27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sebagai Upaya Pengendalian Penyebaran Covid-19 di Pusat Perbelanjaan Demi memastikan masyarakat untuk dapat kembali beraktivitas dengan produktif dan aman dari Covid-19, pemerintah mengambil kebijakan menerapkan langkah Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dalam aktivitas berbelanja ke pasar mapun ke pusat perbelanjaan, adapun panduan AKB tersebut adalah menggunakan masker di area publik, rajin mencuci tangan dengan sabun atau memakai handsanitizer, hindari sentuhan terhadap bagian dari segitiga di wajah, menjaga jarak, menggunakan transaksi non-tunai dan tidak berlama-lama dalam pusat perbelanjaan. Dari keenam hal AKB tersebut beberapa kemudian berdampak pada aturan penyelenggaraan aktivitas di pusat perbelanjaan serta perubahan tatanan ruang, tata letak dan sirkulasi. Menurut Young., DKK (2021) pandemi telah mengubah banyak aspek kehidupan kita, termasuk cara kita berbelanja. Mengikuti pengaturan dalam aktivitas berbelanja di pusat perbelanjaan ini membawa kita memahami yang lebih baik akan pandemi dan dampaknya terhadap lingkungan binaan yang sama-sama mempertimbangkan upaya mengendalikan sumber daya manusia dan non manusia, pengaturan ini membentuk simetris baru antara virus dan penduduk kota, antara sains dan berbagai pakar juga aktor “non ilmiah” yang bersama-sama membentuk kembali suatu kota. Penyakit dan Masyarakat di produksi bersama dan seluruh aktor berkontribusi dalam upaya mengendalikan virus (Yaneva,2023). V.1.1 Aktivitas Seleksi Pengunjung Secara umum pola aktivitas memasuki pusat perbelanjaan atau mal dimulai dari ruang entrance, dimana dalam ruang entrance ini pengunjung harus melalui serangkain pemeriksaan terhadap barang yang mereka bawa, yaitu barang-barang yang tidak boleh membahayakan pengunjung lainnya. Di Festival Citylink sendiri terdapat aturan masuk ke dalam mal, diantaranya tidak boleh membawa helm atau memakai penutup wajah, tidak membawa barang berbahaya atau benda tajam, 28 dilarang membawa hewan dan dilarang merokok ke dalam ruangan mal. Ketika pandemi terjadi serangkaian aktivitas dalam memasuki ruang mal menjadi berubah. Untuk tugas dan tanggung jawab security, selain kita pegamanan, penjagaan, kita disini melaksanakan tugas-tugas yang sudah ditetapkan dari management kita khususnya dari management outsourcing kita yaitu TUG. TUG ini diantaranya pengaturan, penjagaan, patroli, pengawalan, dimana penjagaan seperti yang dilihat di mall-mall tiap-tiap lobi yaitu penjagaan di lobi mengenai penghitungan traffic pertama, dimana perhitungan traffic ini apalagi di masa-masa pandemi kita bisa mengetahui jumlah pengunjung yang ada di dalam. Jadi kita bisa mengatur disitu bilamana kelebihan, kita distop disitu” (Asep.Security) Adanya penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dalam rangka penanggulangan penyebaran virus Covid-19 merubah tatanan aktivitas memasuki mal, sebelum memasuki ruang dalam mal, pengunjung harus melakukan cuci tangan memakai sabun atau handsanitizer, mengecek suhu tubuh, mengecek barang bawaan, dan memakai masker. Dan hal ini kemudian menciptakan pola antrian di ruang entrance dan tambahan peralatan atau elemen ruang entrance, seperti handsanitizer, thermal sensor serta bak cuci tangan. Gambar 5. 