35 BAB IV Gambaran Umum Objek Penelitian IV.1 Gambaran Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada salah satu institusi pendidikan swasta di Indonesia yaitu sekolah Taman Siswa. Taman Siswa sendiri telah berdiri sejak tahun 1922 yang pertama berada di kota Yogyakarta dengan nama pertamanya “National Onderwijs Institut Taman Siswa”. Taman Siswa sendiri berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta dan memiliki 129 cabang di seluruh Indonesia. Ciri khas yang diangkat oleh Ki Hajar melalui institusi Taman Siswa adalah prinsip dasar dalam menjalankan pendidikan yakni: Ing Ngarsa Sung Tulada;” yang di depan memberi teladan”. Ing Madya Mangun Karsa “yang ditengah membangun kemauan/inisiatif”. Tut Wuri Handayani “dari belakang mendukung” 3 Prinsip dasar ini masih digunakan sebagai panduan dan pedoman dalam dunia pendidikan di Indonesia sampai hari ini. Kebangkitan pergerakan menuju kemerdekaan yang dilakukan oleh Ki Hajar melalui Taman Siswa menghasilkan persebaran sekolah Taman Siswa di berbagai wilayah di Indonesia Persebaran sekolah Taman Siswa yang telah dilakukan sejak tahun 1928 terlampir dalam table berikut ini. Tabel IV-1 Daftar Persebaran Sekolah Taman Siswa di Indonesia (Wikipedia.org) PROVINSI/PULAU JUMLAH SEKOLAH KOTA/KECAMATAN Sumatera 3 Medan Tebing Tinggi Bandar Lampung Galang Kalimantan 3 Banjarmasin Kualakapuas Marabahan Jawa Barat 9 Kemayoran, Jakarta 36 PROVINSI/PULAU JUMLAH SEKOLAH KOTA/KECAMATAN Jatibaru, Jakarta Bogor Cirebon Citepus, Bandung Lengkong, Bandung Ciguriang, Bandung Jawa Tengah Tegal Pemalang Slawi Kroya Magelang Kota, Yogyakarta Godean, Yogyakarta Jawa Timur 27 Pedan Solo Madiun Ngawi Ngrambe Bojonegoro Nojoagung Jombang Cukir Plosso Kraksaan Kota, Malang Turen, Malang Porong Kranggan. Surabaya Temanggungan, Surabaya 37 Berdasarkan data ini, terlihat bahwa Sekolah Taman Siswa tersebar paling banyak di Jawa Timur. Dalam periode antara 1928 hingga 1930, hampir 60 persen dari total sekolah Taman Siswa berada di wilayah tersebut. Karena pertumbuhan pesat di sekitarnya, cabang-cabang sekolah di Surabaya dan Wonokromo menjadi pusat jaringan sekolah di Jawa Timur, diikuti oleh jaringan serupa di Malang dan Jember. Sementara itu, untuk wilayah Jawa Barat dan Sumatra, sekolah cabang lebih terpusat di kota-kota besar seperti Medan dan Bandung. Meskipun ada beberapa cabang di sekitar Tegal, namun sebagian besar sekolah cabang juga terpusat di wilayah Yogyakarta. IV.1.1 Lokus Penelitian Dari jumlah persebaran sekolah Taman Siswa yang berjumlah 129 cabang, penelitian ini mengambil objek SD Taman Muda sebagai fokus utama studi kasus. Tujuan utama pemilihan SD Taman Muda ini dikarenakan penerapan pendidikan kebudayaan yang masih sangat kental di sekolah ini mengingat SD Taman Muda berada di pusat Taman Siswa yang telah berdiri sejak tahun 1922. SD Taman Muda berlokasi di Jalan Tamansiswa No. 25 Yogyakarta, Wirogunan, Kec. Mergangsan, Kota Yogyakarta Prov. D.I. Yogyakarta. SD Taman Muda telah menyandang akreditasi dengan nilai A serta telah memiliki label sebagai sekolah inklusi., artinya PROVINSI/PULAU JUMLAH SEKOLAH KOTA/KECAMATAN Wonokromo Tanggul Jember Ambulu Kencong Lumajang Talum Kalisetail Ciluring Probolinggo Kertosono 38 saat ini SD Taman Muda memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik termasuk anak-anak yang berkebutuhan khusus di Kota Yogyakarta agar dapat mengecap pendidikan yang setara dengan anak-anak regular lainnya. Gambar IV-1 Peta Lokasi SD Taman Muda Yogyakarta (Hasil Olah Penulis, 2023) Adapun jumlahsiswa yang ada di sekolah ini (Laki;laki: 31, Perempuan: 16) dan Jumlah Siswa Inklusif 40 Siswa58% Dari Seluruh Siswa yang ada. SD Taman Muda saat ini memiliki enam ruang kelas, satu laboraturium, dan satu perpustakaan. 39 Gambar IV-2 SD Taman Muda Yogyakarta (Dokumentasi Penulis, 2023) IV.2 Sejarah BerdirinyaTaman Siswa Satu abad yang lalu suatu paguyuban yang berisi manusia-manusia luhur terpanggil untuk mengangkat kondisi negaranya yang sedang dijajah. Kelompok tersebut dikenal dengan Selasa Kliwon. Dimana didalamnya terdapat seorang anak berkebangsaan ningrat atau dikenal dengan keluarga paku alam yang berasal dari Yogyakarta. Putera bangsa yang kita kenal hari ini dengan panggilan Ki Hajar Dewantara. Bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya mereka melaukan sebuah pertemuan yang bertujuan untuk memberantas penjajahan kepada Bangsa Indonesia saat itu. