41 BAB IV ANALISIS DATA IV.1 Analisis Data Geofisika Metode Gaya Berat Dilihat dari peta anomali Bouguer (Gambar III.7), daerah penelitian termasuk ke dalam zona anomali Bouguer tinggi pada bagian tenggara dan zona anomali Bouguer pada bagian baratlaut. Anomali Bouguer tersebut secara umum berasosiasi dengan konfigurasi tatanan geologi dalam (anomali regional) dan dangkal (anomali residual), mencangkup perbedaan litologi batuan, konfigurasi batuan dasar, serta struktur dan tektonik. Untuk mengetahui tatanan geologi bawah permukaan di daerah penelitian, maka dilakukan analisis kualitatif pada anomali-anomali gaya berat tersebut yang sejajar dengan penampang MT hasil inversi dua dimensi. Hasil korelasi penampang MT dengan anomali Bouguer (Gambar IV.1), dapat diketahui bawah permukaan di daerah penelitian tersusun oleh zona anomali Bouguer rendah (-40 mGal hingga -10 mGal) dan zona anomali Bouguer tinggi (- 30 mGal hingga 20 mGal). Zona anomali Bouguer rendah dicirikan oleh nilai tahanan jenis rendah, penyebarannya menebal ke arah baratlaut, sedangkan zona anomali Bouguer tinggi dicirikan oleh nilai tahanan jenis tinggi, penyebarannya semakin dangkal ke arah tenggara. Untuk mengetahui bentuk dari batuan dasar di daerah penelitian, dapat dilihat secara regional pada korelasi penampang MT dengan anomali regional (Gambar IV.2). Penafsiran batas batuan dasar dilakukan dengan menarik garis data anomali regional hingga mencapai bagian bawah dari nilai tahanan jenis tinggi yang dibatasi oleh nilai tahanan jenis rendah. 42 Hasil penafsiran dari korelasi kedua data tersebut, diketahui batas batuan dasar di daerah penelitian mencapai kedalaman kurang lebih 3 km di bagian tenggara dan makin dalam ke arah baratlaut hingga lebih dari 6 km di bawah permukaan laut. Gambar IV.1 Korelasi penampang MT dua dimensi dengan data anomali Bouguer Gambar IV.2 Korelasi penampang MT dua dimensi dengan data anomali regional 43 Korelasi anomali residual dengan penampang MT (Gambar IV.3), dilakukan untuk mengetahui kelurusan-kelurusan yang ditafsirkan sebagai struktur geologi regional yang terbentuk di daerah penelitian dari permukaan hingga ke dalam. Dari perbedaan nilai anomali residual yang mencolok dapat ditafsirkan terdapat empat kelurusan yang terbentuk makin merapat ke arah tenggara. Sedangkan dari perbedaan nilai tahanan jenis yang mencolok dapat ditafsirkan terdapat enam kelurusan yang makin merapat ke arah tenggara. Gambar IV.3 Korelasi penampang MT dua dimensi dengan data anomali residual Nilai anomali residual rendah dan nilai tahanan jenis rendah dapat ditafsirkan sebagai daerah dengan sedimentasi yang tebal (cekungan sedimen). Penyebaran cekungan sedimen di daerah penelitian dapat dilihat dari peta anomali residual (Gambar III.8), menebal ke arah timurlaut penampang MT dan memanjang relatif ke arah baratlaut, dibatasi oleh tinggian-tinggian yang hampir sejajar dengan cekungan sedimen tersebut. 44 IV.2 Analisis Data Geofisika Metode MT Satu Dimensi Analisis kualitatif pada penampang MT satu dimensi dari pemodelan Bostick dan Occam yang dikorelasikan dengan pemodelan Smooth, dilakukan untuk mengetahui batas-batas nilai tahanan jenis secara lebih jelas. Batas korelasi tersebut dapat mencerminkan tatanan geologi bawah permukaan di sekitar lintasan MT. Analisis batas dari nilai tahanan jenis dilakukan berdasarkan batas paling bawah dari nilai yang memiliki kecenderungan merendah, serta batas paling atas dari nilai yang memiliki kecenderungan meninggi. Dari korelasi pemodelan Bostick dan Smooth (Gambar IV.4), dapat dilihat distribusi variasi tahanan