5 Bab II Tinjauan Pustaka Struktur perkerasan jalan dibedakan berdasarkan bahan pengikatnya terdiri dari: 1. Struktur perkerasan lentur (flexible pavement) 2. Struktur perkerasan kaku (rigid pavement) 3. Struktur perkerasan komposit (composite pavement) Perkerasan kaku adalah perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Fungsi utama perkerasan kaku adalah untuk memikul beban lalu lintas secara nyaman dan aman selama umur rencana dan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Gambar II. 1 Tipikal potongan melintang struktur perkerasan kaku (Sumber : MDPJ No.02/M/BM/2017) II.1 Struktur Perkerasan Kaku Perkerasan kaku (rigid pavement) didefinisikan sebagai struktur perkerasan yang terdiri dari plat beton semen yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan aspal sebagai lapis permukaan. Gambar II. 2 Bagian-bagian dalam struktur perkerasan kaku (Sumber : Modul Perkerasan Kaku BPSDM PU, 2017) 6 Perkerasan beton semen sebagai perkerasan kaku bersifat sebagai single layer system, terdiri atas Plat Beton Mutu Tinggi sebagai lapis pondasi, yang berfungsi memikul seluruh beban lalu lintas diatasnya untuk diteruskan ke tanah dasar pada daerah yang relatif jauh lebih luas dibandingkan dengan perkerasan lentur, sehingga tegangan maksimum yang diterima oleh tanah dasar sangat kecil (0,2 – 0,3 kg/cm 2 ). Jenis-jenis perkerasan beton semen yaitu: 1. Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed Unreinforced/Plain Concrete Pavement/JPCP); 2. Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed Reinforced Concrete Pavement/JRCP); 3. Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan (Continuosly Reinforced Concrete Pavement/CRCP); 4. Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement/PCP). II.2 Beton Beton merupakan campuran dari beberapa material, dimana bahan utamanya terdiri dari campuran semen, agregat halus, agregat kasar, air dengan atau tanpa bahan lain dengan perbandingan tertentu. Karena beton merupakan komposit (campuran) maka kualitas beton dipengaruhi oleh kualitas dari masing-masing material pembentuk (Kardiyono T., 2007). Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mendapatkan beton yang memiliki kuat tekan (compressive strength) tinggi, mudah dikerjakan (workability), tahan aus dan lama (durability) serta murah (ekonomis). Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan per satuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari suatu struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan (Mulyono : 2004). Selain memiliki kuat tekan, beton juga memiliki kuat lentur. Kuat lentur beton adalah nilai tegangan tarik yang dihasilkan dari momen lentur dibagi dengan momen penahan penampang benda uji. 7 Ketentuan minimum untuk kuat lentur pada umur 28 hari untuk Perkerasan Beton Semen dijelaskan pada Tabel II.1 berikut. Tabel II. 1 Kuat Lentur Minimum untuk Perkerasan Beton Semen Uraian Metoda Pengujian Nilai Kuat Lentur pada umur 28 hari (1) untuk Beton Percobaan Campuran (2) min. (MPa) SNI 4431:2011 4,7 (3) Kuat Lentur pada umur 28 hari (1) untuk pada Perkerasan Beton Semen (3) (pengendalian produksi) min. (MPa) SNI 4431:2011 4,5 (3) Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 Revisi 2 Catatan: (1) : Beton untuk Perkerasan Beton Semen Fast Track hingga umur 8 jam dan 24 jam sesuai dengan mata pembayaran yang diuraikan pada Pasal 5.3.10.2) (2) : Ukuran balok uji 500 mm x 150 mm x 150 mm dengan jarak antar perletakan 450 mm dan masing-masing jarak kantilever 25 mm (3) : Beton untuk Perkerasan Beton Semen dalam pekerjaan permanen harus memenuhi ketentuan kuat lentur minimum untuk Beton Perkerasan yang diberikan dalam Tabel. Target nilai kuat tekan minimum untuk pengendalian produksi dapat disesuaikan berdasarkan hubungan nilai kuat lentur dan kuat tekan yang dicapai untuk serangkaian pengujian yang tidak kurang dari 16 pengujian, 8 pengujian untuk kuat tekan dan 8 pengujian untuk kuat lentur pada rancangan yang disetujui. Penyesuaian Nilai Kuat Tekan minimum untuk pengendalian produksi yang diberikan dalam Tabel akan mengikuti perintah atau persetujuan dari Pengawas Pekerjaan. II.3 Bahan Campuran Beton Bahan campuran beton terdiri atas agregat kasar, agregat halus, semen, air dan bahan tambah (additive). Bahan tambah (additive) tidak selalu digunakan dalam campuran beton. II.3.1 Agregat Agregat adalah partikel-partikel butiran mineral yang digunakan dengan kombinasi berbagai jenis bahan perekat membentuk massa beton atau sebagai bahan dasar jalan, backfill, dan lainnya (Atkins, 1997). Material agregat yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan tugas utamanya untuk menahan beban lalu lintas. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih diolah lagi dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga didapatkan ukuran sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Mutu, keawetan dan daya dukung dari perkerasan sangat dipengaruhi 8 oleh karakteristik dari agregat. Sebelum digunakan sebagai bahan campuran dalam perkerasan jalan, harus dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan di laboratorium untuk mengetahui karakteristiknya. Properti utama dari agregat untuk perkerasan jalan adalah bentuk (shape), kekuatan (strength), kekasaran (roughness), dan pelapukan (soundness). Menurut Kerbs dan Walker (1971), gradasi batuan dapat dibagi menjadi 3 yaitu: a. Gradasi menerus (Well/dense graded) yaitu gradasi yang mempunyai ukuran dari butiran terbesar sampai ukuran terkecil untuk menghasilkan suatu campuran perkerasan yang mempunyai stabilitas tinggi b. Gradasi timpang atau terbuka (gap/open graded) yaitu gradasi yang dalam distribusi ukuran butirannya tidak memiliki satu atau beberapa ukuran butiran tertentu c. Gradasi seragam (uniform atau one size graded) yaitu gradasi yang dalam ukuran butirannya mengandung ukuran butiran yang hampir sama. Pada dasarnya, agregat terdiri dari dua jenis yaitu agregat kasar dan agregat halus. Perbedaan dari kedua jenis ini terletak pada ukuran 2 mm. Agregat dengan ukuran di atas 2 mm dikategorikan kedalam agregat kasar, sedangkan agregat dengan ukuran di bawah 2 mm dikategorikan kedalam agregat halus (BS EN 13043-2002). II.3.1.1 Agregat Kasar Fraksi agregat kasar terdiri atas batu pecah atau kerikil pecah dan harus disediakan dalam ukuran-ukuran normal. Menurut BS.594 (1992), agregat kasar mempunyai peran sebagai pengembang volume mortar, menjadikan campuran lebih ekonomis, meningkatkan ketahanan mortar terhadap kelelehan (flow) dan meningkatkan stabilitas. Agregat kasar ini menjadikan perkerasan lebih stabil dan mempunyai skid resistance (tahanan terhadap selip) yang tinggi sehingga lebih menjamin keamanan berkendara. Agregat kasar yang mempunyai bentuk butiran (particle shape) yang bulat memudahkan proses pemadatan, tetapi rendah stabilitasnya, sedangkan yang berbentuk menyudut (angular) sulit dipadatkan tetapi mempunyai stabilitas yang 9 tinggi. Agregat kasar harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.