21 BAB III GEOLOGI REGIONAL III.1 Fisiografi Cekungan Natuna Barat Secara geografis, Cekungan Natuna Barat terletak pada 2°-5° LU dan 104°-110° BT. Cekungan Natuna Barat terletak di Laut Cina Selatan dan dibatasi oleh Cekungan Penyu di Baratdaya, Cekungan Malay di Baratlaut, Kepulauan Natuna di timur, Paparan Sunda di selatan, dan Khorat Swell di utara. Cekungan Natuna Barat memanjang dengan arah baratdaya-timurlaut dengan luas sekitar 92.000 km 2 . Cekungan ini termasuk ke dalam wilayah teritorial laut Indonesia yang terletak di bagian selatan dari Laut Cina Selatan, yaitu Laut Natuna. Daerah Natuna terpisahkan menjadi Natuna Barat dan Natuna Timur oleh Natuna Arch yang merupakan punggungan dari Paparan Sunda seperti yang ditunjukkan oleh Gambar III.1. Gambar III.1 Fisiografi Cekungan Natuna Barat (Pertamina BPPKA, 1996). 22 III.2 Kerangka Tektonik dan Struktur Regional Indonesia Struktur geologi pada Eosen Tengah hingga Miosen Akhir menurut Hall (2012) ditunjukkan oleh Gambar III.2. Pada Eosen Tengah, kolisi benua-benua dimulai sepanjang batas Lempeng India-Eurasia. Lempeng India yang bergerak ke utara mengakibatkan terjadinya kolisi dengan busur kepulauan sepanjang bagian selatan batas Lempeng Eurasia. Blok Indocina bergerak ke tenggara membentuk sesar- sesar dekstral yang melewati Cekungan Natuna Barat, Cekungan Malay, dan Cekungan Thailand. Pergerakan blok Indocina menghasilkan peningkatan aktivitas transtensional sepanjang Cekungan Natuna Barat, Cekungan Malay, dan Cekungan Thailand. Dan terbentuk graben graben pada bagian selatan dan baratdaya Cekungan Natuna Barat, Sumatera, Jawa yang menghasilkan inversi cekungan. Inversi cekungan ini merupakan hasil dari zona subduksi ke selatan yang menghasilkan penutup tepi cekungan dan kolisi busur subsekuen. Proses ekstrusi Indocina berlanjut menghasilkan ekstensi sepanjang Cekungan Natuna Barat dan Cekungan Malay. Tanda pertama inversi Cekungan Natuna Barat adalah angular unconformity akibat rotasi, yaitu Proto South China (searah jarum jam) dan Semenanjung Malaya, Sumatra, dan Kalimantan (tidak searah jarum jam). Pada Miosen Akhir, rotasi Kalimantan sudah lengkap, proses spreading berhenti di Laut Cina Selatan, ekstensi dan spreading dimulai di Laut Andaman. Inversi di 22 cekungan busur belakang Sumatra dimulai sebagai oblique subduction dan pergerakan subsequent dextral stike-slip. 23 Gambar III.2 Struktur geologi pada Eosen Tengah hingga Miosen Akhir (Hall, 2012). 24 III.3 Kerangka Tektonik dan Regional Cekungan Natuna Barat Menurut Daines (1985), Cekungan Natuna Barat merupakan cekungan intra- continental rift yang perkembangannya dipengaruhi oleh kolisi Lempeng India dan Eurasia. Kolisi antara Lempeng India dan Eurasia dapat dilihat pada Gambar III.3. Proses kolisi terdiri dari fase tektonik ekstensional dan kompresional seperti yang ditunjukkan pada Gambar III.4. Fase ekstensional berlangsung selama Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir dan fase kompresional pada Miosen. Gambar III.3 Kolisi India-Asia (Daines, 1985). 