Hasil Ringkasan
24 BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai hasil utama darirangkaianpemetaanyang dilakukan di Gunung Gede meliputi analisis kelurusan, geomorfologi,geologi, vulkanostratigrafi,strukturgeologi, serta alterasi batuan.Analisiskelurusan dilakukan berdasarkan pengamatan morfologi yang terbentuk di permukaan sebagai indikasi dari proses geologi yang terjadi akibat aktivitas vulkanik dantektonik. Setelah itu,dilanjutkan dengan analisis geomorfologi melalui pengamatan perbedaan pola kontur, pola aliran sungai, dan kemiringan lereng yangkemudian menjadi dasar dari pembuatan satuan geomorfologi. Hasil ini kemudian didukung dan divalidasi denganobservasi geomorfologi di lapangan.Selanjutnya,peta vulkanostratigrafi dibuat berdasarkan indikasi produk vulkanik padasetiapsatuan bregada, khuluk, dan gumuk.Satuangeologikemudiandibuatberdasarkanhasil pemetaan lapangan pada skala 1:25.000.Sebagai tambahan, struktur geologi dan alterasijugadiperoleh daripemetaan geologi dilapangan. III.1Kelurusan Pembuatan peta kelurusandilakukan menggunakan peta citra satelit berupaDigital Elevation Map(DEM) yang berasal dari Badan Informasi Geospasial. Pembuatan peta kelurusandapat meningkatkan efektivitas pemetaandengan mengunjungi fitur-fiturspesifikyangtelahdidelineasi. Penarikan kelurusan dilakukandengan caramendelineasi fitur-fitursebagai ekspresi dari morfologi saat ini(Nugroho dan Tjahjaningsih, 2016; dkk., 1976).MetodeYamaguchi (1985)merupakan metode yang digunakan dalam penarikan kelurusan berdasarkan skala gambar (S) dan resolusi (R) yang optimal. Kelurusan kemudian ditarik berdasarkan identifikasipola kontur yang rapat,offset pada lembah dan bukit, serta anomali pembelokan pada sungai yang diinterpretasikan sebagai akibat adanya aktivitas struktur geologi berupa sesar (Gambar III.1). Adanya dua fitur melingkar yang didelineasi berupa kawahgunung api(crater ring) juga mengindikasikanadanyaaktivitas erupsi, dua kawah tersebut adalahkawah yang terletak diPuncak Gunung Gede-Pangrango(atau disebut dengan Suryakencana)sertaKawah Wadon. Selain itu,delineasi kawah gunung apidapat memberikan informasi mengenai episode letusan sehingga dapat digunakan sebagai 25 acuan vulkanostratigrafi.Setelah dilakukan pembuatan, petakelurusankemudian dijadikanpeta dasaruntuk divalidasidan diikuti kemenerusannya di lapangan. Gambar III.1Peta kelurusan Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat. Kelurusan diinterpretasikan akibat adanya aktivitas struktur geologi berupa sesar(peta dibuat pada skala 1:25.000 dan disesuaikan dengan lembar A4). Seluruhtrenkelurusan dianalisiskembalimenggunakan Diagram Roset yang menghasilkantren umumdari struktur geologi,yaitubaratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya. Hal inimengindikasikanfitur-fitur yang berkembang di daerah penelitiandiperkirakanakan memiliki trentersebutsaat dikunjungidan divalidasi di lapangannantinya. Selain itu, diagram inijugadapat menunjukkan arah tegasan utamayang bekerjadi daerah penelitian. 