32 BAB III TATANAN GEOLOGI III.1 Fisiografi Jawa Barat Menurut van Bemmelen (1949), secara fisiografi daerah Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Gunungapi Kuarter, Zona Dataran Pantai Jakarta (Dataran Aluvial Jawa Barat Utara), Zona Bogor (Antiklinorium Bogor), Zona Pegunungan Bayah (Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah), Zona Bandung (Zona Depresi Tengah Jawa Barat), dan Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat (Gambar III.1). Gambar III.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). III.1.1 Zona Gunungapi Kuarter Zona ini berada di antara Zona Bandung dan Zona Bogor yang tersebar di bagian tengah dari barat hingga timur. Zona ini terbentuk dari endapan gunungapi berumur Kuarter yang berasal dari Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan lain-lain. Lokasi Penelitian 33 III.1.2 Zona Dataran Pantai Jakarta (Dataran Aluvial Jawa Barat Utara) Zona ini berada di bagian utara Jawa Barat yang membentang dari Serang sampai Cirebon. Zona ini tersusun dari endapan sungai dan lahar yang setempat terdapat endapan sedimen laut yang terlipat lemah. Zona ini dibatasi Laut Jawa dibagian utara dan Zona Bogor di bagian selatan. Morfologi daerah ini umumnya datar kebanyakan ditutupi oleh endapan sungai dan sebagian oleh lahar gunungapi muda. III.1.3 Zona Bogor (Antiklinorium Bogor) Zona ini membentang dari barat ke timur melewati Rangkasbitung, Bogor, dan membelok ke arah tenggara di bagian timur Purwakarta. Zona ini dibatasi oleh Zona Dataran Pantai Jakarta di bagian utara dan dibatasi oleh Zona Bandung dan Zona Gunungapi Kuarter di bagian selatan. Pada zona ini terdapat antiklinorium yang terlipat kuat berumur Neogen dengan intrusi yang membentuk perbukitan terjal seperti Kompleks Perbukitan Sanggabuana, Purwakarta. III.1.4 Zona Pegunungan Bayah (Kubah dan Punggungan pada Zona Depresi Tengah) Zona ini terletak di bagian barat daya Jawa Barat. Bentang alam yang terbentuk di zona ini berupa kubah dan punggungan. Zona ini membentang dari bagian barat Pulau Jawa hingga Cianjur. Bagian barat zona ini dibatasi oleh Zona Antiklinorium Bogor di bagian utara dan Laut Jawa Selatan di bagian selatan. Zona ini di daerah Cianjur dibatasi oleh Zona Bandung di bagian utara dan Zona Pegunungan Selatan di bagian selatan. Bentang alam yang berkembang di zona ini yaitu kubah dan punggungan. III.1.5 Zona Bandung (Zona Depresi Tengah Jawa Barat) Zona ini membentang mulai dari bagian barat Rangkasbitung, Pelabuhan Ratu, melewati Lembah Cimandiri, Lembah Citanduy, ke arah tenggara dan berakhir di Segara Anakan di Pantai Selatan Jawa Tengah. Secara struktur, zona ini berada di puncak antiklin Jawa yang runtuh setelah atau selama pengangkatan pada Akhir Tersier. Batas antara Zona Bandung dan Zona Pegunungan Selatan ditandai dengan rangkaian gunung seperti Gunung Cikuray, Gunung Papandayan, Gunung Patuha, 34 dan lain-lain. Zona Bandung terdiri dari endapan vulkanik dan aluvial berumur Kuarter. Setempat terdapat perbukitan dan punggungan berumur Tersier. III.1.6 Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat Zona ini terletak di selatan Zona Bandung dan membentang dari Pelabuhan Ratu sampai Pulau Nusa Kambangan. Litologi pada zona ini terdiri dari batuan hasil gunugapi berumur Oligosen Miosen. III.2 Stratigrafi Jawa Barat Menurut Martodjojo (1984), wilayah Jawa Barat terbagi menjadi tiga mandala sedimentasi, antara lain Mandala Paparan Kontinen Utara, Mandala Sedimentasi Banten, dan Mandala Cekungan Bogor (Gambar III.2). Mandala Paparan Kontinen Utara terletak di sebelah utara Jawa Barat yang lokasinya sama dengan Zona Dataran Pantai Jakarta (Dataran Aluvial Jawa Barat Utara) pada Peta Fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen (1949). Mandala ini umumnya terdiri dari endapan batugamping, batulempung, dan batupasir kuarsa. Lingkungan pengendapan umumnya laut dangkal dengan ketebalan sedimen dapat mencapai 5000 m. Mandala Sedimentasi Banten terletak di sebalah timur dari Mandala Paparan Kontinen Utara dan Mandala Cekungan Bogor. Umur Tersier Awal, mandala ini memiliki ciri menyerupai Mandala Paparan Kontinen Utara, sedangkan pada Tersier Akhir ciri mandala ini lebih menyerupai Mandala Cekungan Bogor. Mandala Cekungan Bogor terletak di selatan Mandala Paparan Kontinen Utara yang meliputi beberapa Zona Fisiografi van Bemmelen (1949), antara lain Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan. Mandala ini memiliki ciri berupa endapan aliran gravitasi yang terdiri dari fragmen batuan beku dan batuan sedimen, seperti andesit, basal, tuf, dan batugamping. Ketebalannya diperkirakan mencapai 7000 m. 35 Gambar III.2Peta Stratigrafi Jawa Barat (Martodjojo, 1984). Berdasarkan pembagian mandala sedimentasi (Martdjojo, 1984),daerah penelitian berada di Mandala Cekungan Bogor. Penampang stratigrafi Jawa bagian barat (Martodjojo, 1984) yangmelintasi Zona Bandung dari tua ke muda terdiri dari Formasi Bayah, Formasi Batuasih, Formasi Rajamandala, Formasi Citarum, Formasi Saguling, Anggota Cibanteng Formasi Saguling, Formasi Cimandiri, dan Formasi Beser (Gambar III.3). 1.Formasi Bayah Nama Bayah dari formasi ini diambil dari nama kecamatan di daerah Banten Selatan, Kabupaten Rangkasibitung. Ciri batuan Formasi Bayah diawali dengan batupasir dari lingkungan laut transisi (sand bar) yang terlihat di Pantai Bayah dan berubah menjadi batupasir konglomeratan ke arah Gunung Walat dengan lingkungan pengendapan pada sungai bermeander. Formasi Bayah merupakan puncak pendangkalan dari sistem akresi di Pulau Jawa. Formasi Bayah diperkirakan berumur Eosen Tengah Oligosen Awal. Pada Zona Bandung, persebaran formasi ini terdapat pada area penggalian batugamping Citatah dan Cipatat, Padalarang. 36 2. Formasi Batuasih Formasi ini diendapkan secara tidak selaras terhadap Formasi Bayah. Karakteristik Formasi Batuasih adalah batulempung napalan dengan sisipan batupasir kuarsa. Pada beberapa horizon terdapat napal yang kaya akan foraminifera planktonik, bentos, dan juga moluska. Bagian yang lebih muda dari formasi ini bersifat gampingan dan mengandung lensa-lensa gamping kalkarenit. Formasi ini diperkirakan berumur Oligosen Akhir dan diendapkan di lingkungan transisi hingga laut dangkal. 3. Formasi Rajamandala Formasi ini diendapkan secara selaras dan berubah menjari terhadap Formasi Batuasih. Formasi Rajamandala merupakan formasi yang terdiri dari napal dan batugamping yang berumur Oligosen Akhir - Miosen Awal.