. Wilayah Kuasa Pertambangan (KP) PT. Antam tbk Pongkor berada dalam areal KP Eksplorasi DU – 888 Jawa Barat dengan luas areal 8.826 hektar, sedangkan KP Eksplorasi KW 98 PPO 138 mencakup areal seluas 6.047 hektar. IV.1 Proses Ekstraksi Emas 1. Crushing Proses pengecilan ukuran bijih emas dari tambang dilakukan melalui dua tahap pemecahan (primary dan secondary crusher), sehingga diperoleh bijih berukuran lebih kecil dari 12,5 mm. 2. Milling Bijih emas dari proses crushing selanjutnya digerus di dalam dua unit ballmill, dengan kapasitas masing – masing 22,7 dmt/jam dan 32,7 dmt/jam. Produk milling berupa lumpur dengan kehalusan 80% lolos 200 mesh (-74 mikron). 3. Leaching dan Carbon in leach Produk dari ballmill selanjutnya masuk ke dalam tangki leaching. Logam emas dan perak dilarutkan secara selektif menggunakan larutan sianida dengan konsentrasi 700 – 900 ppm. Kapur ditambahkan untuk menjaga pH sekitar 10 – 10,5, sedangkan penambahan lead nitrat dilakukan sebagai katalis pelarutan perak. 49 Selanjutnya proses pelarutan ini dilakukan secara serentak dengan proses absorpsi, dimana emas perak yang terlarut diserap oleh karbon aktif. Proses ini dikenal dengan istilah proses sianidasi – Carbon In Leach. Leaching adalah proses selektif ekstraksi logam dari bijih, dalam kasus ini, adalah sianidasi emas. Emas yang berasal dari bijih diubah menjadi aurosianida metalik kompleks ion yang dapat larut. Reaksi pelarutan Au dan Ag dengan sianida menggunakan teori oksigen Elsner adalah sebagai berikut : 4Au + 8NaCN + O 2 + 2H2O 4NaAu(CN)2 + 4NaOH 4Ag + 8NaCN + O 2 + 2H2O 4NaAg(CN)2 + 4NaOH Lumpur dengan aliran ke atas ke dalam tangki Carbon in leach dimana emas yang mengalami pencucian diserap oleh karbon aktif; proses plant I mempunyai lima tangki Carbon in leach dengan volume 290 m 3 dan proses plant II mempunyai dua tangki Carbon in leach dengan volume 340 m 3 dan lima tangki Carbon in leach dengan volume 290 m 3 . Pergerakan Aliran slurry dan karbon aktif sesuai dengan perhitungan sekarang. Di dalam tangki terakhir, bahan segar atau kering diletakkan dalam larutan tailing dengan kontak yang mempunyai kualitas rendah. Dalam hal ini, karbon yang masih segar mempunyai aktifitas yang tinggi dan bisa menyerap sejumlah emas. Seperti bergerak naik pada tangki yang seri, karbon akan memuat lebih banyak emas dan perak, terjadi kontak yang tinggi dengan larutan yang berkualitas. Pada setiap tangki Carbon in leach, lapisan antartahapan terdapat lubang sebesar 0,5 mm dengan tipe kambalda, untuk melindungi karbon mengalir ke tangki berikutnya bersama dengan slurry. Gerakan karbon dengan memompa slurry dengan karbon melalui transfer lapisan karbon untuk kembali ke tangki slurry sebelumnya. Persediaan karbon aktif dalam tangki Carbon in leach adalah 20-30 g/l (gram karbon per liter slurry) di dalam tangki Carbon in leach pertama, 10 g/l dalam tangki pertengahan, dan 30 g/l dalam tangki Carbon in leach terakhir. 50 Muatan konsentrasi karbon (tangki Carbon in leach pertama) biasanya dapat menangkap 1000 gram emas per ton karbon (g/t Au) setiap hari. Muatan karbon diambil keluar dari Carbon in leach dengan proses pemompaan karbon sebelum menjalani elution. Parameter proses yang harus di jaga pada proses leaching : x Ukuran butir dari bijih Tergantung jenis mineralnya, untuk PT. Antam tbk 80% - 200 smesh (-74 mikron). x Kekuatan sianida Semakin agresif sianida (konsentrasi semakin tinggi) maka reaksi akan semakin cepat, untuk PT. Antam tbk konsentrasi NaCN sebesar 750 – 850 ppm. x Dissolved oksigen Tergantung jenis mineralnya, namun umumnya semakin tinggi oksigen maka reaksi juga semakin cepat. Tetapi ternyata berdasarkan teori limiting rate didapatkan bahwa perbandingan sianida dan oksigen dalam larutan adalah tetap yaitu 6 (enam) sehingga jika sianida berlebih maka yang menentukan kecepatan reaksi adalah kelarutan oksigen, demikian pula sebaliknya. Standar parameter untuk dissolved oksigen di PT. Antam tbk adalah 6-8 ppm. x pH 10 – 10,5 jika pH < 10 maka gas HCN yang terbentuk semakin banyak. Gas HCN tidak mempunyai kemampuan untuk melarutkan Au dan Ag sehingga perolehan kembali Au dan Ag akan turun.