81 BAB VI KONDISI BAHAYA BENCANA DAERAH PENELITIAN 6.1BahayaGempabumiDaerah Penelitan Sumber bahayagempabumiyang berada didaerah penelitianadalahSesar Lembang. Terdapatbeberapa literatur yang menjelaskan mengenai keaktifan dari Sesar Lembang, yaitu dibahas dalamHidayat (2009)dan Daryonodkk.(2018). Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan skenario daerah bahaya gempabumi Sesar Lembang.Pembuatan skenario bahayagempabumiyang disebabkan oleh segmen sesar yang diteliti dibedakan berdasarkan data magnitudo momennya. Skenario pertama menggunakan magnitudo momen hasil perhitungan magnitudo momen maksimum oleh Daryonodkk.(2018). Skenario kedua menggunakan data magnitudo momen dari data kataloggempabumi(PuSGeN, 2017). Pada perhitungan percepatan tanah puncak (PGA) ini, penulis menggunakan rumus yang dikeluarkan olehBooredkk.(1997).Berikut ini adalah rumus yang penulis gunakan dalam perhitungan PGA ini. (Persamaan4.1) Keterangan: Y=Percepatan tanah horizontal (g) b1=koefisien mekanisme gempa (-0,242)(denganasumsi mekanisme tidak dispesifikasikan) b2=0,527 b3=0,00 b5=-0,778 M=Magnitudo momen r= (Persamaan4.2) rjb=Jarak horizontal terdekat dari proyeksi permukaan bidang sesar h=5,57 VS=Rata-rata kecepatan gelombangshearsampai kedalaman 30 m VA=1,396 Kemudian, untuk mendapatkan nilai VS, dikarenakan penulis tidak mendapatkan nilai untuk masing-masing satuan batuan, maka berdasarkan penelitian Handayanidkk.(2009), maka dilakukan pendekatan berdasarkan peta 82 geologi permukaan dan hubungannya dengan kecepatan gelombang S berdasarkan Willsdkk.(2000)(Tabel 6.1). Tabel 6.1Klasifikasi VSoleh Willsdkk.(2000) Kategori VS B BC C CD D DE E Rentang VS Ekspektasi >760 555 1000 360 760 270 555 180 360 90270760 686 674 275 Satuan TufBerbatuapung BC 5551000 724 583 368Satuan Lava Satuan Tuf Pasiran Satuan Endapan Rawa D 180-360 301 281 104 Skenario 1 Magnitudo momenyang digunakan dalamSkenario1 menggunakanhasil penelitian dari Daryonodkk.(2018). Nilai magnitudo momen maksimum yang mampudihasilkan olehSesar LembangsebesarM7,0. Penulis menggunakan asumsi gerakan sesar tidak dispesifikasikan karena gerakSesar Lembangadalah gabungan dari sesar normal dan sesar mendatar. Berdasarkan perhitungan, maka dihasilkan nilai PGA berkisar 0,2860,632g. Nilai PGA tersebut membagi daerah penelitianmenjadi dua zona berdasarkan klasifikasi MMI BMKG(Tabel 6.3), yaitu indeks VI,dengan luas95,88km 2 atau 99,62% daridaerah penelitian,danindeks 83 V,dengan luas0,368km 2 atau 0,38% daridaerah penelitian(Gambar 6.1). BerdasarkanBMKG,zonaindeks IV(0,170,58 g)padadaerah penelitian menunjukkanbahwagempabumidengan magnitudo M7,0memungkinkandaerah penelitianterjadibanyak retakan pada dinding bangunan sederhana, sebagian roboh, kaca pecah, sebagian plester dinding lepas, hampir sebagian besar atap bergeser ke bawah atau jatuh, dan struktur bangunan mengalami kerusakan ringan sampai sedang.ZonaIndeks V pada daerah penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar dinding bangunan permanen roboh. Struktur bangunan mengalami kerusakan berat. Gambar 6.1Peta bahayagempabumiskenario 1 Kecamatan Lembang (Skala MMI BMKG) Skenario 2 Magnitudo momenyang digunakan dalamSkenario2menggunakanhasil penelitian dari PuSGeN (2017). Nilai magnitudo momen maksimum yang mampu dihasilkan olehSesar Lembangsebesar M6,8. Penulis menggunakan asumsi gerakan sesar tidak dispesifikasikan karena gerakSesar Lembangadalah gabungan dari sesar normal dan sesar mendatar. Berdasarkan perhitungan, makadihasilkan nilai PGA berkisar 0,2670,590g. Nilai PGA tersebut membagi daerah penelitian menjadiduazonaberdasarkanklasifikasi MMI BMKG, yaitu indeks VI,dengan luas95,88km 2 atau 99,62% daridaerah penelitian, danindeks V,dengan luas0,368 km 2 atau 0,38% daridaerah penelitian(Gambar 6.2). 