44 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Perencanaan Jalur Terbang dan Akuisisi Data Foto Udara Menggunakan Wahana Unmanned Aerial Vehicle(UAV) Perencanaan jalur terbang dan pengambilan data foto udara pada penelitian ini hanya difokuskan pada area longsoran (Gambar IV.1). Perencanaan jalur terbang dilakukan menggunakan perangkat lunak dronedeploydengan parameter- parameternya dirangkum pada Tabel IV.1. Luas area pengambilan foto udara berkisar 16.000 m 2 dengan jumlah foto udara sebanyak162 foto. Pengambilan foto udara dilakukan secara otomatis sesuai rencana jalur terbang setelah UAV dihubungkan dengan perangkat lunak dronedeploy. Gambar IV.1Rencana jalur terbang. U 0 50 meter 45 Tabel IV.1 Parameter rencana jalur terbang. Parameter Nilai Ketinggian Terbang UAV (m) 61 Front Overlap (%) 75 Side Overlap (%) 70 Kecepatan UAV (m/s) 5 IV.2 Pengolahan Data Foto Udara Menggunakan Teknik Structure from Motion (SfM) Pengolahan data foto udara dibantu menggunakan perangkat lunak Agisoft Metashape Professional versi 1.6.1. Prosedur dan parameter yang digunakan untuk memproses data foto udara dengan teknik SfM pada perangkat lunak Agisoft Metashape dirangkum pada Tabel IV.2. Tabel IV.2 Prosedur dan parameter yang digunakan dalam analisis SfM pada Agisoft Metashape. No Prosedur Parameter 1 Impor data foto udara - 2 Penyejajaran data foto udara (align the photos) Akurasi: tinggi, pair preselection: umum 3 Pembuatan dense point cloud Kualitas: medium, penyaringan kedalaman: ringan 4 Pembuatan mesh Tipe permukaan: height field (2,5D), sumber data: dense cloud, face count: medium, interpolasi: aktif 5 Pembuatan DTM Tipe: geografis, dasar: mesh 1. Impor Data Foto Udara Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 162 data foto udara dengan format JPEG kedalam perangkat lunak Agisoft Metashape. Sebanyak 162 data tersebut sudah disaring agar foto yang tidak fokus (blur) tidak ikut diproses (Gambar IV.2). 46 Gambar IV.2 Impor 162 data foto udara. 2. Penyejajaran Data Foto Udara atau Align the Photos Proses penyejajaran foto ini digunakan untuk mengidentifikasi titik-titik yang ada pada data foto udara. Proses ini mengidentifikasi sebanyak 24.733 titik pada foto udara yang diambil (Gambar IV.3). Gambar IV.3 Hasil proses identifikasi titik atau align the photos. U S 47 3. Pembuatan Dense Point Cloud Proses pembuatan dense point cloud digunakan untuk mengidentifikasi titik-titik ketinggian. Proses ini menghasilkan titik ketinggian. sebanyak 1.551.737 titik (Gambar IV.4). Gambar IV.4 Hasil proses pembuatan dense point cloud. 4. Pembuatan Mesh Proses pembuatan mesh dilakukan sebanyak dua kali. Proses pertama dilakukan untuk menghasilkan model 3D area penelitian. Proses ini menghasilkan faces sebanyak 99.803 (Gambar IV.5) Gambar IV.5 Model 3D area penelitian U S U S 48 Proses kedua merupakan model 3D untuk data digital terrain model (DTM). Proses ini menghasilkan faces sebanyak 99.285 (Gambar IV.6). Gambar IV.6Model 3D untuk data DTM 5.Pembuatan Digital Terrain Model(DTM) dan Garis Kontur Proses pembuatan DTM dilakukan dengan menggunakan dasar dari meshyang telah dilakukan ground filtering. Hasil dari proses DTM menunjukkan nilai elevasi daerah penlitian berkisar 672 mdpl hingga 734 mdpl (Gambar IV.7). Data DTM digunakan untuk menghasilkan garis kontur seperti pada Gambar IV.8. Gambar