Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan Pembahasan dalam bab I akan dimulai dengan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan, tujuan dan sasaran, posisi penelitian, keluaran dan manfaat penelitian, kerangka pikir penelitian serta sistematika pembahasan. Pembahasan pada bab I diharapkan dapat menyajikan pemahaman yang jelas mengenai arah penelitian yang akan digunakan sepanjang proses penelitian. I.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan keilmuan, teori pembangunan juga mengalami berbagai perubahan dari waktu ke waktu yang terbentuk oleh debat, kritik, pengalaman dan evaluasi. Pembangunan pada awalnya didominasi oleh tujuan untuk melakukan modernisasi (Rangan, 2007). Tujuan modernisasi menyebabkan pembangunan wilayah cenderung homogen tanpa melihat karakteristik wilayah dan bersifat top-down. Pendekatan homogen melahirkan ketimpangan wilayah, antara wilayah yang dapat memenuhi kebutuhan modernisasi dan wilayah yang tidak. Biasanya wilayah yang tidak dapat memenuhi tuntutan dengan model modernisasi adalah wilayah-wilayah pinggiran yang memiliki lokasi jauh, terpencil sehingga membutuhkan biaya transportasi yang tinggi serta kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki sebagai sebuah modal wilayah (Hall C. M., 2013; Ferrao, 2004). Dalam mengatasi ketimpangan wilayah tersebut, pendekatan awal yang banyak digunakan pada wilayah pinggiran adalah pendekatan pembangunan yang sifatnya eksogen, dengan menekankan pada pembangunan infrastruktur berbasis sektor primer. Setelah berakhirnya perang dunia kedua, pembangunan wilayah cenderung diarahkan untuk tujuan modernisasi. Hal ini ditandai dengan munculnya industrialisasi di berbagai wilayah sebagai bentuk meminimalisir disparitas antar wilayah. Pendekatan eksogen bertumpu pada investasi yang berasal dari luar wilayah dan aktifitas perdagangan internasional (Hall, 2002; Scott, A.J. dan Storper, M., 2003). Pembangunan dalam pendekatan ini tidak dipengaruhi konteks lokal dan keputusan pengadaan infrastruktur atau kehadiran perusahaan sebagai operator bisnis diputuskan oleh otoritas eksternal wilayah. Pengutamaan peran 2 negara yang sifatnya top down dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam pembuatan pusat-pusat pertumbuhan merupakan hal yang penting dalam pembangunan eksogen (Horvath, J dan Grabowski, R, 1996) Pada kenyataannya, pembangunan secara eksogen banyak mendapatkan kritik karena menyebabkan ketergantungan, distorsi dan destruktif pada wilayah (Lowe, Ray, Ward, Wood, & Woodward, 1998). Ketergantungan tersebut membuat wilayah tidak mampu meningkatkan kapasitas masyarakat lokal untuk mengelola fasilitas dan proses pembangunan di wilayah mereka sendiri. Banyak penduduk yang tidak dilibatkan baik dalam proses maupun pengelolaan proyek pembangunan pemerintah pusat. Dalam banyak kasus, program pembangunan dari pemerintah pusat yang tidak memiliki kewenangan lembaga pengelola yang jelas. Peran pemerintah pusat yang besar, porsi pendanaan investor yang tinggi, program yang dirancang secara top down dan penekanan pada aspek infrastruktur menyebabkan pembangunan periferi sangat tergantung pada faktor eksternal dan jarang mengalami keberlanjutan (Rai, 2014). Ketidakpastian dalam komitmen pembangunan akibat faktor yang diandalkan banyak berasal dari luar, sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembangunan wilayah pinggiran karena pengembangan wilayah pinggiran membutuhkan waktu yang lama untuk dapat berhasil (Herrschel, 2011).