39 BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Pendekatan Penelitian Ada berbagai faktor awal yang harus dipertimbangkan ketika membuat proposal penelitian, salah satunya adalah pemilihan rancangan penelitian. Pendekatan studi bertujuan untuk memberikan rekomendasi titik-titik dan area penerapan ATCS di kota Ambon. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yang mencakup pengumpulan, analisis, interpretasi, dan pelaporan temuan penelitian. (Creswell, 2013). Metode kuantitatif secara garis besarnya dibagi menjadi penelitian dalam bentuk survei dan eksperimental. Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survei. Penelitian survei bertujuan untuk memberikan deskripsi kuantitatif atau numerik tentang tren, perilaku, atau opini dari suatu populasi dengan menyurvei sampel dari populasi tersebut (Fowler, 2014). Penyajian data statistik kuantitatif dipresentasikan dalam distribusi kuantitas dan kualitas dicerminkan dengan luasan (area) dan dalam bentuk garis. Penelitian ini menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif dimulai dengan teori-teori yang sudah ada yang dianggap meyakinkan kemudian menguji implikasinya dengan data, sehingga dapat dikatakan bergerak dari tingkat yang umum ke tingkat yang lebih spesifik. Peneliti mempelajari apa yang telah dilakukan orang lain, membaca teori-teori yang ada tentang fenomena apa pun yang sedang ia pelajari, lalu menguji hipotesis yang muncul dari teori-teori tersebut. Untuk meningkatkan kejelasan dan alur pemikiran penelitian, maka disusunlah kerangka kerja penelitian yang memberikan gambaran ringkas mengenai latar belakang, tujuan, metode pengumpulan data, metode analisis, serta kesimpulan dan rekomendasi. 40 Kerangka Pikir Penelitan Sumber: Penulis, 2023 41 3.2 Metode Analisis 3.2.1 Analytic Hierarchy Process Analytical Hierarchy Process (AHP) yang disarankan oleh Saaty (1980) merupakan metode yang paling umum digunakan dan efektif dalam proses pengambilan keputusan multi kriteria untuk menetapkan tingkat kepentingan relatif dari setiap kriteria yang dipertimbangkan dalam penelitian. AHP membantu para pengambil keputusan dalam menangani isu-isu kompleks yang melibatkan berbagai kriteria yang saling bertentangan dan subyektif, termasuk pemilihan lokasi atau investasi dan penentuan prioritas proyek (Ishizaka & Labib, 2009). Dalam penelitian ini Analytical Hierarchy Process akan dilakukan dengan Expert Choice. Expert Choice merupakan aplikasi yang digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan dengan menggunakan kriteria metode AHP. Expert Choice akan digunakan setelah data hasil kuesioner pada para pakar sudah diperoleh. Pakar (expert) dipilih karena merupakan para ahli di bidang ATCS baik dari segi teknis maupun kebijakan. Adapun yang dijadikan responden sebagai para pakar dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Sarana Prasaran Dinas Perhubungan Kota Ambon, Staf KASI Transportasi Darat BPTD Wilayah XXIII Provinsi Maluku, Kepala Unit Penegakan Hukum SATLANTAS Kota Ambon, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta UP Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas, dan Akademisi dari Universitas Katolik Parahyangan. Tabel 3. 1 Identitas dan justifikasi responden ahli No. Identitas/Jabatan Justifikasi Responden Ahli 1 Kepala Bidang Sarana Prasaran Dinas Perhubungan Kota Ambon Merupakan pengambil kebijakan atas penerapan sistem transportasi baru di kota Ambon dalam hal ini ATCS. 2 Kepala Unit Penegakan Hukum SATLANTAS Kota Ambon 3 Staf KASI Transportasi Darat BPTD Wilayah XXIII Provinsi Maluku 4 Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta UP Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas Merupakan pengelola ATCS di kota yang sudah diterapkan ATCS 42 No. Identitas/Jabatan Justifikasi Responden Ahli 5 Akademisi dari Universitas Katolik Parahyangan Memiliki banyak tulisan dan penelitian mengenai ATCS di Indonesia Sumber: Penulis, 2023 Bobot kriteria dan sub kriteria yang didapat dari AHP akan digunakan dalam analisis skoring yang menentukan lokasi penerapan ATCS. Tabel 3. 