81 BABIV HIDROGEOLOGI Bab iniakan berisi mengenai kondisihidrogeologididaerah penelitian. Pembahasan meliputiSubbab KontrolGeologiuntuk mengetahuipotensi pelamparandarizona resapan, zona luahan,danakifer,sertaSubbabPenampang Hidrogeologi untuk mengetahui pola aliran airtanah di bawah permukaan. IV.1 Kontrol Geologi Hidrogeologi berasal dari kata hidro dangeologi yang berarti hubungan antara geologi dan sirkulasi air di bawah pemukaan (Fetter, 2014). Proses ini erat kaitannya dengan kehadiran akifer yang berperan penting dalam sistem hidrogeologi. Terdapat empat jenis formasi batuan utama yang dapat berperan sebagai akifer, yaitu pasir dan kerikil yang belum terkonsolidasi, batupasir, batuan karbonat, serta batuan beku yang merekah (Lehr dkk., 2005). SubbabKontrol Geologidibagi menjadi beberapabagian, diantaranyaZona Resapan dan Luahan,Kontrol KeluaranMata Air,serta Litologi dan Akifer. Pembahasankontrol geologi pada sistemhidrogeologidapat membantu perkiraan potensidanpelamparandari zona resapan, zona luahan,sertaakifer,sekaligus membantu dalaminterpretasipola aliran airtanah. IV.1.1Zona Resapan dan Luahan Zona resapan dan luahan dari suatu sistemhidrogeologi dikontrol oleh beberapa faktor,diantaranya kemiringan lereng, litologi, dan strukturgeologi(Abullateef dkk., 2021;Rajavenidkk., 2017).Lerengyanglandaidengan elevasi tinggiakan memiliki potensi lebih tinggi untuk berperan sebagai zona resapan dibandingkan lereng curam. Hal ini dikarenakanlerengyangcuram akanmemilikiretensi air meteorik di permukaanyang lebih singkat dibandingkan lerenglandai. Akibatnya, air tidak memiliki waktu yang cukup untuk meresap ke bawah permukaandan akan cenderung berperan sebagairun off.Selain itu, zona resapan jugadikontrol oleh permeabilitasprimer(Abdullateefdkk., 2021)seperti pori padatanah,batuan piroklastik, lahar,sertarombakan (debris)maupunpermeabilitassekunder(Bense dkk., 2013)sepertisesar dan rekahan.Dengan begitu, permeabilitastinggiakan mendukung suatu area untukberperan sebagai zona resapandibandingkanarea dengan permeabilitas rendah seperti lapisan lava. 82 Zona luahanpada gunung apiterletak padalereng gunung denganelevasi rendah, kemiringanlerenglandai,kemunculan mata air,kehadiranstruktur geologi,serta areadi sekitar sungai(Messene, 2017;Rajavenidkk., 2017;USGS, 1980). Meskipun kemiringan lereng dari zona luahancenderungdicirikan dengan lereng yanglandai, terdapat beberapazonadenganlereng curam sebagaitempat keluarnya mata air.Hal ini dikarenakanlereng yang curam memiliki kecenderungan untuk berpotongan dengan mukaairtanahsehinggamata air akan muncul padaarea perpotongan tersebut,tipemata air ini disebut sebagaimata airdepresi (Roy, 2009). Selain itu, mukaairtanahpadaelevasirendah memiliki kedalaman yang lebihdekat dengan permukaan, sehinggapotensimukaairtanahuntuk berpotongan dengan lerengyang curam akan semakin tinggi. Akibatnya, mata air akan lebih sering muncul padaelevasiyang lebih rendahdibandingkan elevasi tinggi(Condon dan Maxwell, 2015).Ilustrasi zona resapan dan luahan ditunjukkan pada Gambar IV.1 Gambar IV.1Ilustrasi zona resapan dan luahan pada suatu sistem hidrogeologi (CSIRO, 2011; dalamMallants, 2014). Berdasarkanbeberapapertimbangandi atas,maka zona resapan akan terletak di Puncak Gunung Gededan lereng-lereng gunung(litologi batuan piroklastik)serta zonasesar.Zona resapan padaPuncak Gunung Gede akan berperan sebagai zona resapan untuk aliran regional, sedangkan zona resapan di lereng gunung berperan untuk aliran-aliran lokal di sekitarnya. Zona luahan tersebar di lereng gunung dengan kemiringan landai serta elevasi rendah.Aliran dari zona resapan menuju ke 83 zona luahan dengan topografi yang lebih rendah merupakan suatu interpretasi pola aliran airtanah yang secara umum mengalir dariPuncak Gunung Gede menuju lereng(Gambar IV.2). Gambar IV.2Peta zona resapan-luahan di daerah penelitian(Peta dibuat pada skala 1:25.000 dan disesuaikan dengan lembar A4). IV.1.2KontrolKeluaranMata Air Salah satukontrol geologiyang penting dalam suatu sistem hidrogeologi adalah kontrol keluaranmata airpada zona luahan. Kontrolini dapat diketahui dengan melakukanpengamatan di lapangan sertapengecekankondisi geologi yang ada. Terdapat beberapa jeniskontrol keluaranmata airyangumumnyadigambarkan Geologi 84 sebagaitipe mata air (GambarIV.3;Fetter,2014), diantaranya mata air kontak, depresi, struktur, sertarekahan.Terdapat beberapa mata air di daerah penelitian yangdikontrol olehadanyastrukturgeologi, diantaranyaSAP-01, SAP-02 (rekahan), SS-01, SG-01 (kontak litologi), BTL-01, BTL-02,sertaGG-01 (sesar) (Gambar IV.4). Gambar IV.3Tipe mata air(digitasi ulang dariFetter, 2014;dalamPertti dan Bertrand, 2011). Keluaran mata air panas SAP-01 dan SAP-02 dikontrol oleh