Hasil Ringkasan
29 Bab IV Metode dan Hasil Analisis IV.1 Pengambilan Sampel dan Jenis Analisis yang dilakukan Sampel batubara diperoleh dari singkapan (outcrop) dengan cara channel sampling dan pemboran inti pada Formasi Batu Ayau di PKP2B PT Marunda Graha Mineral, Kecamatan Laung-Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Propinsi Kalimantan Tengah. Sampel batubara berjumlah 128 dari 5 seam, kemudian diseleksi berdasarkan perbedaan lytotipe sehingga jumlahnya berkurang menjadi 20 sampel (4 sampel tiap seam). Sampel tersebut telah dianalisis di Laboratorium tekMIRA mencakup organic petrology (AS 2856-1998), proximate (ASTM D3173-03, ASTM D3174-04, ASTM D3175-02), ultimate (ASTM D3177-02, ASTM D3178- 89, ASTM 3179-02), dan free swelling index (ASTM D720-91). Hasil analisis berupa komposisi maseral dan reflektan vitrinit (Tabel IV.1), free swelling index, moisture, ash content, volatil matter, fixed carbon, carbon, hydrogen, nitrogen, oxygen, dan total sulphur (Tabel IV.2) yang diduga sebagai parameter yang berpengaruh terhadap nilai FSI. Statistik regresi linier sederhana digunakan untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi (r) antar variabel, dalam analisis ini digunakan standar nilai r adalah 0,5 (Sudjana, 1992). Besarnya nilai r menentukan apakah suatu variabel berhubungan atau tidak. Secara umum jika nilai r > 0,5 maka kedua variabel tersebut mempunyai suatu hubungan, sedangkan nilai r < 0,5 dikatakan bahwa kedua variabel itu tidak memiliki hubungan atau lemah. Hubungan positif (+) atau negatif (-) pada nilai r perlu diperhatikan, jika nilai r memiliki hubungan positif (+) merupakan hubungan berbanding lurus, sedangkan jika nilai r negatif (-) maka hubungannya berbanding terbalik. IV.2 Analisis Petrografi IV.2.1 Prosedur Analisis Komposisi Maseral Analisis komposisi maseral adalah analisis untuk menentukan presentasi kandungan maseral dan mineral dari suatu sampel batubara. Dalam pengamatan Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 30 ini digunakan mikroskop sinar pantul Carl Zeiss dan point counter swift dengan perbesaran 500 kali. Sedangkan untuk identifikasi grup maseral liptinit digunakan sinar ultraviolet (fluorescence), yaitu dengan mengganti filter dan lampunya. Klasifikasi maseral batubara menggunakan standar AS 2856 (Standar Association of Australia, 1986) dan terminologi Australia. Jumlah pengamatan yang dilakukan terhadap masing-masing bidang poles dalam penelitian ini sebanyak 500 pengamatan tersebar di seluruh permukaan sampel. IV.2.2 Prosedur Analisis Reflektan Analisis reflektan adalah analisis untuk menentukan besarnya intensitas sinar yang dipantulkan kembali oleh maseral vitrinit. Peningkatan besar intensitas ini bersifat progresif dengan meningkatnya pembatubaraan, sehingga dapat dipergunakan sebagai parameter tingkat kematangan (peringkat) suatu lapisan batubara. Pengukuran reflektan vitrinit dilakukan dibawah medium minyak imersi yang memiliki indeks refraksi 1,518 pada panjang gelombang 546 nm dan temperatur 23⁰ C. Untuk mendapatkan hasil pengukuran akurat digunakan standar reflektan yang telah diketahui. Dalam penelitian ini standar reflektan yang dipergunakan adalah spinel sintetik dengan besaran reflektan 0,586%. Pengukuran standar reflektan dilakukan sebelum pengukuran reflektan vitrinit. Maseral vitrinit yang diukur reflektannya adalah telocollinite atau huminite, karena maseral ini yang paling banyak ditemukan diantara maseral yang lain, bersifat homogen, dan ukurannya relatif lebih besar.