Hasil Ringkasan
24 BAB II Geologi Regional dan Geologi Daerah Pene litian II.1 Fisiografi Pulau Sulawesi memiliki luas wilayah 174.600 km 2 yang berbentuk huruf K dengan empat semenanjung yang mengarah ke timur, timur laut, selatan, serta tenggara. Pulau ini merupakan area pertemuan empat lempeng yaitu Lempeng Pasifik yang bergerak menuju arah barat, L empeng Eurasia menuju arah selatan-tenggara, Lempeng Indo- Australia menuju arah utara, serta L empeng Filipina (Gambar II.1). Pertemuan ini menghasilkan pembentukan beberapa lengan yang memiliki masing- masing proses dan pola tektonik yang berbeda. Gambar II. 1 Zona berbagai lempeng yang ada di Indonesia . Garis putus-putus menunjukkan pertumbuhan bertahap dari wilayah Indonesia pada fase yang berbeda oleh penambahan fragmen -fragmen kontinen, busur, dan batuan ofiolit (Hall dan Smyth, 2008). Berdasarkan perbedaan pola tektonik dan asosiasi batuan, fisiografi Pulau Sulawesi dibagi menjadi tiga mandala geologi (Sukamto, 1975; Hamilton, 1979; Smith, 1983), yaitu : 25 II.1.1 Mandala B arat Mandala Barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) merupakan busur volkanik berumur Neogen yang memanjang dari lengan selatan sampai lengan utara dari Pulau Sulawesi. Kawasan ini tersusun dari batuan dasar berumur Paleozoikum Akhir sampai Mesozoikum di wilayah utara dan tengah; kompleks bancuh berumur Kapur Akhir sampai Eosen di wilayah selatan; batuan metamorf berumur Kapur; serta batuan vulkanik dan plutonik berumur Paleogen sampai Kuarter (Sukamto, 1975). Van Leeuwen (1994) membedakan M andala Barat sebagai busur magmatik menjadi dua bagian yaitu M andala Barat Bagian Utara serta M andala Barat Bagian Barat. Bagian utara memanjang dari Buol sampai Manado dan bersifat riodasitik – andesitik berumur Miosen – Resen dengan batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen – Oligosen. Bagian barat memanjang dari Buol sampai Makassar berupa batuan penyusun bersifat kontinen terdiri atas batuan vulkanik, batuan sedimen berumur Mesozoikum – Kuarter, serta batuan metamorf berumur Kapur. Kemudian di mandala ini juga terdapat batuan terobosan granitoid. II.1.2 Mandala Tengah Mandala Tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) terdiri dari batuan magmatik potasik kalk-alkali berumur Miosen yang berkorelasi dengan subduksi Mikrokontinen Banggai-Sula serta didominasi oleh batuan metamorf yang ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari Blok Australia (Sompotan, 2012). Tersusun atas fasies metamorfik sekishijau dan sekisbiru yang berumur Kapur Awal (Sukamto, 1975). II.1.3 Mandala Timur Mandala Timur atau East Sulawesi Ophiolite Belt merupakan anjakan-anjakan ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera terimbrikasi berumur Paleozoikum – Mesozoikum dan batuan sedimen berumur Trias – Miosen. Sabuk ini terdiri atas batuan ultramafik – mafik yang disertai dengan batuan sedimen pelagis dan bancuh pada beberapa tempat. Mandala ini didominasi oleh batuan ultrabasa. Berdasarkan data geokimia, sabuk Ofiolit Sulawesi Timur ini diperkirakan berasal dari mid -oceanic ridge (Surono, 1995). 26 Selain tiga mandala tersebut, Sulawesi juga tersusun atas M ikrokontinen Banggai- Sula di kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan Benua Australia yang berpindah ke arah barat karena sesar mendatar dari Nugini menabrak bagian timur Sulawesi. Batuan dasar pada wilayah ini berupa batuan metasedimen berumur Mesozoikum, bagian dari tepian benua Paparan Sunda di wilayah tengah dan selatan (Hamilton, 1979), serta batuan basalt bagian kerak samudra di wilayah utara (Priadi dkk., 1996).