2 Indikator dan tolak ukur kriteria dan sub kriteria No. Kriteria Sub kriteria Indikator Tolak ukur 1 Kinerja Jalan Hambatan Samping Jumlah kejadian per 200m (kedua sisi) Sangat rendah 900 (VH) Kelas hambatan samping tinggi atau lebih menandakan tingginya aktivitas di sisi jalan yang berdampak buruk pada kinerja jalan secara keseluruhan Kecepatan Kendaraan Max kecepatan untuk daerah perkotaan 50 Km/jam Besar kecilnya kecepatan kendaraan yang diperbolehkan sesuai arus lalu lintas VC ratio Level of Service (LOS) A: 0 – 0,2 B: 0,21 – 0,44 C: 0,45 – 0,74 D: 0,75 – 0,84 E: 0,85 – 1,00 F: ≥ 1,00 LOS D menjelaskan arus mendekati tidak stabil, LOS E menjelaskan arus mendekati kapasitas dan LOS F menjelaskan arus melebihi kapasitas yang menyebabkan antrean. 2 Geometrik Jalan Fungsi Jalan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lingkungan Kelas fungsional jalan (arteri, kolektor, lokal) menggambarkan karakteristik perjalanan dan prioritas 43 No. Kriteria Sub kriteria Indikator Tolak ukur berdasarkan fungsinya. Jumlah lengan persimpangan Persimpangan tiga, empat, lima lengan Jumlah lengan simpang menjadi salah satu kriteria yang menentukan persimpangan bersinyal atau tidak. Kondisi lalu lintas juga berbeda bergantung pada jumlah lengan. Tipe jalan Jalan dua lajur dua arah 2/2 UD Jalan empat dua arah 4/2 UD Jalan empat dua arah 4/2 D Perbedaan tipe jalan dan keberadaan median akan menunjukkan kinerja yang berbeda pada pembebanan lalu lintas tertentu Jumlah fase persimpangan Urutan sinyal lalu lintas yang memungkinkan hanya arus lalu lintas tertentu yang dapat melewati persimpangan pada waktu tertentu. Jumlah fase dan pergerakan yang akurat dapat memaksimalkan kinerja ATCS Jumlah pergerakan pada persimpangan Jumlah pergerakan yang dimungkinkan pada persimpangan Jarak menuju persimpangan terdekat Jarak dalam meter menuju persimpangan terdekat kurang dari 200m atau lebih Pengaturan sinyal terkoordinasi direkomendasikan untuk persimpangan bersinyal yang berjarak dekat (kurang dari 200 meter). 3 Tata guna lahan Kawasan Komersial Tata guna lahan yang mempengaruhi adalah lahan Berdasarkan tata guna lahan sebagai ruang fungsional untuk kawasan 44 No. Kriteria Sub kriteria Indikator Tolak ukur Kawasan Industri sebagai ruang fungsional untuk berbagai jenis penggunaan yang dikhususkan untuk berbagai jenis penggunaan terdiri dari kawasan- kawasan peruntukan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Tata guna lahan menjelaskan tujuan perjalanan yang menjelaskan permintaan transportasi secara spasial. peruntukan kegiatan tertentu akan ditentukan kawasan yang lebih diprioritaskan ruas jalannya untuk diterapkan ATCS Kawasan Umum Kawasan Permukiman Sumber: Penulis, 2023 Prosedur langkah demi langkah berikut ini dapat digunakan untuk menetapkan bobot relatif untuk kriteria dalam AHP. 1. Menetapkan nilai kepentingan relatif mulai dari 1 hingga 9 untuk setiap kriteria untuk membangun matriks perbandingan berpasangan: Tabel 3. 3 Skala penilaian untuk kriteria Bobot Keterangan 1 Kedua kriteria tersebut sama pentingnya 3 Kriteria ini sedikit lebih penting dari kriteria lain 5 Kriteria ini lebih penting dari kriteria lain 7 Kriteria ini sangat penting dari kriteria lain 9 Kriteria ini memiliki tingkat kepentingan tertinggi dari kriteria lain 2,4,6,8 Nilai di antara dua nilai di atas 2. Selanjutnya, tabel pair-wise comparison matrix dapat dibuat dengan membagi setiap nilai pada kolom pair-wise comparison matrix dengan jumlah kolom. 3. Pada tahap ketiga, bobot setiap kriteria dapat dihitung dengan membagi jumlah setiap baris pada tabel normalized pair-wise comparison matrix dengan jumlah kriteria. 45 Setelah penghitungan bobot untuk setiap kriteria yang mempengaruhi lokasi penerapan ATCS, pemeriksaan konsistensi dilakukan dengan menggunakan persamaan yang diberikan di bawah ini untuk memeriksa apakah perbandingan tersebut sudah tepat/konsisten atau belum. Indeks konsistensi (CI) dihitung dengan menggunakan persamaan 3.1 (Saaty, 1980). ������� = ������������������������−������ ������−1 (3.1) Di mana CI adalah indeks konsistensi, n adalah jumlah kriteria yang dibandingkan dalam matriks, dan λmax adalah nilai eigen tertinggi dari matriks perbandingan berpasangan. Seperti yang disarankan oleh Saaty (1980), nilai eigen maksimum (λmax) dari matriks perbandingan dihitung dengan prosedur sebagai berikut: 1. mengalikan setiap nilai pada kolom (dalam tabel matriks yang tidak dinormalisasi) dengan bobot kriteria 2. menghitung nilai jumlah tertimbang dengan menjumlahkan nilai-nilai pada baris 3. menghitung rasio setiap nilai jumlah tertimbang dengan bobot kriteria masing- masing, dan 4.