Hasil Ringkasan
71 Bab III Metodologi Penelitian Dalam bab ini akan dipaparkan paradigma, cara dan strategi penelitian dalam menjawab pertanyaan penelitian. Selain itu akan dilengkapi dengan kajian literatur metodologi, preposisi penelitia, operasionalisasi penelitian, lokasi dan tahapan penelitian. Metodologi merupakan ilmu untuk mencari penemuan secara ilmiah atau dapat dikatakan sebagai prosedur untuk penyelidikan ilmiah. Perbedaan metodologi akan menghasilkan perbedaan sudut pandang dalam melihat sebuah obyek penelitian, karenanya pemilihan metodologi akan menentukan hasil penelitian (Babbie, 2010). Perbedaan sudut pandang tersebut diawali dan ditandai dengan dari bagaimana peneliti memaknai realitas, epistemologi dari realitas, pendekatan untuk mendapatkan pengetahuan, prosedur untuk mendapatkan pengetahuan, alat untuk memperoleh pengetahuan dan terakhir untuk mengumpulkan data. III.1 Paradigma Penelitian Secara filosofis, penelitian ini akan menggunakan paradigma sebagai sistem keyakinan dasar atas asumsi ontologis, epistemologis, dan metodologis dalam memahami pertanyaan penelitian (Denzin & Lincoln, 1994; Guba, 1990) dengan sudut pandang konstruktivisme. Penggunaan paradigma ini dilatarbelakangi oleh pertanyaan penelitian yang mencari realitas dari jaringan dan relasi kekuasaan yang ada pada pembangunan pulau terluar dengan perspektif neo- endogen. Paradigma ini akan membantu untuk memperlihatkan bahwa realitas sosial tidak dapat digeneralisasikan seperti yang dianggap benar oleh kaum positivis. Menurut pandangan dalam paradigma kontruktivis, pengalaman setiap individu merupakan elemen yang harus dipertimbangkan dan bernilai, terlebih lagi ketika obyek penelitian yang dibicarakan adalah masyarakat pulau. Oleh karena itu, penelitian dengan model ini memberikan rekomendasi bahwa cara pandang bagi setiap aktor merupakan hal yang penting dan perbedaan pandangan antar individu perlu dihargai (Patton, 2002) 72 Pada tingkat ontologis, realitas dipandang sebagai sesuatu yang ada dan terjadi, tetapi sifatnya beragam dan memiliki arti yang tidak serupa bagi setiap orang. Sedangkan pada tingkatan epistemologi, pendekatan subjektif digunakan oleh peneliti karena dianggap penting untuk dapat melakukan konstruksi terhadap makna. Pada tingkatan metodologis, konstruksi yang berbeda-beda dilakukan dan kemudian digabungkan untuk menghasilkan sebuah konsensus. Pada tingkatan metodologis terdapat dua elemen yang digunakan yaitu hermeneutika dan dialektika. Hermeneutika adalah kegiatan menghubungkan dialog tekstual, kitab suci, atau gambar. Dialektika, di sisi lain, merupakan observasi terhadap dialog yang dilakukan berulang-ulang untuk memeriksa dan memahami pemikiran dari subjek dan menggabungkannya dengan pemahaman dari peneliti. Dengan demikian, keharmonisan komunikasi dan interaksi tercapai secara optimal. (Neuman, 2003) Konstruktivisme memahami pembentukan pengetahuan merupakan peran aktif individu yang menciptakan struktur kognitif melalui hubungannya dengan lingkungan. Interaksi kognitif berlangsung selama realitas dibangun melalui struktur kognitif yang dibentuk oleh individu. Struktur kognitif dapat diubah berulang kali dan disesuaikan sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan. Proses penyesuaian terjadi secara konstan pada proses rekonstruksi (Amineh, 2015).