Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Batubara merupakan sumber energi utama di Indonesia saat ini setelah minyak dan gas bumi yang cadangannya mulai menipis dan harganya cenderung tinggi. Indonesia merupakan salah satu pengguna kokas dalam jumlah yang besar, baik untuk kebutuhan peleburan logam metalurgi maupun pengecoran logam non ferro (Daulay, 1998). Dengan demikian, peranan kokas dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang industri, baik industri besar maupun industri kecil dan menengah menjadi sangat penting. Berawal dari kebutuhan kokas yang sangat tinggi tersebut maka diperlukan penelitian tentang potensi batubara pengokas (coking coal) di Indonesia, agar pemanfaatan batubara bisa lebih maksimal (Cahyono dan Daulay, 2013). Kokas yang baik harus memiliki sifat caking yaitu kemampuan menggumpal (agglomeration) dan mengembang (swelling) selama pemanasan dilakukan (Loison, 1989). Batubara dapat dimanfaatkan sebagai kokas yang baik jika memiliki nilai free swelling index (FSI) sebesar 4 sampai 6 (Yustanti, 2012). M elanjutkan penelitian sebelumnya yang berjudul “Studi Parameter Penentu Cokeability Batubara Formasi Batu Ayau Kalimantan Tengah Berdasarkan Hasil Analisis Crucible Swelling Number, Proximate, Total Sulphur dan Calorific Value” diketahui bahwa nilai crucible swelling number/ free swelling index batubara di daerah penelitian memiliki nilai indeks yang bervariasi dari 1 sampai 7 dari lima lapisan batubara yang dianalisis. Dari analisis-analisis yang dilakukan pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa parameter seperti total moisture dan inherent moisture merupakan parameter yang mempengaruhi nilai free swelling index, maka penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan beberapa analisis tambahan seperti analisis ultimat dan analisis mikroskopi (maseral dan reflektan vitrinit untuk mendapatkan parameter-parameter lainnya yang mempengaruhi nilai free swelling index batubara di Daerah Murung Raya. Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 2 Secara keseluruhan, kandungan TM batubara di Daerah Murung Raya bervariasi dari 2,6 sampai dengan 7,4% (ar), kandungan IM dari 1,4 sampai dengan 3,7% (adb), kandungan abu dari 3 sampai dengan 20,1% (adb), kandungan sulfur dari 0,31 sampai dengan 1,52 % (adb). Sementara nilai kalori bervariasi dari 6.330 sampai dengan 7.948 kkal/kg (adb). Secara umum nilai kalori batubara ini diatas 7000 kkal/kg (adb). Adapun nilai kalori yang berada di 6000 kkal/kg (adb) terkait dengan kandungan abunya yang tinggi. Dari distribusi data yang variasinya tidak terlalu besar sehingga bisa disimpulkan sementara bahwa data yang ada tidak dominan mengontrol nilai CSN. Hasil pengolahan data dengan statistik sederhana menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi CSN terhadap CV (r = 0,48), CSN terhadap TM (r = -0,52), CSN terhadap Ash (r = -0,21), CSN terhadap IM (r = -0,63), CSN terhadap TS (r = -0,22). Hasil analisis statistik regresi linier sederhana diatas antara parameter Ash, IM, TM dan TS terhadap CSN menunjukkan hubungan negatif sedangkan CV terhadap CSN menunjukkan hubungan positif. Jika nilai r memiliki hubungan positif (+) berarti adanya suatu hubungan yang berbanding lurus sedangkan jika nilai r memiliki hubungan negatif (-) berarti hubungan korelasi tersebut berbanding terbalik. Kandungan air mempunyai hubungan yang sedang sementara faktor lainnya menunjukkan korelasi yang lemah (Anggayana dkk., 2015). Beberapa peneliti mengungkapkan fakta bahwa adanya hubungan antara komposisi maseral dan kualitas batubara terhadap nilai (FSI). Beberapa fakta tersebut antara lain: (1) Meningkatnya moisture dan kadar oksigen mengakibatkan nilai FSI menurun, sedangkan kadar karbon, kandungan vitrinit (%vol.), dan nilai R max yang tinggi mengakibatkan nilai FSI meningkat. (Khorami dkk., 2011).