25 III.3.1 Fase Ekstensional Fase ekstensional pada Eosen Akhir hingga Oligosen dipengaruhi kolisi Lempeng India dengan Lempeng Eurasia. Bagian Indocina-Sunda bergerak ke arah tenggara dan terjadi rifting sehingga terbentuk graben dan half-graben di Cekungan Natuna Barat. Pola rifting yang terbentuk memiliki arah baratlaut-tenggara yang merepresentasikan pola umum Cekungan Malay dan timurlaut-baratdaya yang merepresentasikan pola umum Cekungan Natuna Barat. Kemudian cekungan setengah graben diisi oleh endapan sedimen berumur Eosen-Oligosen. III.3.2 Fase Kompresional Menurut Hamilton (1979), fase kompresional pada Miosen dipengaruhi oleh pergerakan Blok Indocina menuju Paparan Sunda sehingga mendorong terbentuknya struktur inversi berupa antiklin dengan patahan naik (reverse). Fase kompresional ini mengaktifkan struktur-struktur yang terbentuk lebih dahulu dengan pergerakan sebaliknya (reverse). Gambar III.4 Fase ekstensional dan fase kompresional pada Cekungan Natuna Barat (Daines, 1985). 26 Gambar III.5 dan Gambar III.6 menunjukkan pengendapan fase syn-rift (pelisuan) Formasi Lama pada Cekungan Natuna Barat dengan lokasi Sumur A-1, Sumur A-2, dan Sumur A-3. Menurut Simon (2001), lingkungan pengendapannya adalah supratidal, fluvial-lacustrine. Gambar III.5 Fase syn-rift (pelisuan) Formasi Lama pada Cekungan Natuna Barat (Simon, 2001). Gambar III.6 Fase syn-rift (pelisuan) Formasi Lama pada Cekungan Natuna Barat dengan keterangan lokasi Sumur A-1, Sumur A-2, dan Sumur A-3 (Simon, 2001). 27 III.4 Stratigrafi Cekungan Natuna Barat Suksesi Tersier Cekungan Natuna Barat dapat dibagi menjadi empat megasikuen yaitu, megasikuen syn-rift, megasikuen post-rift, megasikuen syn-inversion, dan megasikuen post-inversion (Darman dan Sidi, 2000). Megasikuen syn-rift terbentuk pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir akibat fase tektonik ekstensional. Formasi yang termasuk ke dalam megasikuen syn-rift adalah Formasi Lama dan Formasi Benua. Megasikuen post-rift terbentuk pada masa tektonik pasif hingga Miosen Awal. Formasi yang termasuk ke dalam megasikuen post-rift adalah Formasi Lower Gabus, Formasi Keras, Formasi Upper Gabus dan Formasi Barat. Megasikuen syn-inversion terbentuk pada Miosen Awal akibat fase tektonik kompresional. Formasi yang termasuk ke dalam megasikuen syn-inversion adalah Formasi Pasir dan Formasi Arang. Megasikuen post-inversion terbentuk pada Miosen Akhir saat fenomena tektonik inversi berakhir. Formasi yang termasuk ke dalam megasikuen post-inversion adalah Formasi Muda yang terendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Arang. Gambar III.7 Stratigrafi Regional Cekungan Natuna Barat (Star Energy, 1992). 28 III.4.1 Litologi Formasi Urutan litostratigrafi Cekungan Natuna Barat dari yang paling tua sampai ke yang muda dibagi atas beberapa kelompok, yaitu batuan dasar, Formasi Lama, Formasi Benua, Formasi Lower Gabus, Formasi Keras, Formasi Upper Gabus, Formasi Barat, Formasi Pasir, Formasi Arang, dan Formasi Muda seperti yang ditunjukkan pada Gambar III.5. III.4.1.1 Batuan dasar (basement) Hasil pengeboran beberapa sumur di daerah Kakap Selatan dan sekitarnya menunjukkan adanya batuan dasar Pra-Tersier. Batuan dasar yang telah ditembus berupa batuan beku intrusif tipe asam dan batuan metamorphic amphibolite. III.4.1.2 Formasi Lama Formasi Lama merupakan sekuen pengisian rift yang paling tua dan merupakan endapan non-marine. Formasi ini terdiri atas batulempung berwarna abu-abu, menyerpih, dan sedikit karbonan. Berdasarkan pada model sedimentasi, persentase batu pasir dalam formasi ini diinterpretasikan meningkat kearah sesar batas dan atau kearah sisi flexure dari setiap graben.