IV.7Hasil pembuatan data DTM. U S UU 49 Gambar IV.8Hasil overlaygaris kontur dengan DTM. IV.3 Analisis Morfologi dan Tipe Longsoran Analisis morfologi dan tipe longsoran diamati melalui garis kontur dan penampang A berdasarkan klasifikasi longsoran oleh Varnes (1978dalam Highland dan Johnson, 2004). Morfologi longsoran secara umum dibagi menjadi dua zona yaitu zona deplesi dan zona akumulasi. Zona deplesi ditandai dengan kontur cenderung rapat bergelombang (mengindikasikan scarp) dan kontur membentuk stepped pattern, sedangkan zona akumulasi ditandai dengan garis kontur cenderung renggang (Varnes, 1978dalam Highland dan Johnson,2004).Pada zona deplesi terdapat morfologi mahkota, gawir, dan bidang gelincir longsoran, sedangkan pada zona akumulasi terdapat material yang terpindahkan (material akumulasi)(Gambar IV.10). Berdasarkan kenampakan penampang A gsoran berbentuk melengkung cekung ke atas (concave upward-curving). Jenis bidang gelincir ini menandakan tipe gerakan longsoran berupa gelincir rotasional (Varnes, 1978dalam Highlanddan Johnson, 2004). UU 50 Gambar IV.9Peta topografi area penelitian. Gambar IV.10Morfologi Longsoran Cihanjuang. U S 51 IV.4 Penghitungan Geometri Longsoran Penghitungan geometri longsoran dilakukandengan menggambarkan area longsoran menjadi dua kenampakan, yaitu tampak atas (plane view) dan tampak samping (2D cross section) (Gambar IV.11). Ilustrasi longsoran tampak samping dibuat berdasarkan garis penampang yang terdapat pada peta topografi area penelitian (lihat Gambar IV.9). Setiap persamaan yang digunakan dalam penghitungan geometri lonsgoran menggunakan persamaan yang diusulkan Cruden dan Varnes (1996). Hasil perhitungan geometri longsoran dirangkum pada Tabel IV.3. Gambar IV.11Ilustrasi longsoran dalam 2 kenampakan (tampak atas dan tampak samping). Tabel IV.3Rangkuman perhitungan geometri Longsoran Cihanjuang. GEOMETRI LONGSORAN Parameter Simbol Persamaan NilaiSatuan Panjang longsoran L L 141 m Tinggi longsoran H L 39m Lebar zona deplesi pada titik 0W 0 0 m Lebar zona deplesi pada titik 1W 1 37 m Lebar zona deplesi pada titik 2W 2 34,14m Lebar zona deplesi pada titik 3W 3 31,84 m Lebar zona deplesipada titik EW E 32,39m Lebar rata-rata longsoran W avg (W 0 +W 1 + W 2 + W 3 + W E )/527,07 m 52 (lanjutan) Tabel IV.3 Rangkuman perhitungan geometri Longsoran Cihanjuang. Parameter Simbol Persamaan Nilai Satuan Sudut kemiringan longsoran sin -1 H L /L L 16 derajat Panjang bidang gelincir L 69,35 m Tinggi bidang gelincir H 0E 24,29 m Kedalaman bidang gelincir pada titik 0 d 0 0 m Kedalaman bidang gelincir pada titik 1 d 1 4,88 m Kedalaman bidang gelincir pada titik 2 d 2 4,18 m Kedalaman bidang gelincir pada titik 3 d 3 2,75 m Kedalaman bidang gelincir pada titik E d E 0 m Kedalaman rata-rata bidang gelincir d avg (d 0 + d 1 + d 2 + d 3 + d E )/5 2,36 m Sudut kemiringan bidang gelincir sin -1 H 0E /L 0E 20,5 derajat Volume zona deplesi V equ avg *W avg 2319,77 m3 Luas zona deplesi A deplesi 1930,71 m2 Luas zona akumulasi A akumulasi 2891,63 m2 IV.5 Penyelidikan Tanah Area Longsoran Cihanjuang Penyelidikan tanah pada area Longsoran Cihanjuang dilakukan dengan melakukan uji insitu. Uji insitu terdiri dari tiga uji penetrasi konus (CPT) dan satu uji penetrasi standar (SPT). Lokasi pengujian dapat dilihat pada Gambar IV.12. Gambar IV.12 Lokasi uji SPT dan uji CPT.