jenis berkisar antara 1 Ωm hingga 32 Ωm, serta memiliki kecenderungan merendah pada bagian permukaan dan makin meninggi ke bawah permukaan. Pembatasan hasil korelasi pemodelan Bostick dan Smooth dapat dilihat sebagai garis tegas yang memiliki arah kecenderungan mengikuti kontur variasi tahanan jenis dari pemodelan Bostick. Penentuan posisi batas dilakukan dengan mencari batas paling rendah dari nilai tahanan jenis yang dibatasi oleh nilai tahanan jenis tinggi dari pemodelan Smooth (batas HL/LH), serta posisinya terletak paling dekat dengan posisi batas dari pemodelan Bostick itu sendiri (garis putus-putus). Dari korelasi pemodelan Occam dan Smooth (Gambar IV.5), dapat dilihat distribusi variasi nilai tahanan jenis berkisar antara 1 Ωm hingga 100 Ωm, serta memiliki kecenderungan makin meninggi hingga kedalaman 2000 m dan kemudian menurun hingga kedalaman 6000 m di bagian baratlaut. Pada bagian tenggara variasi nilai tahanan jenis ini meninggi secara lateral ke arah tenggara. Pembatasan nilai tahanan jenis dilakukan dengan cara yang sama pada pemodelan Bostick dan Smooth. 45 Gambar IV.4 Hasil penarikan batas nilai tahanan jenis yang memiliki kecenderumgan merend ah di bagian permukaan dan makin meninggi ke bawah permukaan, dari penampang satu dimensi metode Bostick dan Smooth 46 Variasi nilai tahanan jenis dari pemodelan Occam dan Smooth, terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu di permukaan cenderung merendah dan dibatasi oleh nilai yang meninggi (batas HL/LH dengan garis hitam), sedangkan makin ke dalam permukaan cenderung meninggi dan dibatasi oleh nilai yang merendah (batas HL/LH dengan garis merah). Pembatasan hasil korelasi pemodelan Occam dan Smooth dapat dilihat sebagai garis tegas, memiliki arah kecenderungan mengikuti kontur variasi tahanan jenis dari pemodelan Occam, sedangkan pembatasan berdasarkan pemodelan Occam saja dapat dilihat sebagai garis putus-putus. Pembatasan variasi nilai tahanan jenis dilakukan juga pada pemodelan Smooth secara tersendiri dan dilakukan dengan cara yang sama pada pemodelan sebelumnya tanpa arah kecenderungan (Gambar IV.6). Dari hasil analisis pemodelan Smooth ini terlihat batas-batas nilai tahanan jenis HL/LH dan LH/HL makin bervariasi, dengan distribusi variasi nilai tahanan jenis berkisar antara 1 Ωm hingga 316 Ωm. Varias nilai tahanan jenis secara lateral secara regional, terbagi menjadi dua bagian, yaitu zona L yang memiliki nilai tahanan jenis rendah berkisar dari 1 Ωm hingga 10 Ωm dan zona H yang memiliki nilai tahanan jenis tinggi berkisar dari 10 Ωm hingga 316 Ωm. Kesamaan nilai tahanan jenis dari bagian atas dan bagian bawah, serta kemenerusannya secara lateral, dapat ditafsirkan sebagai kesamaan nilai tahanan jenis secara lateral dan dapat dilakukan penarikan kelurusan sebagai batas penyebaran nilai tahanan jenis yang sama secara lateral. Terlihat di bagian baratlaut penampang terdapat 3 macam kelurusan yang relatif menerus, yaitu kelurusan zona HL/LH pada kedalaman sekitar 100 m dan 1500 m, serta kelurusan zona LH/HL pada kedalaman 3400 m di bawah permukaan laut. 47 Gambar IV.5 Hasil penarikan batas nilai ta hanan jenis dari penampang satu dimensi metode Occam dan Smooth 48 Gambar IV.6 Hasil penarikan batas da n penafsiran kelurrusan nilai tahanan je nis dari penampang satu dimensi metode Smooth 49 IV.3 Analisis Data Geofisika Metode MT Dua Dimensi Analisis kualitatif terhadap penampang MT hasil inversi dua dimensi, dilakukan dengan mengkorelasikannya dengan data hasil analisis pemodelan MT satu dimensi (Bostick, Occam, dan Smooth), hasil analisis data anomali