15 BAB III TATANAN GEOLOGI 3.1Geologi Regional Secara fisiografi, Jawa Tengah dapat dibagi menjadi tujuh zona utama, yaitu Zona Pegunungan Serayu Selatan, Pegunungan Serayu Utara, Depresi Tengah, Gunung Api Kuarter, Dataran Aluvial Pantai Utara, Antiklinorium Rembang-Madura, dan Pegunungan Selatan (van Bemmelen, 1949).Kompleks Vulkanik Diengberada di Zona Gunung Api Kuarter(Gambar 3.1). Gambar 3.1. Secara fisiografi, kawasan Dieng berada diZonaGunung Api Kuarter (modifikasi dari van Bemmelen, 1949dalam Hartono, 2010). Prosesvulkanisme yang terjadi pada Kompleks Vulkanik Dieng dapat dibagi menjadi tiga tahap hingga terbentuk Sistem Panas Bumi Dieng(Harijoko, et al., 2016). Ketiga tahapan tersebut, yaitu Prakaldera, Pascakaldera I, dan Pascakaldera II.Pada tahapPrakaldera, terjadi aktivitas vulkanisme yang menghasilkanGunung Gajahmungkur dan Prau(Gambar 3.2). Kemudian, kedua gunung tersebut mengalami letusan besar sehingga terjadi pengosongan dapur magma dan terbentuk kaldera.Selain itu, pada tahap Prakaldera juga terbentuk Gunung Nagasari, Sidede, dan Bisma. 16 Gambar 3.2. Peta tahap vulkanisme Dieng (modifikasi dari Harijoko, et al. (2016) dengan penambahan manifestasi dari Shalihin, et al. (2022) dan sumur penelitian). Pada daerah Dieng terjadi tiga tahap vulkanisme, yaitu Prakaldera, Pascakaldera I, dan Pascakaldera II. 17 Tahap selanjutnya adalah Pascakaldera I. Pada tahap ini terjadi pembentukan Gunung Pagerkandang dan Pangonan-Merdada (Gambar 3.2). Tipe erupsi pada tahap ini umumnya berupa erupsi eksplosif (Harijoko, et al., 2010). Berikutnya, tahap terakhir merupakan Pascakaldera II yang membentuk Gunung Kendil, Pakuwaja, Sikunir, Prambanan, dan Seroja (Gambar 3.2). Tipe erupsi pada tahap ini umumnya berupa erupsi freatik dan eksplosif yang berkaitan dengan intrusi magma dan penumpukan gas di bawah permukaan (Harijoko, et al., 2010). Material hasil letusan dari kedua tahap Pascakaldera tersebut tersebar secara tidak merata (Harijoko, et al., 2010). Oleh sebab itu, terbentuklah cekungan-cekungan di Dataran Tinggi Dieng yang terisi air dan menjadi danau. Keberadaan dapur magma di bawah Dataran Tinggi Dieng memanaskan batuan dan air tanah di kawasan tersebut sehingga terbentuk Sistem Panas Bumi Dieng. 3.2 Geologi Permukaan Daerah Penelitian Analisis pola kelurusan pada daerah penelitian dilakukan menggunakan citra Digital Elevation Model (DEM) dengan hillshade dari empat arah, yaitu 45°, 90°, 135°, dan 180°. Analisis ini bertujuan untuk menarik kelurusan yang teramati di daerah penelitian dan sekitarnya. Hadirnya kelurusan tersebut mengindikasikan adanya pengaruh struktur geologi dan aktivitas vulkanik yang berkembang di daerah penelitian. Berdasarkan hasil analisis, kelurusan yang dominan berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara (Gambar 3.3). Lapangan Panas Bumi Dieng terdiri atas batuan piroklastik dan lava andesit. Menurut Shalihin, et al. (2022), sedikitnya terdapat 24 unit litologi di daerah Dieng (Gambar 3.4). Seluruh litologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga produk vulkanik berdasarkan tahap vulkanismenya, yaitu produk Prakaldera, Pascakaldera I, dan Pascakaldera II (Shalihin, et al., 2022). 18 Gambar 3.3. Peta kelurusan daerah Dieng menunjukkan kelurusan dominan berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara. 19 Produk Prakaldera merupakan batuan vulkanik dengan komposisi andesit-basaltik olivin (Shalihin, et al., 2022). Berdasarkan pentarikhan umur secara radiometrik, produk Prakaldera diperkirakan berumur Pliosen Akhir sampai Pleistosen Awal. Menurut Shalihin, et al. (2022) produk ini terdiri atas batuan vulkanik Gajahmungkur, Prau (3,6 juta tahun yang lalu), Sigemplong, Jimat, Nagasari (2,99 juta tahun yang lalu), Bisma (2,53 juta tahun yang lalu), Sidede, dan Sembungan (Gambar 3.5). Produk Pascakaldera I merupakan batuan vulkanik dengan komposisi andesit- basaltik piroksen (Shalihin, et al., 2022). Berdasarkan pentarikhan umur secara radiometrik, produk Pascakaldera I diperkirakan berumur Pleistosen Tengah. Menurut Shalihin, et al. (2022) produk ini terdiri atas batuan vulkanik Pagerkandang (0,46 juta tahun yang lalu), Sipandu, dan Pangonan-Merdada (0,37 juta tahun yang lalu) (Gambar 3.5). Produk Pascakaldera II merupakan batuan vulkanik dengan komposisi andesit- dasitik biotit (Shalihin, et al., 2022). Berdasarkan pentarikhan umur secara radiometrik, produk Pascakaldera II diperkirakan berumur Pleistosen Akhir. Menurut Shalihin, et al. (2022) produk ini terdiri atas batuan vulkanik Igir Binem, Watusumbul, Kendil (0,27 juta tahun yang lalu), Prambanan, Pakuwaja (0,13 juta tahun yang lalu), Sikunir, Seroja (0,07 juta tahun yang lalu), dan Sikunang (Gambar 3.5). Struktur utama yang mengontrol daerah Dieng, yaitu struktur berarah barat laut- tenggara, utara-selatan, dan barat-timur (Nurpratama, et al., 2015). Ketiga orientasi struktur tersebut mengontrol zona permeabilitas di Lapangan Panas Bumi Dieng. Pola struktur barat laut-tenggara dan utara-selatan dominan berada di bagian utara pada unit litologi yang berumur tua, seperti Prau. Sementara itu, pola struktur barat- timur terdiri atas sistem sesar di kawasan Pangonan-Merdada dan sesar yang mengontrol pembentukan kaldera Prau (Gambar 3.4). 20 Gambar 3.4. Peta geologi daerah Dieng menunjukkan terdapat 24 unit litologi yang terdiri atas batuan piroklastik dan lava andesit (Shalihin, et al., 2022). 21 Gambar 3.5. Kesetaraan stratigrafi daerah Dieng berdasarkan Harijoko, et al. (2016) dan Shalihin, et al.