65 Bab IV Gambaran Umum Lokasi Studi Kota Bandung dikategorikan sebagai kota metropolitan berdasarkan jumlah penduduknya sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Data BPS menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kota Bandung menurut sensus penduduk pada tahun 2020 adalah 2.444.160 jiwa. Terjadi kenaikan jumlah penduduk sebesar 2% dibandingkan hasil sensus sebelumnya (2010) (BPS Kota Bandung, 2021). Tabel 12 menunjukkan klasifikasi kota sesuai jumlah penduduk. Tabel 12. Klasifikasi kota di Indonesia Klasifikasi Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Kecil 50.000-99.999 Sedang 100.000-499.999 Besar 500.000-999.999 Metropolitan 1.000.000-9.999.999 Megapolitan R10.000.000 Sumber: PP No. 15 Tahun 2010 IV.1 Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi penularan penyakit. Distribusi kepadatan penduduk untuk setiap kecamatan di Kota Bandung tahun 2019 diperlihatkan pada Lampiran A dan Gambar 13. Gambar 13 Peta distribusi kepadatan penduduk setiap kecamatan Kota Bandung tahun 2019 Sumber: Diolah dari BPS Kota Bandung (2020) 66 Pada Gambar 13, diketahui bahwa pada tahun 2019 Kecamatan Bojongloa Kaler (BKL) dan Gedebage (GB) merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk paling tinggi (41.492 penduduk/km 2 ) dan rendah (4.232 jiwa/km 2 ) secara berurutan. Kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2019 adalah 14.989 jiwa/km 2 (BPS Kota Bandung, 2020) yang menunjukkan bahwa dalam satuan luas km 2 dihuni atau ditempati oleh 14.989 penduduk. Adapun nilai rata-rata kota yang terhitung adalah 16.007 penduduk/km 2 . Perbandingan kepadatan penduduk seluruh kecamatan terhadap angka rata-rata Kota Bandung tahun 2019 diperlihatkan pada Gambar 14. Gambar 14. Diagram kepadatan penduduk setiap kecamatan terhadap rata-rata Kota Bandung tahun 2019 Sumber: Diolah dari BPS Kota Bandung (2020) Pada Gambar 14, diketahui nilai kepadatan penduduk pada lokasi studi Kecamatan Astana Anyar, Bandung Kulon, dan Buah Batu secara berurutan adalah 26.080, 20.873, serta 12.827 jiwa/km 2 . Penduduk pada Kecamatan Astana Anyar dan Bandung Kulon lebih padat dibandingkan rata-rata Kota Bandung pada tahun 2019. Adapun Kecamatan Buah Batu dengan angka prevalensi paling rendah memiliki nilai kepadatan penduduk kurang dari rata-rata kota. Semakin padat penduduk, semakin cepat - 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 Sukasari Sukajadi Cicendo Andir Cidadap Coblong Bandung Wetan Sumur Bandung Cibeunying Kaler Cibeunying Kidul Kiaracondong Batununggal Lengkong Regol Astanaanyar Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Babakan Ciparay Bandung Kulon Antapani Mandalajati Arcamanik Ujungberung Cinambo Cibiru Panyileukan Gedebage Rancasari Buahbatu Bandung Kidul Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Kecamatan Kepadatan Penduduk Rata-rata Lokasi studi data primer 67 penularan penyakit terjadi karena semakin rapatnya ruang kontak antar manusia (Soemirat, 2015). IV.2 Akses Sumber Air Layak Minum Dinas Kesehatan Kota Bandung mendefinisikan sumber air minum berkualitas (layak) meliputi sarana sumur gali, sumur bor, terminal air, mata air terlindungi, dan PDAM yang memenuhi syarat kesehatan sesuai Permenkes No. 