Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Zirkonium adalah salah satu unsur yang paling banyak terdapat dalam bentuk silikat dan sedikit dalam bentuk oksida. Sumber utama zirkonium yang ditambang secara komersial adalah mineral baddeleyite (ZrO 2) dan pasir zirkon (ZrSiO4). Kedua mineral ini dijumpai bersenyawa dengan hafnium. Zirkon merupakan salah satu jenis mineral ikutan (accessory mineral) yang terakumulasi bersama dengan mineral berat lainnya seperti magnetit, rutil, monasit, ilmenit, emas dan timah. Produk zirkonium banyak digunakan dalam berbagai produk akhir biasanya dalam kuantitas yang rendah tetapi pada barang-barang yang bernilai tinggi. Secara umum zirkon digunakan pada refraktori, pasir pengecoran logam, industri keramik, metal zirkon dan aplikasi metalurgi. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya zirkonium yang potensial dan merupakan produsen zirkon keempat di dunia. Komoditas zirkon Indonesia banyak diekspor ke berbagai negara dalam bentuk bahan mentah dengan harga yang jauh lebih murah dengan kadar zirkon yang rendah antara 40% sampai dengan 50% ZrO 2+HfO2. Berdasarkan amanat dari Undang-undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, pemerintah menerbitkan Permen ESDM No. 8 Tahun 2015 tentang Peningkatan Nilai Tambah (PNT) mineral melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. Hal ini menyebabkan perlu dilakukannya tahapan benefisiasi (beneficiation) untuk memperoleh zirkon premium dengan kadar > 65% sehingga dapat langsung digunakan oleh industri hilir dalam negeri. Untuk produk zirkonium silikat, batas minimum pengolahan zirkon (ZrO 2+HfO2) adalah ≥ 65,5% dan lolos saringan 60 mesh ≥ 95%. Berdasarkan data publikasi U.S Geology Survey, selama satu dekade terakhir secara global pertumbuhan konsumsi zirkon telah meningkat rata-rata sebesar 3%. Peningkatan permintaan zirkon tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan konsumsi zirkon pada industri keramik yang merupakan mesin utama pertumbuhan konsumsi zirkon dengan kontribusi sebesar 54% dari total konsumsi rata-rata zirkon dunia. Dengan permintaan yang terus meningkat dan pasokan yang terbatas Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 2 menyebabkan kenaikan harga rata-rata sebesar 9% per tahun dari tahun 2000 hingga tahun 2010. Pada tahun 2011, konsumsi zirkon dunia mengalami penurunan yang signifikan akibat adanya lonjakan harga zirkon sebesar 208% pada tahun sebelumnya hingga menyentuh US$ 2.650/ton. Selain faktor harga jual, zirkon juga mengalami tekanan akibat penggunaanya dapat digantikan oleh mineral lain yaitu alumina, zeolit, dan feldspar. Sebelumnya zirkon telah menggantikan peran tin oxide (SnO) sebagai bahan baku glasir opasitas pada badan keramik karena harganya lebih murah (Pirkle dan Podmeyer, 1998). Saat ini di beberapa negara bagian Eropa seperti Italia, Jerman dan Perancis telah menggunakan alumina untuk menggantikan peran zirkon di industri keramik (Zircomet, 2014).