gaya berat (Bouguer, regional, dan residual), data geologi permukaan (Suwitodirjo dan Tjokrosapoetro, 1996), serta data pemboran BANLI-01 (Sani, dkk., 1995; dan Charlton, 2001). Penarikan kelurusan dari kesamaan nilai tahanan jenis penampang dua dimensi dengan korelasi data-data tersebut dapat ditafsirkan sebagai batas dari konfigurasi tatanan geologi bawah permukaan, mencangkup perbedaan litologi batuan dan struktur geologi. Penarikan kelurusan dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap regional dan tahap detail. Tahap regional (Gambar IV.7) dilakukan dengan membagi penampang MT dua dimensi menjadi 3 zona utama sesuai dengan variasi nilai tahanan jenisnya, yaitu zona HL(A), zona LH(B), dan zona HL(C). Zona HL(A) dicirikan oleh nilai tahanan jenis yang relatif merendah dan dibatasi oleh nilai tahanan jenis tinggi, berada di permukaan hingga ke bawah permukaan. Zona LH(B) dicirikan oleh nilai tahanan jenis yang relatif meninggi dan dibatasi oleh nilai tahanan jenis rendah, berada di bagian bawah zona HL (A). Zona HL(C) dicirikan oleh nilai tahanan jenis yang relatif merendah dan berada di bagian bawah zona LH (B). Pembatasan penyebaran zona HL(A) dilakukan dengan menarik kelurusan secara relatif vertikal dan lateral. Penarikan kelurusan vertikal dibatasi oleh perubahan nilai tahanan jenis yang memiliki variasi perbedaan yang sangat tinggi ke arah lateral, di kontrol oleh kelurusan dari anomali residual. Penarikan kelurusan lateral dibatasi oleh perubahan nilai tahanan jenis yang memiliki variasi makin merendah ke arah bawah permukaan dan dibatasi oleh nilai tahanan jenis tinggi, di kontrol oleh hasil analisis MT satu dimensi dan pemboran BANLI-01. 50 Gambar IV.7 Hasil analisis penampang MT dua dimensi secara re gional yang memperlihatkan penyebara n zona HL(A), LH(B), dan zona HL(C) 51 Pembatasan penyebaran zona HL(C) dilakukan dengan cara menarik garis kelurusan yang di kontrol oleh nilai anomali regional dan hasil analisis MT satu dimensi, berada pada batas nilai tahanan jenis yang memiliki variasi makin meninggi ke arah bawah dan dibatasi oleh nilai tahanan jenis rendah. Penyebaran zona HL(C) ini ditafsirkan berada lebih dari 6000 m dan mendangkal ke arah tenggara hingga kedalaman 3000 m di bawah permukaan. Sedangkan untuk batas penyebaran zona LH(B) berada diantara batas zona HL(A) dan zona HL(C), dicirikan dengan nilai tahanan jenis yang relatif meninggi ke arah bawah. Analisis kelurusan dilanjutkan pada tahap detail (Gambar IV.8), dengan membagi 3 zona utama menjadi beberapa zona yang lebih kecil (sub-zona) yang di kontrol oleh batas-batas LH/HL (LH) dan HL/LH (HL) dari data MT satu dimensi, variasi nilai tahanan jenis pada penampang MT dua dimensi, data pemboran BANLI-01, dan data geologi permukaan. Zona HL(A) terbagi menjadi enam sub-zona, berurutan dari bagian atas hingga bawah, yaitu HL-01, LH-01, HL-02, HL-03, LH-02, dan LH-03 (warna hitam). Sub-zona HL-01 menindih bagian dari LH-01 yang dibatasi oleh kelurusan LH/HL (garis berwarna putih). Di bagian bawah LH- 01 terdapat HL-02 yang menindih HL-03 di bagian tenggara dan LH-02 di bagian tengah hingga ke baratlaut penampang MT dua dimensi. Posisi LH-03 terdapat di bagian bawah dari LH-02 dibatasi oleh zona HL/LH. Zona LH(B) terbagi menjadi lima sub-zona, berurutan dari bagian atas hingga bawah, yaitu HL-01, HL-02, LH-01, HL-03, dan LH-02 (warna merah). Sub-zona HL-01 berada di bawah sub-zona HL-02 dan HL-03 yang berasal dari zona HL(A). Sub-zona HL-01 ini menindih LH-01 yang dibatasi oleh kelurusan LH/HL dan HL-02 yang dibatasi oleh kelurusan HL/LH.