492 Tahun 2010. Data sekunder pada Profil Kesehatan Kota Bandung tahun 2019 menunjukkan bahwa sejumlah 1.970.759 penduduk atau 78,58% dari total populasi menggunakan sumber air minum yang layak. Uji kualitas air dilakukan oleh petugas sanitarian terhadap sampel penduduk menggunakan kuisinoer (parameter fisika) serta uji laboratorium tersertifikasi menggunakan pendekatan organoleptik atau sensori. Organoleptik merupakan metode pengujian air berdasarkan bau, rasa, warna, dan kekeruhan (Gutiérrez-Capitán, 2019). Gambar 15 dan Gambar 16 menunjukkan distribusi jumlah pengguna sarana sumber air di Kota Bandung baik secara keseluruhan maupun mempertimbangkan pemenuhan syarat kesehatan pada tahun 2019. Gambar 15 Persentase pengguna sarana sumber air di Kota Bandung tahun 2019 Sumber: Diolah dari Profil Kesehatan Kota Bandung (2020) 11% 42% 2% 7% 38% Sumur Gali Sumur Bor Terminal Air Mata Air Terlindungi PDAM 68 Gambar 16 Persentase pengguna sumur bor di Kota Bandung tahun 2019 Sumber: Diolah dari Profil Kesehatan Kota Bandung (2020) Pada Gambar 15, diketahui bahwa sarana sumur bor merupakan sumber air yang paling banyak digunakan oleh penduduk Kota Bandung pada tahun 2019, yaitu sejumlah 1.008.932 pengguna atau 42% dari total penduduk. Adapun 69% dari seluruh pengguna sumur bor telah menggunakan sarana yang memenuhi syarat kesehatan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 16. Persentase penduduk dengan akses sumber air minum berkualitas (layak) pada setiap kecamatan di Kota Bandung tahun 2019 diperlihatkan pada Lampiran A. Penduduk Kecamatan Mandalajati mendapatkan akses terhadap sumber air minum berkualitas paling tinggi (98%) sedangkan penduduk Kecamatan Bojongloa Kaler memiliki akses yang paling terbatas (60%). Gambar 17 menunjukkan distribusi akses sumber air minum berkualitas pada setiap kecamatan di Kota Bandung. 69% 31% Memenuhi Syarat Kesehatan Tidak Memenuhi Syarat Kesehatan 69 Gambar 17 Peta distribusi akses penduduk Kota Bandung terhadap sumber air minum berkualitas tahun 2019 Pada Gambar 17, diketahui bahwa kisaran 71,11-77,84% penduduk pada lokasi studi Kecamatan Astana Anyar (AA) dan Buah Batu (BB) serta 59,81-71,1% penduduk pada Kecamatan Bandung Kulon (BKO) dapat mengakses sumber air minum berkualitas. Data persentase akses penduduk untuk setiap kecamatan diperlihatkan pada Lampiran A. Kecamatan Astana Anyar, Bandung Kulon, dan Buah Batu memiliki persentase akses penduduk terhadap sumber air minum berkualitas senilai 77,54, 69,28, dan 73,97% secara berurutan. Gambar 18 menunjukkan perbandingan antara nilai persentase akses penduduk terhadap sumber air berkualitas dan rata- rata Kota Bandung tahun 2019. 70 Gambar 18 Diagram persentase penduduk dengan akses sumber air minum berkualitas terhadap rata-rata Kota Bandung tahun 2019 Sumber: Diolah dari Profil Kesehatan Kota Bandung (2020) Pada Gambar 18, persentase penduduk dengan akses sumber air minum berkualitas pada Kecamatan Astana Anyar (78%), Bandung Kulon (70%), dan Buah Batu (74%) kurang dari rata-rata Kota Bandung tahun 2019 (81%). IV.3 Prevalensi Diare Balita Angka prevalensi setiap kecamatan di Kota Bandung pada tahun 2019 dihitung sebagai dasar penentuan lokasi studi pengambilan data primer. Berikut contoh perhitungan prevalensi diare balita di Kecamatan Sukasari: ”‡˜ƒŽ‡�•‹†‹ƒ”‡„ƒŽ‹–ƒ Oca_k_r_lWsi_q_pg:¨; L yxz yärtw šsrr ”‡˜ƒŽ‡�•‹†‹ƒ”‡„ƒŽ‹–ƒ Oca_k_r_lWsi_q_pg:¨;Lss Sekitar 11 dari 100 balita menderita diare di Kecamatan Sukasari pada tahun 2019. Perhitungan prevalensi untuk kecamatan lainnya menggunakan rumus perhitungan yang sama. Data angka prevalensi seluruh kecamatan di Kota Bandung pada tahun 2019 diperlihatkan pada Tabel 13 dan Gambar 19. 