8 BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Panas Bumi Dieng Sistem Panas Bumi Dieng termasuk sistem hidrotermal vulkanik dengan sumber panas berasal dari sisa aktivitas magmatisme di sekitar Kawah Sileri, Sikidang, dan Gunung Pakuwaja (Gambar 2.1). Area Sikidang memiliki temperatur reservoir >300°C dengan litologi berupa batuan andesit (Shalihin, et al., 2022). Menurut Ramadhan, et al. (2013), fluida reservoir di area Sikidang berasal dari air meteorik yang bercampur dengan fluida magmatik. Adanya keterlibatan fluida magmatik tersebut menyebabkan fluida reservoir memiliki pH asam dan bersifat korosif. Pada area Sikidang, mineral-mineral indikator yang terbentuk oleh fluida asam, seperti pirofilit, native sulfur, dan anhidrit umum dijumpai (Shalihin, et al., 2022). Gambar 2.1. Model Sistem Panas Bumi Dieng (diterjemahkan dari Shalihin, et al., 2022). 9 2.2 Alterasi Hidrotermal Alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi ataupun komposisi kimia karena batuan berinteraksi dengan fluida hidrotermal (Browne, 1999). Mineral alterasi yang terbentuk berbeda-beda tergantung pada respons dari interaksi fluida terhadap mineral tertentu. Menurut Browne (1999), faktor yang memengaruhi pembentukan mineral hidrotermal, yaitu temperatur, tekanan, komposisi fluida, tipe batuan, permeabilitas, dan durasi aktivitas hidrotermal. Intensitas alterasi menunjukkan seberapa besar suatu batuan telah terubah menjadi mineral hidrotermal yang baru (Browne, 1999). Intensitas alterasi tidak berkaitan langsung dengan jenis mineral baru yang terbentuk. Menurut Browne (1995) dalam Herdianita (2012), terdapat lima tingkatan intensitas alterasi yang dinilai secara semikuantitatif melalui pengamatan petrografi (Tabel 2.1). Tabel 2.1. Klasifikasi intensitas alterasi hidrotermal dan definisinya (diterjemahkan dari Browne, 1995 dalam Herdianita, 2012). Intensitas Alterasi Definisi Sangat lemah Masadasar dan fenokris tidak terubah. Lemah Masadasar terubah sebagian, tetapi fenokris umumnya tidak terubah. Sedang Masadasar dan fenokris terubah sebagian. Tekstur asal batuan masih terlihat jelas. Kuat Masadasar dan fenokris hampir terubah total. Tekstur asal batuan sulit dikenali. Sangat kuat Masadasar dan fenokris terubah sempurna. Tekstur asal batuan telah hilang. 2.2.1 Proses Pembentukan Alterasi Hidrotermal Mineral alterasi hidrotermal pada sistem panas bumi dapat terbentuk melalui penggantian (replacement), pengendapan langsung (direct deposition) dari fluida hidrotermal pada rongga atau rekahan, serta proses pelarutan mineral primer tanpa penggantian (vuggy/corroded) (Browne, 1999). Penggantian mineral primer dengan mineral sekunder dapat terjadi karena adanya perbedaan antara lingkungan 10 vulkanik (tempat mineral primer terbentuk) dan panas bumi (Browne, 1999). Proses penggantian sangat dipengaruhi oleh permeabilitas. Secara umum, batuan dengan permeabilitas yang lebih tinggi akan lebih mudah mengalami penggantian mineral primer. 2.2.2 Klasifikasi Alterasi Hidrotermal Menurut Reyes (1998), alterasi hidrotermal dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok berdasarkan pH pembentukannya, yaitu alterasi yang berasosiasi dengan pH netral (Gambar 2.2) dan asam (Gambar 2.3). Kedua kelompok alterasi tersebut dapat dibagi lagi menjadi beberapa zona yang didasari oleh kelimpahan mineral dan kehadiran asosiasi mineralnya. Alterasi pH netral terdiri atas empat zona utama, yaitu zona smektit, transisi, ilit, dan biotit (Reyes, 1998). Keempat zona tersebut menunjukkan temperatur pembentukan yang semakin tinggi. Alterasi pH netral dengan temperatur tinggi juga dapat dibagi lagi menjadi dua subzona, yaitu subzona epidot dan amfibol (Reyes, 1998) (Gambar 2.2). Sementara itu, alterasi pH asam terdiri atas empat zona utama yang menunjukkan peningkatan temperatur pembentukan, yaitu kaolinit, dikit±kaolinit, dikit±pirofilit, dan pirofilit±ilit (Reyes, 1998) (Gambar 2.3). 2.2.3 Alterasi Hidrotermal sebagai Geotermometer Mineral hidrotermal dengan kandungan OH atau n-H 2 O, seperti lempung, zeolit, prehnit, dan amfibol memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap perubahan temperatur (Browne, 1999).