Hasil Ringkasan
7 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Hidrologi II.1.1 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dimana air dari bumi ke atmosfer dan kembali ke bumi lagi (Chow V.T., 1988). Air yang terdapat di permukaan tanah, sungai, danau dan laut menguap ke udara menjadi uap air di atmosfer. Uap air tersebut mengalami kondesasi dan kemudian menjadi awan tempat titik-titik air disimpan. Awan kemudian jatuh di daratan maupun di lautan yang disebut presipitasi berupa hujan, salju, hujan es dan embun. Sebagian air huujan jatuh ke tanah, sebagian tertahan oleh tanaman (intersepsi). Hujan yang jatuh ke tanah, sebagiannya mengalir di permukaan tanah (surface runoff) mengisi cekungan tanah, sungai, danau dan mengalir ke laut. Sebagian meresap ke dalam tanah (infiltrasi) dan mengalir sebagai air bawah permukaan, dimana sebagian mengalir di dalam tanah (perkolasi) mengisi air tanah pada saturated zone, biasanya disebut air bawah tanah yang dapat keluar sebagai mata air atau mengalir ke sungai dan seterusnya sampai ke laut (Triatmodjo, 2014). Gambar II.1 Siklus Hidrologi (Chow, 1988) Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 8 Air bawah tanah ini bergerak jauh lebih lambat keluar lewat alur-alur masuk ke sungai atau langsung merembes ke pantai (Kurniawan, 2009). Sementara itu air yang berada di pemukaan tanah, sungai dan danau juga mengalami penguapan yang disebut evaporasi. Air hujan sebagian masuk kedalam tanah, diambil oleh akar tanaman kemudian menguap kembali ke atmosfer melalui daun yang disebut transpirasi (Richard H. McCuen., 1998). Transpirasi adalah penguapan pada tumbuhan melalui bagian bawah daun yaitu stomata, selain itu transpirasi juga dapat terjadi melalui kutikula atau disebut transpirasi kulikular (Sri Harto, 1993). Jika kedua proses penguapan yaitu evaporasi dan transpirasi terjadi secara bersamaan disebut evapotranspirasi (Kurniawan, 2009). Evapotranspirasi (ET) adalah proses perpindahan air dari bumi ke atmosfer melalui evaporasi air dari tanah dan transpirasi dari tanaman melalui transfer panas laten persatuan area (Hillel, 1983). Evapotranspirasi terjadi pada siang hari dimana matahari tengah bersinar, dimana faktor-faktor yang mempengaruhi adalah jenis tanaman, kondisi tanah, temperatur. Faktor penentu evapotranspirasi dapat diliha t pada gambar dibawah ini. Gambar II.2 Faktor Penentu Evapotranspirasi (Hillel, 1983) PET atau Potensial Evapotranspiration, dapat diartikan sebagai kemampuan atmosfer untuk mengambil air melalui proses evaporasi dan transpirasi dengan asumsi tidak ada kontrol mengenai keberadaan air (air melimpah). PET juga dapat diartikan sebagai kondisi maksimum kemungkinan tanaman mengalami proses Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 9 evapotranspirasi dengan kondisi meteorologi lingkungan dan fisiologi tanaman sebagai parameter.