51 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Analisis Karakteristik Overpressure Karakteristik overpressure tiap sumur penelitian dianalisis berdasarkan respons log talikawat terhadap kedalaman, profil tekanan, plot silang densitas dengan sonik, dan plot silang gradien geotermal terhadap kedalaman, serta kondisi geologi di lapangan tersebut. V.1.1 Sumur ADA-1 Sumur ADA-1 dibor pada tanggal 15 Februari 2002 hingga 16 Maret 2002. Sumur ini memiliki kedalaman (TVDSS) hingga 1028 meter, menembus Formasi Pucangan dan Formasi Kalibeng. Profil tekanan/tegasan terhadap kedalaman serta respons log talikawat pada interval batulempung di Sumur ADA-1 dapat dilihat pada Gambar V.1. Persamaan tren kompaksi normal (NCT) yang digunakan di sumur ini berdasarkan log sonik adalah sebagai berikut: . Data tekanan, baik data uji tekanan maupun estimasi tekanan pori Eaton, dan log talikawat pada sumur ini mengindikasikan tren secara umum masih menunjukkan kondisi normal. Hal ini didukung oleh laporan pengeboran Sumur ADA-1, dimana tidak ada kejadian selama operasi pengeboran yang mengindikasikan adanya kenaikan tekanan pori secara signifikan. Respons log talikawat menunjukan tren normal hingga total kedalaman sumur. Tren normal ditunjukan oleh nilai sonik yang semakin berkurang, nilai densitas yang semakin bertambah, dan nilai porositas neutron yang semakin berkurang seiring bertambahnya kedalaman (Gambar V.1). Oleh karena itu, pada Sumur ADA-1 tidak terdapat overpressure baik akibat mekanisme loading maupun non-loading. Kedalaman akhir sumur masih dalam kondisi hidrostatis dan belum menembus zona overpressure 53 V.1.2 Sumur ADU-1 Sumur ADU-1 dibor pada tanggal 3 Agustus 1993 hingga 2 November 1993. Sumur ini memiliki kedalaman (TVDSS) hingga 2640 meter, menembus Formasi Pucangan, Formasi Kalibeng dan Formasi Kerek. Profil tekanan/tegasan terhadap kedalaman serta respons log talikawat pada interval batulempung di Sumur ADU- 1 dapat dilihat pada Gambar V.2. Persamaan tren kompaksi normal (NCT) yang digunakan di sumur ini berdasarkan log sonik adalah sebagai berikut: . Pada kedalaman 1265 m hingga total kedalaman sumur, data uji tekanan serta estimasi tekanan pori Eaton berada di atas tekanan hidrostatik (Gambar V.2). Keadaan ini mengindikasikan bahwa pada interval tersebut adalah zona overpressure dengan puncak pada kedalaman 1265 meter. Besar tekanan pori pada zona overpressure berkisar pada 2164,7 6178,45 psi dengan nilai gradien tekanan pori sebesar 2,60 psi/m. Berdasarkan data marker stratigrafi pada Lapangan Adigung, zona overpressure ini berada di Formasi Pucangan dan Formasi Kalibeng yang didominasi oleh litologi batulempung dengan perselingan batupasir. Kemudian di kedalaman 2600 m, terjadi kick sebesar 6964psi yang menyebabkan pengeboran tidak kembali dilanjutkan. Nilai tekanan pori mengalami penurunan di kedalaman 2500 m sampai total kedalaman ketika memasuki Formasi Kerek. Hal ini disebabkan oleh perbedaan litologi, dimana Formasi Kerek didominasi oleh dolomit. Respons log talikawat menunjukan tren normal hingga kedalaman 1265 meter di bawah permukaan laut. Pada kedalaman 1265 m hingga 2500 m, nilai log sonik, densitas, dan porositas menunjukan adanya defleksi dari tren normal (Gambar V.2). Nilai log talikawat tersebut cenderung konstan seiring bertambahnya kedalaman dan pada log sonik terlihat adanya sedikit pembalikan. Respons log talikawat tersebut mengindikasikan bahwa overpressure pada Sumur ADU-1 dibentuk oleh mekanisme loading akibat fluida di dalam batuan gagal keluar karena kecepatan pengendapan sedimen yang tinggi dan litologi yang terendapkan memiliki permeabilitas yang rendah. 