26 III.2Geomofologi Analisisgeomorfologidilakukan pada skala 1:25.000menggunakanpetadasar berupaDEMNAS.Analisisgeomorfologi dibagi menjadi SubbabKemiringan Lereng,PolaAliranSungai, sertaSatuanGeomorfologi. III.2.1Kemiringan Lereng Kemiringan lereng merupakan salah satu komponen penting dalamanalisis geomorfologi.Pengamatan dilakukan pada skala 1:25.000 menggunakanpeta DEMNAS. Pembuatan petainibertujuan untuk melihat hubunganantara kemiringan lerengdenganprosesgeologiyang terjadi,serta membantu dalam penentuansatuan geomorfologinantinya.Klasifikasi dilakukan dengan menggunakantingkat kemiringan lereng olehvan Zuidam (1985)pada TabelIII.1. Tabel III.1Klasifikasi kemiringan lereng oleh van Zuidam (1985); dalamNoor (2010),serta proses dankondisi alamiahnya. Kemiringan lereng Sifat-sifat, proses, dankondisi alamiah 0- (0-2%) Datar hingga hampir datar, tidak ada proses denudasi yang berarti. 2- (2-7%) Agak miring,gerakan tanah kecepatan rendah, erosi lembar dan erosi alur, rawan erosi. 4- (7-15%) Miring, sama dengan di atas namun dengan besaran yang lebih tinggi, sangat rawan erosi tanah. 8- (15-30%) Agak curam, terjadi gerakan tanah dan erosi, terutama longsoran. 16- (30-70%) Curam, denudasional intensif, erosi dan gerakan tanah sering terjadi. 35- (70-140%) Sangat curam, batuan tersingkap, proses denudasional intensif, sudah mulai menghasilkan endapan koluvial. (>140%) Curam sekali,batuan tersingkap, proses denudasional kuat, rawan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh. 27 Hasilanalisiskemiringan lereng (Gambar III.2) menunjukkan daerah Gunung Gede-Pangrangomemiliki lerengyangsemakin melandai seiring menjauhi pusat erupsi. Morfologi ini disebabkankarenaGunung Gede merupakan gunung api tipe strato berumur Kuarter (Holosen) dengan bentuk mengerucut sehingga memiliki kemiringan lereng yang cukup variatif bergantung pada jaraknya dengan pusat erupsi. Halinimengindikasikan Gunung Gede masih tergolong muda secara geomorfologi. Akibatnya,hingga saat ini masihterjadi proses erosi dan pelapukan yang intensif pada tubuh gunung api tersebut. Gambar III.2Peta kemiringan lereng yangmengacu padaklasifikasivan Zuidam (1985)(peta dibuat pada skala 1:25.000 dan disesuaikan dengan lembar A4). (Datar) (Agak miring) (Miring) (Agak curam) (Sangat curam) (Curam) (Curam Sekali) 28 III.2.2Pola Aliran Sungai Identifikasi pola aliran sungai akan sangat membantu dalam perencanaan pemetaan geologi di daerah penelitian. Polasungai yang berkembang pada suatu daerah dikontrol oleh berbagai faktor seperti tipe litologi, batuan dasar, strukturgeologi, kemiringan lereng, dan ketersediaan sedimen (Letsingerdkk., 2021). Tujuan dari analisis ini adalah memberikan informasi mengenai morfologi, struktur geologi, serta pola hidrologi yang berasosiasi dengan keluaran mata air di daerah studi. Identifikasi pola aliran sungai dilakukan menggunakan klasifikasiHoward (1967) pada Gambar III.3. Gambar III.3Klasifikasi pola aliran sungai (Howard, 1967). (a) Pola aliran dasar. (b) dan (c) Pola aliran modifikasi.Daerah penelitian didominasi oleh pola aliran radial. Berdasarkan analisis pola aliran sungai, daerah studi didominasi oleh pola radial (GambarIII.4). Pola ini terbentuk akibat morfologi gunung api yangmengontrol aliranairke arahlereng landaidengantopografi yang lebih rendahdi sekitar gunung.Pola radial juga mengindikasikan umur geomorfologi yang masih muda sehingga masih terjadi pelapukan dan erosi yang intensif.Selain