54 Bab V Hasil dan Pembahasan V.1 Analisis Data Topografi Secara umum DAS Citarum hilir berada pada rentang ketinggian 0- 2000 mdpl dengan kemiringan lereng sangat curam hingga datar. Sebagian besar wilayah DAS Citarum Hilir didominasi oleh kemiringan datar dengan persentase luas sebesar 34.1 %. Semakin curam persentase luasannya wilayahnya semakin kecil seperti yang terdapat pada Tabel IV.1. Secara spasial, wilayah kemiringan datar berada di bagian utara (hilir) dari DAS, sementara kemiringan agak curam hingga sangat curam berada di bagian hulu, sisi timur (Sungai Cikao) dan sisi barat (Sungai Cibeet). Peta topografi dan kemiringan lereng DAS Citarum Hilir dapat dilihat pada Gambar IV.V.1 di bawah ini. Gambar V.1 Peta Topografi DAS Citarum Hiir 55 Gambar V.2 Peta Kemiringan Lereng DAS Citarum Hilir Tabel IV.1 Presentasi Kemiringan Lereng DAS No Kelas Kemiringan [%} Luas [km2] % 1 Datar 0-8 541.6 34.1 2 Landai 8-15 442.1 27.8 3 Agak Curam 15-25 312.5 19.7 4 Curam 25-40 169.4 10.7 5 Sangat Curam >40 123.3 7.8 Total 1588.9 100.0 Berdasarkan peta tutupan lahan KLHK tahun 2012, Sebagian besar wilayah DAS Citarum Hilir di bagian hulu didominasi oleh penutup lahan sawah (32.7 %), pertanian lahan kering (20%), dan pertanian lahan kering bercampur semak (20.1%). Sementara sisanya berupa Permukiman, Perkebunan, hutan dll. Secara spasial, sawah terkonsentrasi di bagian hilir DAS, sementara pertanian lahan kering tersebar dari hilir hingga ke bagian hulu. Peta Penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar IV. 4 di bawah ini. 56 Gambar V.3 Peta Penggunaan Lahan DAS Citarum Hilir Tabel IV.2 Presentase Penggunaan Lahan No Nama Luas [km2] % 1 Hutan Lahan Kering Sekunder 54.3 3.4 2 Hutan Tanaman Industri 132.8 8.4 3 Perkebunan 64.7 4.1 4 Permukiman 139.9 8.8 5 Pertanian Lahan Kering 317.9 20.0 6 Pertanian Lahan Kering Bercampur dengan Semak 318.6 20.1 7 Rawa 0.1 0.0 8 Sawah 519.0 32.7 57 9 Semak/Belukar 16.0 1.0 10 Tambak 0.5 0.0 11 Tanah Terbuka 8.8 0.6 12 Tubuh Air 16.2 1.0 Total 1588.9 100.0 Di DAS Citarum Hilir terdapat 6 jenis tanah berdasarkan data peta tanah Harmonized World Soil Database (HWSD) FAO. Berdasarkan Tabel IV.3, Jenis tanah dominan adalah Orthic Acrisols dengan persentase luas sebesar 48%. Jenis tanah Orthic Acrisols tersebar di bagian tengah, dan hulu DAS, baik bagian sungai Cikao maupun Sungai Cibeet. Jenis tanah Chromic Vertisols memiliki persentase luas sebesar 22.7% yang sebarannya terkonsentrasi di bagian tengah khususnya bagian sungai Cibeet. Jenis tanah Calcaric Fluvisols berada di bagian hilir hingga muara dengan persentase luas 14.1%. Di bagian tengah terdapat pula jenis tanah Dystric Nitosols dengan luas persentase 10.2%. Sisanya adalah Humic Andosols (2.2%) dan Ochric Andosols (2.7%) yang sama-sama berada di bagian paling hulu DAS Citarum Hilir. Peta Jenis Tanah DAS Citarum Hilir dapat dilihat pada Gambar IV.4 di bawah ini. 58 Gambar V.4 Peta Jenis Tanah DAS Citarum Hilir Tabel IV.3 Presentase Jenis Tanah No Jenis Tanah Tekstur HSG Luas [km 2 ] % 1 Calcaric Fluvisols loam B 224.5 14.1 2 Chromic Vertisols clay (light) D 360.4 22.7 3 Dystric Nitosols clay (light) D 162.0 10.2 4 Humic Andosols loam B 35.7 2.2 5 Ochric Andosols loam B 43.1 2.7 6 Orthic Acrisols sandy clay loam C 763.2 48.0 Total 1588.9 100.0 59 V.2 Analisis Data Hidrologi V.2.1 