55 V.1.2.1 Analisis Kecepatan Sedimentasi Menurut Hidayati dkk. (2007), kecepatan sedimentasi didapatkan dengan membagi ketebalan interval gross dengan interval umur. Menurut Swarbrick (1997), overpressure yang disebabkan oleh mekanisme loading dapat terjadi apabila kecepatan sedimentasi di suatu cekungan lebih besar dari 100 meter/juta tahun. Tabel V.1 menunjukkan data kecepatan sedimentasi pada Sumur ADU-1 di daerah penelitian. Setiap formasi di Sumur ADU-1 menunjukkan angka kecepatan sedimentasi yang lebih besar dari 100 meter/juta tahun, yang berarti mekanisme loading mungkin berperan dalam pembentukan overpressure pada Sumur ADU-1 di daerah penelitian. Tabel V. 1 Kecepatan sedimentasi pada Sumur ADU-1 Formasi Kecepatan Sedimentasi (m/juta tahun) Pucangan 476 Kalibeng 694 V.1.2.2 Diagenesis Mineral Lempung Berdasarkan analisis terhadap respons log talikawat dan kecepatan sedimentasi, didapatkan bahwa mekanisme utama penyebab overpressure pada Sumur ADU-1 di Lapangan Adigung adalah mekanisme loading. Namun, analisis diagenesis mineral lempung juga dilakukan untuk mengetahui apakah keberadaan overpressure di Lapangan Adigung juga dipengaruhi oleh mekanisme non-loading. Analisis diagenesis mineral lempung dilakukan dengan plot silang antara log densitas dan log sonik. Plot silang log sonik terhadap log densitas pada Sumur ADU-1 menunjukkan bahwa data tidak keluar dari tren smektit. Menurut Howers dkk. (1976), transformasi smektit menjadi ilit dapat terjadi pada temperatur 80ºC atau lebih. Berdasarkan gradien geotermal yang dapat dilihat pada Subbab IV.11, temperatur 80ºC tidak tercapai hingga total kedalaman pengeboran. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa mekanisme non-loading tidak terjadi dan bukan merupakan penyebab terjadinya overpressure di Sumur ADU-1. Hasil plot silang log sonik terhadap log densitas ditunjukkan oleh Gambar IV.8. 56 V.1.3 Sumur ADUA-2 Sumur ADUA-2 dibor pada tanggal 27 Agustus 2004 hingga 12 September 2004. Sumur ini memiliki kedalaman (TVDSS) hingga 940 meter, menembus Formasi Pucangan. Profil tekanan/tegasan terhadap kedalaman serta respons log talikawat pada interval batulempung di Sumur ADUA-2 dapat dilihat pada Gambar V.4. Persamaan tren kompaksi normal (NCT) yang digunakan di sumur ini berdasarkan log sonik adalah sebagai berikut: . Data tekanan, baik data uji tekanan maupun estimasi tekanan pori Eaton, dan log talikawat pada sumur ini mengindikasikan tren secara umum masih menunjukkan kondisi normal. Hal ini didukung oleh laporan pengeboran Sumur ADUA-2, dimana tidak ada kejadian selama operasi pengeboran yang mengindikasikan adanya kenaikan tekanan pori secara signifikan. Respons log talikawat menunjukan tren normal hingga total kedalaman sumur. Tren normal ditunjukan oleh nilai sonik yang semakin berkurang dan nilai densitas yang semakin bertambah seiring bertambahnya kedalaman (Gambar V.3). Oleh karena itu, pada Sumur ADUA-2 tidak terdapat overpressure baik akibat mekanisme loading maupun non-loading. Kedalaman akhir sumur masih dalam kondisi hidrostatis dan belum menembus zona overpressure.