28 Bab III Metode Penelitian III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat berbeda, pada tempat pertama dilakukan pengambilan sampel penutur berbahasa Jawa di Madrasah Aliyah Darunnajah Desa Ngemplak Kidul Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sedangkan, pada tempat kedua untuk mengambil sampel penutur berbahasa Indonesia di SMA Perguruan Cikini, Jakarta Pusat. Penelitian dilaksanakan dari 5 – 9 April 2023. III.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini merupakan penutur Bahasa Jawa dan penutur Bahasa Indonesia. Namun, karena banyaknya jumlah populasi, maka studi dispesifikasi pada pengkajian Bahasa Jawa dialek Pati, Jawa tengah. Sedangkan, pada penutur Bahasa Indonesia dispesifikasi pada pengkajian Bahasa Indonesia daerah Cikini, Jakarta Pusat. Sampel yang digunakan pada masing – masing penutur adalah 60 naracoba, dengan total 120 sampel secara keseluruhan dengan variasi jenis kelamin. Penggunaan 60 sampel ini dimaksudkan penulis supaya didapatkan data yang representatif. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, satu sampel yang baik pada studi fonetik sebenarnya sudah cukup untuk dianalisa dalam penelitian (Zaim, 2014). Sehingga, penggunaan sampel yang banyak, akan menghasilkan ketelitian data yang tinggi. Sampel terbedakan menjadi 2 kategori yakni kelompok laki – laki (L) sebanyak 30 dan perempuan (P) sebanyak 30 pada masing – masing sampel berbahasa Jawa dan Indonesia. Sampel penelitian harus memenuhi kategori berupa: 1) tidak cacat lisan, 2) bukan merupakan penutur dwibahasa secara aktif, 3) penutur aktif dalam kehidupan sehari – hari (sangat minim penggunaan bahasa lain dalam interaksi sosial yang dilalui). 29 Konteks ‘tidak cacat lisan’, diartikan bahwa sampel tidak memiliki gangguan pengucapan artikulasi. Seperti, rongga mulut yang terlalu sempit sehingga menyulitkan lidah menghasilkan suara resonansi, lidah menjulur, bibir sumbing atau langit-langit pendek, struktur gigi yang tidak normal atau cacat yang menyebabkan oklusi gigi, pangkal tenggorokan berada di leher atas, otot wicara lemah yang terkait dengan lidah, bibir, langit-langit dan otot pernafasan. Selain itu, sampel bukanlah penyandang down syndrome, di mana penyandang down syndrome memiliki artikulasi vokal berbeda, karena kondisi cleft palate (sumbing), kelainan pita suara, lidah terlalu tebal dan tipis (Oktaviani dkk., 2019). Guna memastikan kriteria bebas cacat lisan terpenuhi, maka setiap sampel menandatangani informed consent yang dibuat peneliti, dengan salah satu poin menyatakan bebas cacat lisan. Konteks ‘bukan merupakan penutur dwibahasa’ dalam kriteria memiliki arti penggunaan Bahasa lain selain Bahasa Jawa atau Bahasa Indonesia sangat jarang digunakan. Usia sampel dibatasi dari 16 – 17 tahun. Pembatasan usia ini bertujuan agar pemetaan frekuensi dasar dan forman penutur Bahasa Jawa usia 16-17 dapat dilakukan untuk selanjutnya dapat menambah referensi dalam dunia akademik jika dibutuhkan kedepannya. III.3 Tahapan Penelitian Penelitian ini dimulai dari studi literatur untuk menemukan latar belakang masalah dan memahami teori dasar terkait fonetik akustik. Setelah itu, dilakukan pengambilan data dengan metode observasi pada sampel. Pengambilan data ini hanya dilakukan dengan merekam bunyi pervokal dari sampel. Setiap sampel direkam dalam pengucapan bunyi 10 jenis vokal [i], [I], [e], [ɛ], [a], [ə], [ɔ], [o], [U], dan [u] dalam waktu 3 detik menggunakan voice recorder dari dari laptop ASUS tipe A509 UJ, yang dihubungkan dengan microphone peredam suara Logitech H390 yang dilengkapi dengan fitur noise reducing. Jarak antara microphone terhadap subyek dikontrol selalu tetap pada 10 cm (Pareek dan Sharma, 2016). 