84 Tabel 6.3Skala MMI BMKG Skala SIG BMKG Warna Deskripsi Sederhana Deskrispsi Rinci Skala MMI PGA (gal) PGA (g) I Putih TIDAK DIRASAKAN (Not Felt) Tidak dirasakan atau dirasakanhanya oleh beberapa orang tetapi terekam oleh alat. I-II< 2.9 564>0.58 Berdasarkan BMKG,zonaindeks IV padadaerah penelitian menunjukkan bahwagempabumidengan magnitudo M7,0memungkinkan daerah penelitian terjadibanyak retakan pada dinding bangunan sederhana, sebagian roboh, kaca pecah, sebagian plester dinding lepas, hampir sebagian besar atap bergeser ke bawah atau jatuh, dan struktur bangunan mengalami kerusakan ringan sampai 85 sedang.ZonaIndeks V pada daerah penelitian menunjukkan bahwaSebagian besar dinding bangunan permanen roboh. Struktur bangunan mengalami kerusakan berat. Gambar 6.Peta bahayagempabumiSkenario 2 Kecamatan Lembang (Skala MMI BMKG) 6.2Bahaya Gerakan Tanah dan Banjir BandangDaerah Penelitan Gerakan tanah dapat mengancam nyawa dari penghuni dalam sebuah kawasan pemukiman. Hal tersebut dikarenakan massa tanah atau batuan yang ada di permukaan dapat menimpa kawasan pemukiman, merusak dan menimbun segala yang dilewatinya. Banjir bandang pun jugamerupakan suatu ancaman bencana yang serius. Berkaca pada kasus banjir bandang di Masamba, Luwu Utara yang terjadi pada tanggal 13 Juli 2020, banjir bandang tersebut selainmerendam dan menenggelamkan bangunan-bangunan yang dilewatinya, banjir bandang juga banyak memakan korban jiwa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, bahaya gerakan tanah dan banjir bandang masuk ke dalam penilaian dari penelitian yang dilakukan. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan peta zona kerawanan gerakan tanah yangdikeluarkan olehPamela(2020)dan dikombinasikan dengan peta yang dikeluarkan oleh PVMBG (2014).Peta ini merupakan peta validasi dari berbagai kejadian gerakan tanah yang terjadi di Cekungan Bandung. Metode validasi yang digunkaan untukmenyusun revisi peta zona kerawanan gerakan tanah yang dikeluarkan oleh PVMBG (2014) menggunakan metodeWeight of Evidence 86 (WoE). Metode WoE ini menggunakan kejadian masa lalu yang digunakan untuk memprediksi kejadian di masa yang akan datang.Prediksi tersebut didasarkan pada keterkaitan antara parameter penyebab gerakan tanah sebagai parameter perhitungan dan data kejadian gerakan tanah.Peta ini juga sudah divalidasi dengan persebaran titik-titik longsor di Kecamatan Lembang dengan jumlah 106 titik yang berasal dari Pamela (2020), Sukristiyanti dan Lestiana (2016), dan laporan PVMBG.Titik-titik tersebut mengumpul diZona Rawan Gerakan Tanah Tinggi. Berdasarkan peta tersebut, daerah penelitiandibagi ke dalam tiga zona kerawanan gerakan tanah dan Zona Rawan Banjir Bandang. Berikut ini adalah deskripsi dan persebaran dari masing-masing zona kerawanan tersebut (Gambar 6.3). Gambar 6.3Peta kerawanan gerakan tanah Kecamatan Lembang (Pamela, 2020 dan PVMBG, 2014) 1.ZonaKerawanan Gerakan Tanah Tinggi Berdasarkan PVMBG (2014), daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah yaitu zona yang sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak, akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai dari agak terjal (3050%) hingga hampir tegak (>70%) tegantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pelapukan pembentuk lereng.