Hasil Ringkasan
80 Bab V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan Dari serangkaian pengujian di Laboratorium, maka dapat disimpulkan sebagai bahwa: 1. Berdasarkan pengujian nilai fracture toughness tipe rekahan I dengan tiga diameter berbeda untuk setiap jenis batuan uji pada pengujian Brazilian dan three point bending, menunjukkan nilai fracture toughness tidak beraturan (bervariasi) dan tidak jauh berbeda antar diameter sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada efek skala terhadap nilai fracture toughness tipe rekahan I. 2. Nilai fracture toughness tipe rekahan I untuk pasta semen pada rentang diameter 44 mm – 70 mm dan untuk batu andesit dan batugamping pada rentang diameter 45 mm – 68 mm pada uji three point bending adalah sebagai berikut : Batu Andesit : 3,15 – 3,36 MPa m 0.5 Batugamping : 1,41 – 2,19 MPa m 0.5 Pasta semen : 0,68 – 0,71 MPa m 0.5 Sedangkan fracture toughness tipe rekahan I untuk pasta semen pada rentang diameter 44 mm – 70 mm dan untuk batu andesit dan batugamping pada rentang diameter 45 mm – 68 mm pada uji Brazilian adalah sebagai berikut : Batu Andesit : 2,62 – 3,05 MPa m 0.5 Batugamping : 1,44 – 1,77 MPa m 0.5 Pasta semen : 0,67 – 0,82 MPa m 0.5 3. Nilai fracture toughness tipe rekahan I akan semakin besar seiring dengan bertambahnya kekuatan batuan tersebut. Dari hasil pengujian terlihat bahwa batu andesit memiliki nilai fracture toughness tipe rekahan I yang lebih tinggi dibandingkan dengan batugamping dan pasta semen. 4. Persamaan regresi untuk korelasi kuat tarik batuan terhadap nilai fracture toughnes tipe rekahan I uji Brazilian adalah sebagai berikut : Batu Andesit : K IC = 0,2875σ t - 1.6613 Batugamping : K IC = 0,3162σ t - 0,9484 Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 81 Pasta semen : K IC = 0,3132σ t - 0,2387 Sedangkan persamaan regresi untuk korelasi kuat tarik batuan terhadap nilai fracture toughnes tipe rekahan I uji three point bending adalah sebagai berikut : Batu Andesit : K IC = 0,1276σ t + 1,3268 Batugamping : K IC = 0,2864σ t - 0,7544 Pasta semen : K IC = 0,0311σ t + 0,5825 5. Nilai fracture toughness tipe rekahan I menggunakan uji Brazilian dapat digunakan sebagai alternatif pengujian untuk memperoleh nilai fracture toughness tipe rekahan I di Laboratorium Geomekanika dan Peralatan Tambang Institut Teknologi Bandung dikarenakan selisih nilai fracture toughness tipe rekahan I (K IC) untuk keseluruhan batuan uji antar kedua uji, yakni uji Brazilian dan three point bending berkisar 0,03-0,630. 6. Nilai fracture toughness tipe rekahan I untuk setiap batuan yang diperoleh dari uji three point bending lebih besar daripada uji three Brazilian kecuali pasta semen. 7. Dari permodelan tiga dimensi, proses pecahnya batuan dimulai dari sekitar area perpotongan rekahan berbentuk V. Hal ini ditandai semakin kecilnya dengan nilai strength factor (SF) pada model dengan pemberian beban secara bertahap, hingga akhirnya nilai strength factor < 1, dan menyebar sampai akhirnya model tersebut runtuh. (Model dikatakan runtuh pada pemberian tegangan sama dengan hasil tegangan yang diperoleh dari uji Laboratorium dan diinterpretasikan melalui persentase rekahan) . 8. Hasil persentase rekahan untuk batu andesit dan batugamping pada rentang diameter 45 mm – 68 mm dan untuk pasta semen pada rentang diameter 44 mm – 70 mm adalah sebagai berikut : Batu Andesit : 4,31% - 6,19% Batugamping : 1,52% - 6,19% Pasta semen : 1,52% - 8,87% 9. Perbedaan pengujian Brazilian untuk penentuan nilai kuat tarik dan nilai fracture toughness tipe rekahan I adalah Koleksi digital milik UPT Perpustakaan ITB untuk keperluan pendidikan dan penelitian 82 - Kontrol pembebanan pada mesin Hung-Ta untuk penentuan nilai kuat tarik menggunakan uji Brazilian adalah kontrol laju pembebanan (loading rate) sebesar 200 N/det. Sedangkan penentuan nilai fracture toughness tipe rekahan I adalah kontrol laju perpindahan (displacement rate) sebesar 0,001 mm/det. - Untuk salah satu parameter dalam persamaan penentuan nilai kuat tarik pada penentuan nilai kuat tarik uji Brazilian menggunakan gaya maksimum sesaat sebelum batuan tersebut runtuh (F max), sedangkan penentuan nilai fracture toughness tipe rekahan I menggunakan gaya rekahan tidak stabil (P min) yang diperoleh dari titik antara garis perpotongan gaya rekahan stabil dan gaya rekahan tidak stabil pada kurva perpindahan-gaya.