37 BAB IV PENGOLAHAN DATA Dalam penelitian ini, proses pengumpulan dan pengolahan data dilakukan selama bulan Mei Agustus 2023 dan diolah menggunakan peranti lunak Ms. Excel. IV.1 Ketersediaan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data dari empat sumur, yakni Sumur ADUA-2 dan ADUA-11 yang terletak di Lapangan Adiguna, Sumur ADA-1 yang terletak di Lapangan Adigang dan Sumur ADU-1 yang terletak di Lapangan Adigung. Data yang digunakan dalam pengolahan data adalah log talikawat (log sinar gamma, densitas, sonik, resistivitas dan porositas neutron), data uji tekanan, data temperatur dan laporan pengeboran (Tabel IV.1). Tabel IV. 1 Ketersediaan data pada sumur-sumur penelitian. Sumur Log Talikawat Laporan Pengeboran Data Tekanan Data Temperatur Sinar Gamma Densitas Neutron Sonik Resistivitas ADA-1 ADU-1 x ADUA-2 x ADUA-11 x Laporan pengeboran bersumber dari PT. Huffco Brantas (1994) untuk Sumur ADU-1, PT. Lapindo Brantas (2002) untuk Sumur ADA-1, PT. Lapindo Brantas (2004 untuk Sumur Wunur-11, dan PT. Lapindo Brantas (2005) untuk Sumur ADUA-2. IV.2 Uji Tekanan Data uji tekanan adalah data pengukuran tekanan formasi yang diukur secara langsung dengan menggunakan talikawat yang umumnya dilakukan pada reservoir. 38 Tekanan terukur inilah yang digunakan sebagai bahan pendekatan untuk mengestimasi tren tekanan pori. Sebelum data uji tekanan dapat digunakan perlu dilakukan pemilahan. Dari pemilahan tersebut, terdapat beberapa status uji tekanan, antara lain good, supercharged, tight, lost seal, dan not stabilized. Kategori supercharged merupakan kondisi terbentuknya permeabilitas kecil di mudcake pada dinding sumur, sehingga filtrat menginfiltrasi ke dalam formasi yang kemudian menyebabkan tekanan formasi yang terukur lebih tinggi dari seharusnya. Tight adalah kondisi tekanan diukur di reservoir berpemeabilitas rendah. Tekanan yang diuji di reservoir tight tidak valid karena reservoir tidak dapat mengalirkan fluida ke alat pengukuran dengan baik sehingga tekanan yang dikur lebih rendah dari keadaan sebenarnya. Lost seal merupakan data uji tekanan yang tidak valid karena alat pengukuran tidak menempel dengan baik pada diinding sumur. Sedangkan not stabilized pada uji tekanan terjadi akibat ketidakstabilan alat pengukur saat dilakukannya pengukuran tekanan formasi. Pada penelitian ini data uji tekanan yang digunakan untuk analisis lebih lanjut hanya yang berkategori good dalam proses pengujiannya. Tabel IV. 2 menunjukan hasil uji tekanan pada salah satu sumur di daerah penelitian. Tabel IV. 2 Data uji tekanan (RFT) pada Sumur ADU-1. TVDSS (m) Pressure (psi) Comment 661,24 943,60032 Good Test 889,075 1320,2618 Good Test 1035,475 1747,746 Good Test 1115,08 2794,6464 Supercharge 1233,42 2147,04048 Tight 1240,435 2212,12264 Tight 1251,72 2505,40992 Supercharge 1256,6 2607,3008 Supercharge 1337,73 3334,41264 Supercharge 1338,645 3338,97564 Supercharge 1386,225 3493,1052 Supercharge 1392,02 3469,73536 Supercharge 1394,765 3462,30976 Tight 1491,45 3605,904 Not Stabilized 1610,4 4044,2688 Supercharge 39 2593,72 6973,62016 Good Test 2595,55 6974,1152 Good Test 2597,685 6975,423 Good Test 2599,82 6981,156 Good Test 2601,955 6982,45288 Good Test 2604,7 6985,3784 Good Test 2606,53 6994,73008 Good Test 2610,8 6801,4336 Good Test 2613,24 6999,37056 Good Test 2614,46 7002,63824 Good Test 2616,29 7003,0792 Good Test 2619,95 7008,4092 Good Test 2623 7016,568 Good Test 2625,135 7017,80352 Good Test 2625,44 7023,09504 Good Test 2627,27 7023,51104 Good Test 762,195 1191,10477 Good Test IV.3 Berat Lumpur Terdapat tiga kondisi sumur terkait penggunaan lumpur pengeboran, yaitu balance, overbalance, dan