itu, pola aliran 29 rektangularyangterdapat didaerahtimurlautmenunjukkanadanyapengaruhzona rekahan atau strukturgeologi berupa sesar.Zona ini diperkirakandapat mengontrol kemunculan beberapa mata air. GambarIII.4Pembagian pola aliran sungai di Gunung Gede, Cianjur, Jawa Barat berdasarkanHoward (1967).Daerahpenelitianterlihatdidominasi oleh pola aliran sungai radial (peta dibuat pada skala 1:25.000 dan disesuaikan dengan lembar A4). III.2.3SatuanGeomorfologi Daerah penelitianterdiri dariduaVulkanismeKuartersecara regional, yaitu VulkanismePleistosen yang diwakili oleh BregadaGegerbentangsertaVulkanisme Holosenoleh BregadaGede-Pangrango(disebut jugaKompleks Gunung Gede). Kompleks Gunung Gedeterbagi menjadibeberapaperiode aktivitasvulkanik, diantaranyaGunungMasigit-Pangrango, Gunung Gumuruh (Gede Tua), dan Gunung Gede (Gede Muda).PosisiGunung Gede terletak di antara dua pusat erupsi pada bagian baratdaya dan tenggara (G. Masigit-Pangrango dan G.Gumuruh) denganpersebaranproduk vulkanik ke arah timurlaut(Effendidkk., 1998; 30 Sudjatmiko, 1972).Setiap periodeakanmemiliki morfologi yang berbeda bergantung pada pusat erupsi serta sifatdari produk vulkanik akibat letusan. Identifikasi geomorfologikali inilebihdifokuskan pada daerahpenelitiandengan skala 1:25.000.Pembuatan peta geomorfologidiawali dengan identifikasi morfologi melaluipenginderaan jauh. Setelah itu,dilakukan observasi ke lapangan untuk memvalidasi dan mengoreksihasil dariinterpretasipenginderaan jauh sebelumnya.Penentuan satuan geomorfologididasari oleh pola kontur, morfologi, sertapersebaranproduk vulkanik.Pengamatan geomorfologibertujuan untuk membantu dalam delineasi batas litologi dan vulkanostratigrafipada peta geologi. Hasilanalisis geomorfologi berupa peta geomorfologi ditunjukkan padaLampiran A.2. Setiap satuan memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dilihat melalui analisis peta DEM seperti tekstur, kontur, serta kemiringan lereng. Morfologi Gunung Gumuruhtersebar pada beberapa arah.Pertama, persebaranmorfologike arah selatan seperti Punggungan Aliran Lahar Gumuruh 1, Punggungan Aliran Piroklastik Gumuruh 1, Punggungan Aliran Piroklastik Gumuruh 2,dan Punggungan Aliran Lava Gumuruh 1yang dicirikan dengantekstur kasar, kontur rapat, serta lereng yang agak miring hingga sangat curam. Morfologi Gunung Gumuruhselanjutnyadengan persebaran ke arahtenggara hingga timurlautsepertiPunggungan Aliran Lahar Gumuruh 2, Punggungan Aliran Lava Gumuruh 2,PunggunganAliran Piroklastik Gumuruh 3, Punggungan Aliran Lava Gumuruh 3, Punggungan Aliran Lahar Gumuruh 3, Punggungan Aliran Piroklastik Gumuruh 4, Punggungan Jatuhan Piroklastik Gumuruh, serta Punggungan Aliran Lahar Gumuruh 4 yang memiliki tekstur kasar, konturrapat, serta lereng miring hingga sangat curam. Morfologi terakhirmerupakan Gunung Gede dengan persebaranke arah utara hingga timurlautseperti Punggungan Aliran Piroklastik Gede 1, Punggungan Aliran Piroklastik Gede 2, Punggungan JatuhanPiroklastikGede, Punggungan Piroklastik Gede 3, Punggungan Lava Sela,Dinding Kawah Gede, Punggungan Aliran Piroklastik Ratu, serta Punggungan Aliran Lava Ratu yang memiliki tekstur halus, kontur landai hingga rapat, serta kemiringan lereng landai hingga sangat curam.