1 pola antrian pengunjung Festival Citylink di masa AKB diberlakukan 29 Pada Tabel V.1 penulis menganalisis perubahan pola aktivitas dalam memasuki mal, sebelum dan sesudah pandemi: Aktivitas di ruang “Entrance” pusat perbelanjaan Sebelum dan Sesudah Pandemi loby Sebelum pandemi 1 2 Cek barang bawaan Cek okupansi Sesudah pandemi 1 2 3 4 5 Cuci tangan Cek masker Cek suhu tubuh Cek barang bawaan Cek okupansi antrian Tabel V.1 Pola aktivitas di ruang entrance pusat perbelanjaan Sebelum dan Sesudah Pandemi (Sumber: olahan penulis) Tabel V.1 memperlihatkan serangkaian aktivitas di ruang entrance mal sebelum dan sesuah pandemi dari dua langkah di masa sebelum pandemi menjadi lima langkah. Hal tersebut dikarenakan adanya pengecekan pemeriksaan PROKES (cuci tangan, pemeriksaan masker) dan pengecekan suhu tubuh. Sebuah pola yang tidak ditemukan pada tipologi aktivitas diruang entrance mal sebelumnya. Ruang entrance yang mempunyai fungsi sebagai ruang penerimaan juga penyeleksian pengunjung dari keamanan kejahatan bertambah dari keamanan virus dan penyakit. Kita tidak akan pernah mengetahui kondisi kesehatan seseorang jika tidak melakukan pemeriksaan, dengan pendekatan sederhana yaitu mengetahui suhu tubuhnya. “Karena di loby ini kita tidak tahu ya orangnya dia darimana terus dia punya penyakit, terkena covid atau tidak nya kita tidak tahu. Kita dari kejauhan udah ke monitor bu, pengunjung ini yang masuk. Seperti orang tua yang kita khawatirkan orang tua dulu ya bu. Benar-benar disitu di cek disiapkan kata-kata nya supaya pengarahannya lebih diterima lagi, dimengerti terus dia juga bisa melaksanakan 30 yang kita tetapkan aturannya. Disitu mungkin kita lebih waspadanya”. (Asep. Security) Suhu tubuh seseorang yang berada diatas ataupun dibawah batas normal perlu diperhatikan, karena hal ini bisa menjadi tanda seseorang menderita penyakit tertentu. (Dikutip dari aladokter.com). Maka pengukuran suhu tubuh baik menggunakan thermo gun maupun alat pengukur thermal lainnya menjadi salah satu praktik penting dalam pencegahan dan pengendalian virus dan menjadi salah satu mekanisme penyeleksian pengunjung mal. “Misalkan ada yang masuk terus suhunya tinggi gitu bu. Pernah ada pas ada yang masuk, tiap loby juga pernah terjadi, masuk suhunya panas otomatis kan alarmnya kan bunyi ya dari pengecekan suhu tubuh tersebut, kita sementara di diamkan dulu ya karena sebelumnya si rekannya suaminya atau istrinya ya dia bilang “Pak ini enggak sakit ya enggak sakit kalau sakit mana mungkin saya jalan-jalan” gitu alasannya. Oke Bapak Ibu silakan istirahat dulu duduk dulu yang tenang ya, saya kasih tempat nanti beberapa menit lagi coba cek suhu kembali. Setelah istirahat dan dia cek suhu kembali ternyata positif benar tidak sakit, berarti kondisi cuaca ya kondisi cuaca dan keterangannya juga sama dari suami ataupun istrinya karena tidak sakit hari ini cuaca emang panas Pak tadi gitu, terus ada juga pas masuk alarm berbunyi itu karena posisi di angkot dia tadi masuk ke sini datang ke sini, turun dari angkot gitu panas, bisa terjadi itu bu.” Diketahui pada hasil penelitian sebelumnya bahwa area main entrance merupakan area yang paling efektif terhadap pengendalian penyebaran virus COVID-19 di pusat perbelanjaan (Riski Dwi Saputra, DKK.,2021), pada kasus Festival Citylink berdasarkan hasil wawancara dinyatakan bahwa di lobi (entrance) mereka dapat memonitor calon pengunjung yang akan masuk menuju ke dalam mal Festival Citylink. Security dalam hal ini bertugas untuk mengamati dan menyeleksi pengunjung yang akan masuk ke dalam mal. Hal ini tentu harus dilakukan tanpa menyinggung pengunjung jika didapati dalam kondisi suhu tubuh yang tidak normal maupun dicurigai terhadap kejahatan. Maka peran security diperlukan untuk 31 segera melakukan tindakan persuasif, sebagaimana tugasnya sebagai security dalam pusat perbelanjaan yang bertugas bukan “menangkap” namun preventif dan persuasif, dan untuk aspek kesehatan seseorang dinilai merupakan hal yang pribadi dan sensitif. “Kalau kita biasanya, yang terjadi di kita, kalau misalkan dia tanda-tanda nya dicurigai covid, kita akan kembalikan. Karena kan sebenarnya memang kita tidak berhak untuk menentukan dia covid atau tidak bu. jadi kita cuma dikembalikan atau apabila misalkan memang dia terkapar di mall, jatuh di mall, pingsan di mall baru kita langsung kirimkan ke rumah sakit rujukan kita di RS Immanuel yang paling terdekat. Tapi selama dia