0 20 40 60 80 100 Sukasari Sukajadi Cicendo Andir Cidadap Coblong Bandung Wetan Sumur Bandung Cibeunying Kaler Cibeunying Kidul Kiaracondong Batununggal Lengkong Regol Astanaanyar Bojongloa Kaler Bojongloa Kidul Babakan Ciparay Bandung Kulon Antapani Mandalajati Arcamanik Ujungberung Cinambo Cibiru Panyileukan Gedebage Rancasari Buahbatu Bandung Kidul Persentase Penduduk (%) Kecamatan Akses Sumber Air Minum BerkualitasRata-rata Lokasi studi data primer 71 Tabel 13. Prevalensi diare balita setiap kecamatan di Kota Bandung tahun 2019 No Kecamatan Jumlah Kasus Diare Balita (Jiwa) Jumlah Balita (Jiwa) Prevalensi Diare Balita (%) 1 Sukasari 768 7.025 11 2 Sukajadi 463 8.725 5 3 Cicendo 1.129 7.287 16 4 Andir 640 7.688 8 5 Cidadap 254 4.632 6 6 Coblong 958 9.158 11 7 Bandung Wetan 258 1..847 14 8 Sumur Bandung 273 2.451 11 9 Cibeunying Kaler 412 5.747 7 10 Cibeunying Kidul 631 9.010 7 11 Kiaracondong 867 10.330 8 12 Batununggal 646 9.994 7 13 Lengkong 392 4.909 8 14 Regol 238 5.898 4 15 Bojongloa Kaler 731 11.042 7 16 Astana Anyar 1.057 7.012 15 17 Bojongloa Kidul 762 8.525 9 18 Babakan Ciparay 881 13.062 7 19 Bandung Kulon 1.452 11.130 13 20 Antapani 362 6.587 6 21 Mandalajati 689 6.336 11 22 Arcamanik 456 6.284 7 23 Ujung Berung 752 7.249 10 24 Cinambo 247 2.174 11 25 Cibiru 654 6.256 11 26 Panyileukan 392 3.274 12 27 Gedebage 218 3.501 6 28 Rancasari 225 8.033 3 29 Buah Batu 253 7.900 3 30 Bandung Kidul 494 4.907 10 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Bandung (2020) 72 Gambar 19. Peta distribusi angka prevalensi diare balita di Kota Bandung tahun 2019 Sumber: Diolah dari Profil Kesehatan Kota Bandung (2020) Pada Tabel 13 dan Gambar 19, diketahui Astana Anyar merupakan wilayah dengan angka prevalensi diare balita paling tinggi (15%). Adapun Kecamatan Bandung Kulon dan Buah Batu merupakan wilayah dengan angka prevalensi paling rendah (3%). Gambar 20 menunjukkan perbandingan angka prevalensi dengan nilai rata-rata Kota Bandung tahun 2019. Gambar 20. Perbandingan angka prevalensi diare balita tahun 2019 dengan rata-rata Kota Bandung 0 5 10 15 20 Sukasari Sukajadi Cicendo Andir Cidadap Coblong Bandung Wetan Sumur Bandung Cibeunying Kaler Cibeunying Kidul Kiaracondong Batununggal Lengkong Regol Bojongloa Kaler Astana Anyar Bojongloa Kidul Babakan Ciparay Bandung Kulon Antapani Mandalajati Arcamanik Ujungberung Cinambo Cibiru Panyileukan Gedebage Rancasari Buah Batu Bandung Kidul Angka prevalensi diare (%) Kecamatan Angka prevalensi diare balita Lokasi studi data primer 73 Pada Gambar 20, diketahui angka prevalensi diare balita tahun 2019 pada Kecamatan Sukasari, Cicendo, Bandung Wetan, Astana Anyar, Bandung Kulon, Cinambo, dan Panyileukan lebih besar dari nilai rata-rata Kota Bandung (11%).