underbalance. Balance adalah kondisi besar tekanan lumpur sama dengan tekanan formasi. Overbalance merupakan kondisi tekanan lumpur lebih besar dibandingkan dengan tekanan formasi. Sedangkan underbalance adalah kondisi ketika tekanan lumpur lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Kondisi pengeboran yang aman adalah balance hingga slightly overbalance karena jika tekanan lumpur jauh lebih besar dari tekanan formasi maka beresiko memecahkan batuan jika menyentuh tekanan rekah (fracture pressure). Sedangkan pengeboran dalam kondisi underbalance sangat dihindari saat operasi pengeboran karena dapat terjadi kick dan bila tidak segera ditangani dapat menyebabkan blowout. Pada kondisi di lapangan walaupun berat lumpur yang terukur lebih besar dari tekanan formasi, namun bisa juga terjadi connection gas bahkan kick. Hal tersebut dapat terjadi karena pengukuran berat lumpur dilakukan di permukaan dan saat lumpur masuk kedalam sumur bor, gas dari formasi dapat larut dan bercampur dengan lumpur sehingga densitas lumpur menurun atau disebut gas cut mud. Tabel IV. 3 adalah data berat lumpur di salah satu sumur penelitian. Tabel IV. 3 Data berat lumpur pada Sumur ADU-1. 40 TVDSS (m) Mud Weight (ppg) Mud Weight Pressure (psi) 41,785 8,7 61,9788 185,135 9 284,076 237,9 9 365,04 237,9 8,9 360,984 239,425 8,9 363,298 239,425 8,8 359,216 468,785 8,9 711,3236 785,68 10,1 1352,9152 1067,5 10,6 1929,2 1067,5 10,7 1947,4 1070,55 10,7 1952,964 1070,55 10,6 1934,712 1073,6 10,8 1976,832 1295,64 11,3 2496,1248 1295,64 12,5 2761,2 1421,91 13,9 3369,6936 1561,295 14 3726,632 1605,52 14,3 3914,3104 1657,37 14,3 4040,7224 1717,455 14,3 4187,2116 1738,5 14,3 4238,52 1794,925 14,6 4467,892 1860,805 14,6 4631,8792 1999,275 14,6 4976,556 2034,655 14,8 5134,0016 2150,555 14,8 5426,4496 2295,125 14,8 5791,24 2409,5 15 6162 2433,9 15 6224,4 41 2540,65 15,4 6670,664 2565,05 15,4 6734,728 2568,1 15,2 6655,168 2592,195 15,2 6717,6096 2609,885 15,7 6985,9348 2609,885 16 7119,424 2638,86 16 7198,464 2640,995 16 7204,288 2640,995 16,2 7294,3416 2640,995 16,3 7339,3684 IV.4 Pengolahan Log Talikawat Pada penelitian ini, data log talikawat digunakan untuk menghitung tegasan vertikal, pemilahan interval lempung, menentukan nilai tren kompaksi normal (NCT), dan untuk mengestimasi kondisi tekanan bawah permukaan. Data log talikawat tersebut adalah sinar gamma, sonik, densitas, dan porositas neutron. IV.5 Penentuan Interval Lempung Salah satu tahapan penting dalam analisis karakteristik overpressure adalah pemilahan interval batulempung dengan non-batulempung. Menurut Ramdhan (2010), analisis dan estimasi overpressure serta tren kompaksi harus dilakukan secara konsisten pada litologi batulempung. Penentuan interval batulempung dapat dilakukan dengan menggunakan data log sinar gamma. Metode ini mengasumsikan bahwa batulempung memiliki nilai radioaktivitas yang relatif lebih tinggi dibanding batuan sedimen lainnya karena dipengaruhi keberadaan mineral lempung. Dalam penelitian ini, nilai sinar gamma dihitung menjadi vshale dengan menggunakan rumus berdasarkan Asquith dan Gibson (1982). (Persamaan IV.1) Kemudian penentuan nilai cut-off vshale dilakukan menggunakan piranti lunak Ms. Excel (Gambar IV.1). 42 Gambar IV. 1Penentuan interval batulempung pada Sumur ADU-1dengan menggunakan cut-off vshalesebesar 0,3. Nilai cut-off vshaleyang digunakanpada Sumur ADU-1adalah sebesar 0,3yang didapatkan dari data PT Huffco Brantas Indonesia. Interval yang memiliki nilai vshaleyang lebih tinggi dari 0,3merupakan interval batulempung dan yang memiliki nilai vshalelebih rendah dari 0,3merupakan interval non-batulempung.