99 Bab V Kesimpulan V.1 Kesimpulan Dari hasil analisis hidrolika dan sedimentasi di atas, dapat terlihat bahwa: 1. Setelah dibangun terowongan, terdapat peningkatan kecepatan aliran pada bagian hulu terowongan, sebesar 2-10% dan penurunan muka air pada hulu terowongan sebesar 1-20%. 2. Secara umum perubahan morfologi sungai pada wilayah hulu Curug Jompong sebelum terowongan dibangun adalah cenderung mengalami agradasi sedangkan untuk hilir Curug Jompong bervariasi terjadi degradasi dan agradasi. 3. Sesudah terowongan dibangun perubahan morfologi sungai pada hulu terowongan adalah cenderung mengalami agradasi namun lebih rendah jika dibandingkan dengan sebelum terowongan dibangun sedangkan untuk hilir terowongan terjadi agradasi yang cukup besar pada hilir model jika dibandingan dengan sebelum dibangunnya terowongan. 4. Pada inlet terowongan terdapat deposisi sedimen yang cukup besar yang berpotensi mempengaruhi aliran sungai. 5. Pada hilir aliran, terdapat peningkatan jumlah sedimen keluar menuju Waduk Saguling dari hulu Sungai Citarum setelah terowongan dibangun sebesar 100,000m 3 dalam kurun waktu 2 tahun. V.2 Saran Merujuk pada hasil analisis hidrolika yang telah dilakukan, beberapa usulan penanganan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan terowongan diusulkan. Bangunan yang diusulkan sebagai dampak dari pembangunan antara lain: 1. Bangunan penangkap sedimen (sediment trap) setelah terowongan yang dilengkapi dengan suction dredger untuk maintenance yang ditenagai oleh terjunan yang berasal dari aliran dari terowongan 2. Membuat pola operasi penanganan sedimen di sungai sekitar struktur terowongan 100 3. Memasang sistem Acoustic Doppler Current Profiler (ADCP) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap usulan-usulan di atas baik dari segi teknis, ekonomi, lingkungan, maupun sosial. Diharapkan adanya kerjasama antara Pemerintah Pusat, dalam hal ini BBWS Citarum dengan Pemerintah Daerah dan pihak BUMN/BUMD/Swasta untuk melakukan penanggulangan terhadap dampak yang terjadi..