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menegakkan dan membina kepribadian Indonesia melalui sarana perbaikan serta sublimasi jiwanya (Sudiyat, 1989). Tujuan dari sarasehan tersebut adalah untuk mencapai cita-cita “mangayu hayuning sarira, mangayu hayuning bangsa, mangayu hayuning donya”. Cita-cita ini ini harus dicapai dengan melakukan sebuah gerakan pendidikan rakyat serta perbaikan jiwa dan mental bangsa; kekuatan politik saja tidak cukup. 40 Perjalanan Ki Hajar menuju dalam melakukan gerakan pendidikan bermula dari sebuah organisasi di tahun 1908, bernama Budi Utomo didirikan oleh seorang dokter berkebangsaan Jawa, Wahidin Sudiro Husodo. Tujuan utama organisasi ini adalah mengumpulkan dana untuk pendidikan di tanah Jawa, sehingga dapat membantu pemuda Jawa yang ingin mengejar pendidikan tinggi. Menariknya, organisasi ini pertama kali muncul di kalangan murid-murid STOVIA, termasuk beberapa anggota keluarga pangeran Paku Alam. Meskipun hingga tahun 1931, keanggotaan organisasi ini terbatas pada masyarakat Jawa dan Madura, tetapi hal ini menandai awal dari gerakan nasional, karena merupakan perhimpunan pertama yang mengadopsi gaya Barat dan bertujuan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan. IV.2.1 Ki Hajar dan Budi Utomo Pada tahun 1909, Budi Utomo telah memiliki sepuluh ribu anggota, dan salah satu tujuan utamanya adalah mendorong pendirian sekolah bagi orang Indonesia. Di antara murid-murid STOVIA, terdapat individu seperti Suwardi Surjaningrat, yang lebih dikenal dengan nama pilihannya, Ki Hadjar Dewantoro yang lahir pada tahun 1889 dan bergabung dengan STOVIA pada tahun 1903 setelah menyelesaikan Gambar IV-3 Sekolah Taman Siswa Pertama di Indonesia (Dokumentasi Museum Dewantara Kirti Griya ) 41 sekolah dasar Belanda. Seperti tokoh Raden Ajeng Kartini, Ki Hajar Dewantoro juga seorang nonkonformis yang kritis terhadap tradisi Jawa dan siap untuk menentangnya, bahkan sebagai seorang laki-laki. Dia juga merupakan anggota Budi Utomo, tetapi memiliki pandangan nasionalisme yang lebih radikal dan cepat. Namun, pada tahun 1909, Dewantoro harus meninggalkan STOVIA karena masalah keuangan. Meskipun ia berasal dari keluarga pangeran, tetapi mencari dana untuk pendidikan pasca-sekolah dasar selama delapan tahun bukanlah hal yang mudah, karena biaya sering kali ditentukan berdasarkan penilaian Belanda terhadap kemampuan keluarga membayar. Dia kemudian beralih profesi dari apoteker ke jurnalisme dan aktivitas politik, dan menjadi salah satu pendiri organisasi Budi Utomo yang berfokus pada pendidikan Jawa dan membantu pemuda yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi. Meskipun telah menjadi anggota yayasan Budi Utomo, Ki Hajar merasa tergesa- gesa dalam menginginkan perkembangan nasionalisme yang lebih radikal dan tidak bertahap. Pada tahun 1909, dia terpaksa meninggalkan STOVIA karena kekurangan dana. Meskipun berasal dari keluarga pangeran, mencari dana untuk kursus pasca- sekolah dasar selama delapan tahun sangat sulit, terutama karena biaya sering kali disesuaikan dengan penilaian Belanda atas kemampuan keluarga membayar. Dia bekerja sebagai apoteker dan kemudian beralih ke jurnalisme dan aktivitas politik sebagai salah satu pendiri Partai Hindia, yang menekankan kemerdekaan Indonesia sebagai salah satu tujuan utamanya. Partai Hindia, didirikan pada tahun 1912, tidak disetujui oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun berikutnya, Ki Hajar menulis sebuah artikel 'Seandainya saya seorang Belanda...' untuk menunjukkan ironi dalam mengharapkan orang Indonesia bergabung dalam perayaan kemerdekaan Belanda dari Prancis, terutama ketika itu memerlukan sumbangan yang besar dari mereka. Karena keterusterangannya, dia dijatuhi hukuman pengasingan di Bangka, tetapi dengan koneksi yang baik, dia diizinkan untuk mengasingkan diri di Belanda. Selama di sana, dia belajar untuk mendapatkan Sertifikat Mengajar Belanda.