Hasil Ringkasan
239 Bab VII Kesimpulan dan Rekomendasi Bagian ini menyimpulkan hasil utama penelitian, kontribusi dan implikasinya terhadap teori pembangunan wilayah neo-endogen dalam bidang perencanaan. Selain itu akan dijelaskan pula kelemahan penelitian dan rekomendasi bagi studi lanjutan di masa mendatang. VII.1 Temuan Penelitian Pembangunan yang menekankan pada jenis pendekatan tunggal ternyata tidak cukup mampu mengembangkan wilayah terutama pada wilayah-wilayah pinggiran, terlebih yang berbentuk kepulauan. Hal ini dikarenakan pendekatan pembangunan eksogen sangat tergantung pada keputusan termasuk pembiayaan dari luar dan menafikan modal endogen yang terkandung pada sebuah kawasan insular sehingga seringkali menemui kegagalan akibat ketidaksinkronan dengan kawasan yang dibangun (Lowe, Ray, Ward, Wood, & Woodward, 1998; Woods M. , 2004). Pendekatan pembangunan yang endogen juga merupakan bentuk pembangunan yang terkesan utopia karena pada dasarnya tanpa bantuan dari pihak luar pengembangan pulau terluar akan mengalami banyak kendala dan keterbatasan mulai dari infrastruktur, sumber daya manusia, pasar dan lain sebagainya. Terlebih lagi untuk mewujudkan tujuan pembangunannya pendekatan endogen menekankan pada kapasitas institusi lokal yang sudah mapan (Stimson, R., R.R. Stough, and M. Salazar, 2009). Sedangkan pada kawasan pulau terluar atau pulau insular lainnya, sumber daya manusia merupakan salah satu elemen yang masih harus ditingkatkan. Pendekatan neo-endogen lahir sebagai jembatan atas kedua pendekatan tersebut sehingga akan berpotensi menciptakan pembangunan yang bukan saja hanya akan sementara pada saat program eksogen tersebut berlangsung tetapi diharapkan dapat menciptakan pembangunan yang terus berkelanjutan walaupun peran pemerintah pusat telah berkurang. Unsur endogen akan dapat berkembang jika ditopang dengan dipahaminya jaringan-jaringan ekstra lokal pada sebuah wilayah. Dalam pendekatan neo-endogen, jaringan memiliki posisi penting dalam pengembangan wilayah. Jaringan dalam neoendogen di Eropa diawali dengan 240 inisiatif pemerintah pusat dan wilayah-wilayah perdesaan untuk memilliki platform dalam berkomunikasi membentuk kohesi teritori (Frows & Tatenhove, 1993). Pada konteks kawasan periferi di Eropa, interaksi ini dibangun oleh pemerintah dengan menciptakan sebuah platform khusus Liaisons Entre Actions de Developpement de l'Economie Rurale (LEADER) untuk menjembatani kerjasama antar wilayah. Interaksi antar wilayah mudah terjadi karena partisipasi dari organisasi lokalnya sudah baik dan secara spasial wilayahnya saling terhubung dalam sebuah daratan (Ray, 2006; Lowe, 1996; Bosworth, 2015). Pada kasus Eropa, digambarkan jaringan tersebut terkesan formal dan terjadi belum banyak dibahas mengenai tarik menarik kekuasaan sehingga dapat membentuk jaringan formal tersebut (Jones & Little, 2000). Pembangunan wilayah dengan menggunakan perspektif neo-endogen membuka ruang bagi penelusuran jaringan yang tercipta dalam proses pembangunan maupun yang berpotensi digunakan dalam proses pembangunan. Proses pembangunan bukan hanya melihat jaringan eksogen yang terbentuk antara pemerintah pusat dan penanggung jawab di wilayah yang akan dibangun, tetapi juga harus melihat jaringan endogen yang ada dalam wilayah tersebut. Jaringan tersebut dapat ditelusuri dengan menggunakan lensa kekuasaan dimana terdapat kekuatan yang tampak, tidak terlihat dan tersembunyi pada level dan ruang yang berbeda.