Pengujian Data Hujan Harian Maksimum Tahunan Pengujian dilakukan untuk rangkaian curah hujan harian /tahunan, dimana tren tidak terdeteksi dan datanya homogen. Data curah hujan harian maksimum diperlukan pemeriksaan agar data yang diperoleh cukup layak untuk digunakan dalam analisis lanjutan. Pemeriksaan tersebut meliputi: 1. Pemeriksaan secara manual dalam rentetan data dalam satu pos yang terdiri dari: 2. Pemeriksaan data curah hujan di mana pos yang digunakan tidak ada jeda tahun pencatatannya. 3. Perbandingan secara umum antara hujan harian maksimum tahunan dengan hujan bulanan. 4. Penyaringan data secara statistik Pengujian secara statistik bisa meliputi pengujian terhadap homogenitas, independence, stationarity dan outlier. Homogenitas dalam hal ini dapat diartikan semua elemen dari seluruh seri data dalam satu pos berasal dari satu populasi. Independence berarti tidak ada satupun data di dalam rentetan seri data yang saling mempengaruhi. Stationarity adalah tidak bervariasinya data terhadap waktu, seperti adanya kecenderungan (trend) atau lompatan (jumps). Uji Outlier Outlier adalah data dengan nilai jauh berada di antara data yang lain. Keberadaan outlier biasanya mengganggu pemelihan jenis distribusi untuk suatu sampel data. Uji Grubbs and Beck menetapkan dua batas ambang bawah (XL) dan atas (XH) : XH = exp (xrerata + KNS) XL = exp (xrerata - KNS) Dimana: xrerata = rerata dari Ln sampel data 60 S = simpangan baku dari Ln sampel data N = jumlah sampel data Data yang nilainya di bawah XL diklasifikasikan sebagai outlier bawah dan yang nilainya di atas XH dikategorikan outlier atas. Dalam perhitungan hujan rencana dan PMP, outlier bawah langsung dibuang dan outlier atas harus dipertimbangkan jika akan membuangnya Gambar V.5 Uji Outlier Data Curah Hujan . Uji Trend Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data HHMT yang dianalisis dipengaruhi oleh data pada tahun sebelumnya. Uji menggunakan formula Mann-Kendall untuk pemeriksaan ketidaktergantungan ini. 61 Gambar V.6 Uji Trend Data Curah Hujan Uji Homogenitas Uji Homogenitas dilakukan untuk pemeriksaan keseragaman, Seri data dibagi menjadi dua sub-kelompok dengan jumlah data masing-masing sub adalah p dan q. Gambar V.7 Uji F dan t data curah hujan V.2.2 Analisa Frekuensi Analisis frekuensi dilakukan terhadap kejadian ekstrim berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Data hidrologi yang 62 dianalisis tidak tergantung (independent) dan terdistribusi secara acak dan bersifat statistik. Analisis frekuensi didasarkan pada sifat statistik data kejadian yang telah lalu untuk memperoleh probabilitas besaran kejadian di masa yang akan datang. Dengan anggapan bahwa sifat statistik kejadian yang akan datang masih sama dengan sifat statistik kejadian masa lalu. Dalam penggunaan analisis ini harus mengikuti beberapa asumsi dasar seperti: 1. Data harus tidak ada kesalahan sistematis akibat oleh angin dan penguapan. 2. Seri data hujan harus konsisten, kondisi ini berarti tidak ada perubahan selama periode pengamatan seperti perubahan prosedur pengamatan. 3. Seri data hujan harus homogen, berarti tidak ada perubahan akibat pengaruh luar seperti tumbuhnya pepohonan yang menutupi pos hujan dan pemindahan lokasi pos hujan. 4. Seri data hujan harus stasionary yang disebabkan oleh perubahan pola cuaca. 5.