rekahan.Apabila dilihat dari karakteristiknya, rekahan tersebutterbentuk akibat duaprosesgeologi yang berbeda.Karakteristik rekahan pada SAP-01cenderungterkoneksi satu sama lainsehingga rekahan tersebut diinterpretasikan sebagai zonahancuran dariSesar 85 Wadon. Hal ini juga dibuktikan denganmata airSAP-01 yangmemiliki debittinggi mencapai1,53 L/s. Sebaliknya,rekahan pada SAP-02 cenderung tidak terkoneksi sehingga rekahan inidiinterpretasikan terbentuk akibat tekanan fluida hidrotermal ke permukaanyangtidakberasosiasi denganadanyaSesar Wadon. Interpretasiini didukung oleh debitrendahSAP-02 yang hanya mencapai 0,2 L/sdengan keluaran difusi(National Research Council, 1996).Keluaran mata air panas di daerah penelitiandikontrololehstrukturgeologikarenamataair panas memiliki sirkulasi aliran yang lebih dalam dan kompleks dibandingkan dengan air dingin (Zarrouk dan McLean, 2019). Gambar IV.4Peta tipe mata air di daerah penelitian. Keluaran mata air dingindi daerah penelitianberasosiasi dengan kehadiran Sesar Batlem (BTL-01, BTL-02),Sesar Goong (GG-01),sertakontak litologi (SS-01, SG-01).BerdasarkanTodd dan Mays (2005),zona denganstruktur geologiakan memiliki kontrolstruktur yang lebih kuat dibandingkan faktorkemiringan lereng. Selain itu, strukturgeologijuga dapat menjadi media bagi airtanah untuk mengalir ke permukaan meskipada lereng yang landai sekalipun.Perilaku airtanahinidapat 86 dijelaskan menggunakan sifat dari strukturgeologiitu sendiri.Strukturgeologi dengan permeabilitas tinggi akan cenderungmemiliki tekanan yang rendah sehinggaairtanah akan lebih mudah mengalirmelaluicelah daristruktur geologi tersebut(Davatzes dan Hickman, 2016). IV.1.3Litologidan Akifer Kontrolgeologi utama yangdapat menyimpan serta mengalirkanairtanah di bawah permukaan adalah akifer.Secara umum, akifer merupakan suatu lapisanbatuan yangdapat berperan untukmengalirkan airtanahkarena sifatnya yang permeabel. Pada lingkungan gunung api, akiferdapat terbentukdaribatuan vulkanik dan piroklastik selama batuan tersebut memiliki porositas dan permeabilitas yang cukup untuk mengalirkan airtanah (Fetter, 2014). Kapasitas batuan untuk berperan sebagai akifer didukung dengan adanya permeabiltias yang tinggi(Fetter, 2014). Berdasarkan studi-studisebelumnya (Tabel IV.1), permeabilitas dari suatu batuan sangat dikontrol olehproperti fisik yang dimilikinsuatu batuanseperti litologi, ukuran butir, pemilahan, ada atau tidaknya mineral lempung (sealing), serta struktur sekunder. TabelIV.1Hubungan antara properti batuan dengan permeabilitas. Properti Referensi Semakin besar ukuran butir, maka semakin besar permeabilitasnya. Sheperd (1989) Semakin tinggi derajat pemilahan pada butir (utamanya berukuran pasir), semakin besar permeabilitasnya. Meinzer; dalamKansas Geological Survey (1944) Semakin tinggi kandungan lempung, maka permeabilitasnya akan semakin rendah. Carcione dkk. (2019) Batuan beku yang merekah memiliki permeabilitas yang tinggi. Lehr dkk. (2005) Tuff dan breksi piroklastik dapat berperilaku sebagai akifer di lingkungan vulkanik. Azy (2016) Berdasarkan pertimbangan pada Tabel IV.1,maka satuan akifer dapat dibagi berdasarkan tingkat atau kemampuannya mengalirkan airtanah, diantarannya 87 permeabel, semi permeabel, dan impermeabel(Gambar IV.5). Pembagian satuan akiferberdasarkan tingkatantersebut pernah dilakukanpada studi sebelumnya di lingkungan sedimen (Ozler,2015).Oleh karena itu, studi iniakanmengikuti pembagianakifer pada tingkatanyang disesuaikan dengan litologidan properti padabatuan vulkanikdi daerah penelitian. Gambar IV.5Peta hidrogeologi daerah Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat yang terdiri daritigasatuan akifer (Peta dibuat pada skala 1:25.000 dan disesuaikan dengan lembar A4). SatuanPermeabelumumnyamerupakanlava yang merekah secara intens serta tuf, batulapili, dan lapili tuf dengan pemilahan yang baik. Selanjutnya, Satuan Semi Permeabel terdiri daribreksi lahar, breksi piroklastik, batulapili, serta lapili tuf dengan pemilahan yang buruk. Terakhir, SatuanImpermeabel terdiri dari lava Crater ring 88 impermeabel, tuf teralterasi (mineral lempung), dan breksi piroklastik teralterasi (mineral lempung). IV.2Penampang Hidrogeologi Airtanahsecara umumakan mengalir dari topografi tinggi ke rendah. Struktur geologiprimermaupunstrukturgeologisekunder dapat menjadijalur masuknya air meteorik ke bawah permukaanmaupunjalur keluarnya airtanah menuju permukaan. Setelah masuk ke bawah permukaan,airtanahkemudianakan melarutkan mineral dan mengubah komposisi kimia.Polaaliranairtanah di bawah permukaan dibagi menjadi tiga, yaitu lokal,menengah (intermediet), dan regional. Pola aliran lokalditandai dengan siklus yang singkat dari zona resapan menuju zona luahan.