30 File rekaman suara dianalisis menggunakan perangkat lunak PRAAT 6.0.25 untuk mengekstraksi frekuensi dasar (pitch) dan empat frekuensi forman. File data mentah berupa rekaman suara kemudian file audio diproses menjadi spektrogram rekaman vokal, yang kemudian didapatkan hasil frekuensi dasar dan formannya. Frekuensi dasar dan empat frekuensi forman dibandingkan untuk subyek penutur Bahasa Jawa dan penutur Bahasa Indonesia. Berdasarkan data yang didapatkan akan dianalisa untuk diketahui persamaan maupun perbedaannya. Gambar III.1 Diagram tahapan penelitian Pada analisis data, frekuensi dasar dan forman untuk setiap jenis vokal yang diperoleh dari dua kelompok subyek (laki-laki dan perempuan), kemudian dibandingkan untuk mengetahui nilai perbedaan masing masing 10 vokal, menggunakan uji parametrik Equal Variance Two Tailed T-Test pada masing – masing vokal guna mengetahui hasil hipotesis yang didapat. (a) (b) Gambar III.2 Pengambilan data pada sampel (a) tampak depan, (b) tampak samping 31 III.3.1 Alat Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga alat utama. Alat pertama yakni voice recorder yang merupakan perangkat bawaan dari laptop ASUS tipe A509 UJ. Alat kedua adalah microphone Logitech H390 dengan dilengkapi fitur noise reducer. Sedangkan alat terakhir adalah perangkat lunak PRAAT 6.0.25 yang digunakan selama akuisisi data. III.3.1.1 Perekam Suara Penelitian ini menggunakan alat perekam suara (voice recorder) bawaan dari laptop ASUS tipe A509 UJ. Alat perekam suara ini dapat diakses melalui aplikasi voice recorder. Logo pada perekam digambarkan dengan sebuah microphone. Audio dan speaker pada ASUS A509 UJ yang digunakan sebagai perekam suara memiliki rincian sebagai berikut; SonicMaster, Audio oleh ICEpower, built-in speaker, dan built-in microphone. Keunggulan dengan penggunakan ICEpower menjadikan voice recorder pada laptop ini menjadi lebih bersih dengan adanya noise filter. Recording mode akan memastikan bahwa semua kualitas rekaman terdengar jelas dan seimbang walaupun terdapat distorsi frekuensi saat perekaman (Microsoft Team, 2019). Gambar III.3 Menu tampilan perekam suara pada ASUS A509 UJ Gambar III.3 merupakan tampilan menu perekam suara. Terdapat tombol dengan simbol microphone yang digunakan untuk melakukan proses perekaman. Selanjutnya terdapat berkas rekaman yang dapat diakses disebelah kanan tombol 32 microphone, dan akan memutar rekaman saat kita menekan tombol play. Sementara, dipojok kanan bawah dilengkapi dengan menu share untuk membagikan berkas secara daring, trim untuk melakukan edit berkas berupa memotong sinyal suara yang tidak diperlukan, rename untuk melakukan penamaan berkas, delete untuk menghapus berkas, dan setting untuk melakukan pengaturan. III.3.1.2 Microphone Peredam Kebisingan Mikrofon peredam kebisingan diperlukan untuk meminimalisir gangguan suara pada latar saat pengambilan data sinyal suara dilakukan. Dengan demikian, maka sinyal suara yang ditangkap dapat diolah frekuensi dasar dan forman nya secara lebih akurat. Mikrofon peredam suara yang digunakan pada penelitian ini adalah Logitech H390 yang berjenis headband. Pemilihan mikrofon berjenis headband dilakukan agar menjaga jarak mikrofon terhadap artikulator mulut naracoba secara konstan sebagai variabel kontrol. Pertimbangan lain pemilihan H390 yang menggunakan kabel. Penggunaan kabel dapat memastikan tidak adanya distraksi sinyal bluetooth atau lainnya selama proses perekam suara naracoba. Gambar III.4 Logitech H390 (Logitech Team, 2023) Fitur utama H390 adalah adanya keunggulan noise-cancelling.