cuma demam demam aja dia membantah dia tidak covid, ya kita hanya bisa melarang untuk tidak bisa masuk mall, anda silakan pulang gitu.” “Pernah beberapa. Jadi beberapa dia demam, ternyata dia bilang bahwa dia tipes cuma ya terserah anda mau tipes atau enggak anda harus pulang. Tapi sambil nunggu dijemput sama saudara anda, anda harus menunggunya di ruang karantina, tidak bisa berkeluyuran di mall.” Dari hasil wawancara, data serta analisis penulis melihat bahwa aktivitas yang terjadi di ruang entrance mal festival citylink ini selain perubahan tata ruang juga adanya perubahan tatanan pola aktivitas (antrian pemeriksaan PROKES) dalam memasuki mal, hal ini pun merubah tatanan elemen ruang dan perabot (wastafel, handsanitizer, thermal gun, signage jaga jarak) dalam entrance sebagai penunjang pola aktivitas baru tersebut. Dibutuhkan kemampuan security untuk dapat melihat kondisi seseorang pengunjung tidak hanya dari kewaspadaan akan kejahatan namun juga atas potensi penularan penyakit yang mereka bawa karena di ruang entrance ini pengunjung masuk dari berbagai wilayah dengan kondisi yang berbeda-beda, dan dengan menggunakan thermal sensor atau alat pengukur suhu tubuh lainnya, kita dapat mengetahui kondisi suhu tubuh sesorang dalam kondisi normal atau tidak, untuk itu perlu alat thermal sensor dalam kondisi terkalibrasi dengan baik. 32 Pola aktivitas baru di ruang entrance pada bangunan mal ini memperlihatkan adanya “seleksi pengunjung” sebagai usaha pencegahan risiko penyakit menular masuk kedalam bangunan mal, dan dapat disimpulkan bahwa ruang entrance memiliki risiko masuknya penyakit menular kedalam mal. V.1.2. Adaptasi “Social Distancing” dalam Pusat Perbelanjaan Penyakit yang dapat disebarkan melalui tetesan kecil (droplet) dari hidung atau mulut pada saat batuk atau bersin, kemudian ketika droplet itu jatuh pada benda yang ada disekitarnya dan jika seseorang menyentuh benda yang telah terkontaminasi dengan droplet tersebut kemudian orang tersebut menyentuh mata, hidung atau mulut (segitiga wajah) maka orang tersebut dapat terinfeksi COVID- 19 atau bisa jadi tanpa sengaja seseorang menghirup droplet dari penderita, ini menyebabkan mengapa penting bagi kita untuk menjaga jarak hingga lebih dari satu meter. Kemampuan virus COVID-19 yang mudah menyebar karena transmisi aerosol dari jarak jauh dan fakta bahwa tetesan droplet dapat bertahan di udara hingga tiga puluh menit, terkadang lebih lama bergantung pada kualitas ventilasi (The Lancet Respiratory Medicine, 2020) ruang menjadi faktor paling penting dalam pandemi (Yaneva, 2023). Untuk itu diperlukan penyesuaian terhadap kebutuhan jarak antar pengunjung di pusat perbelanjaan, terlebih pada bangunan pusat perbelanjaan yang mempunyai tipologi tertutup dan menggunakan sistem penghawaan udara mekanis seperti Festival Citylink ini. Dalam konsepsi penanggulangan penyebaran covid-19 di pusat perbelanjaan salah satu pointnya adalah pengurangan nilai okupansi atau pembatasan jumlah pengunjung, ini merupakan pemenuhan terhadap konsepsi “Social Distancing” dampak akibat kebutuhan skala ruang antara manusia yang terjadi sejak pandemi Covid-19 terjadi. Jika lebar dasar 1 orang adalah 60 cm, dan jika 2 orang menjadi 120cm+100cm (akibat social distancing) maka lebar yang dibutuhkan untuk orang berjalan dalam alur sirkulasi dan berdiri dan berdampingan lebarnya menjadi 220cm. dan kebutuhan sebuah ruang tentunya akan berubah sesuai kebutuhan jarak antara manusia itu sendiri. Pada saat pandemi Festival Citylink melakukan pengurangan okupansi sesuai surat edaran menteri perdagangan tentang Nomor 12 Tahun 2020 tentang Pemulihan 33 Aktivitas Perdagangan Yang dilakukan Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19 dengan mengurangi jumlah okupansi atau daya tampung mal, menjadi 50% dari daya tampung bangunan secara keseluruhan atau 40.000 orang.