Hasil Ringkasan
BAB 5 Adi Bima Nuryaman

Jumlah halaman: 60 · Jumlah kalimat ringkasan: 50

67 BAB V ANALISIS Bab ini akan memaparkan hasil analisis dari sistem penghidupan masyarakat di Desa Wantilan yang terbagi dalam pembahasan mengenai modal penghidupan, strategi penghidupan yang dilakukan, dan hasil penghidupan yang dicapai. Strategi penghidupan yang diamati merupakan suatu tindakan adaptasi terhadap proses transformasi desa yang terjadi dengan adanya Kawasan Industri Subang Smartpolitan. V.1 Perubahan Modal Penghidupan Rumah Tangga Tani Dalam konteks rumah tangga petani, kepemilikan aset dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu aset alam, aset fisik, aset finansial, aset manusia, dan aset sosial. Aset- aset ini dimiliki atau diakses oleh rumah tangga dan digunakan dalam berbagai aktivitas strategi penghidupan untuk menjaga keberlanjutan hidup mereka. Tingkat kepemilikan aset akan menentukan kapasitas rumah tangga untuk memilih strategi penghidupan yang dapat mereka jalankan. Semakin sedikit aset yang dimiliki oleh rumah tangga di perdesaan, semakin terbatas pilihan yang dimiliki untuk mencari nafkah (Ellis, 1990). Oleh karena itu, penting untuk mengamati modal penghidupan yang dimiliki petani untuk memahami strategi yang mereka jalankan dalam mempertahankan penghidupan mereka. V.1.1 Modal Manusia V.1.1.1 Analisis Kuantitatif Modal manusia erat kaitannya dengan produktifitas dan modal tersebut melekat pada diri sendiri atau oranglain yang berada di lingkungan sekitar sebagai pendukung dalam konteks pertanian pada penelitian ini menelaah beberapa hal yang berkaitan dengan modal manusia diantaranya keterampilan dalam bertani, ketersediaan tenaga kerja, pelatihan serta pengetahuan yang dimiliki oleh para buruh tani dan petani. Berikut perbandingan indeks modal manusia buruh tani dan petani dalam kondisi sebelum dan sesudah adanya alih fungsi lahan. 68 Gambar 5. 1Perbandingan Modal Manusia Petani & Buruh Tani (Sebelum & Sesudah Alih Fungsi Lahan) Variabel Modal Manusia (petani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan n Sum ranks n Sum ranks n Keterampilan 3 6 0 0 10 -1,732 0,083 Tidak Signifikan Tenagakerja 0 0 13 91 0 -3,419 0,001 Signifikan Pelatihan 3 6 0 0 10 -1,732 0,083 Tidak Signifikan Pengetahuan 0 0 2 3 11 -1,413 0,157 Tidak Signifikan Tabel 5. 1 Uji Wilcoxon Modal Manusia Petani & Buruh Tani (Sebelum&Sesudah Alih Fungsi Lahan) 69 Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat kecenderungan kesamaan trend kenaikan dan penurunan, yang membedakan terdapat pada point pelatihan dimana indeks pelatihan para petani mengalami kenaikan (0,48 ke 0,52) sedangkan para buruh tani mengalami penurunan (0,56 ke 0,52) hal tersebut dimungkinkan karena terdapatnya para petani yang masih terkoneksi dengan Poktan dan mengikuti pelatihan- pelatihan yang disediakan dibandingkan buruh tani. Dalam indeks lainnya yaitu keterampilan mengalami peningkatan (petani 0,71 ke 0,75 & buruh tani 0,71 ke 0,74) dimana pengalaman serta lamanya petani dan bururh tani bekerja dibidang tersebut memiliki andil dalam peningkatan tersebut, sementara pengetahuan juga mengalami peningktan (petani 0,72 ke 0,75 & buruh tani 0,73 ke 0,75) yang dimungkinkan karena akses terhadap internet dan bahan ajar lainnya semakin mudah dijangkau, sedangkan dalam hal tenaga kerja mengalami penurunan (petani 0,86 ke 0,43 & buruh tani 0,82 ke 0,38) kurang tersedianya lahan dan keengganan meneruskan usaha tani dimungkinkan berperan dalam penururnan index tersebut. Perubahan yang terjadi diuji melalui metode Wilcoxon menggambarkan dari ke empatnya hanya variabel tenaga kerja yang memiliki perubahan yang signfikan (petani 0,001 & buruh tani 0,00). V.1.1.2 Analisis Kualitatif Berdasarkan analisa kuantitatif terdapat kenaikan pada indeks keterampilan baik pada petani dan buruh tani, Hal tersebut tidak terlepas dari pengalaman yang telah didapat petani selama bertahun-tahun menggeluti usaha tersebut sehingga para Variabel Modal Manusia (buruh tani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan n Sum ranks n Sum ranks n Keterampilan 3 6 0 0 46 -1,732 0,083 Tidak Signifikan Tenagakerja 0 0 49 1225 0 -6,511 0,000 Signifikan Pelatihan 9 121.50 17 229,50 23 -1,569 0,117 Tidak Signifikan Pengetahuan 2 3 0 0 47 -1,414 0,157 Tidak Signifikan 70 petani dan buruh tani terbiasa untuk mengerjakan pekerjaan di bidang pertanian dan terus beradaptasi dengan tuntutan kemampuan seperti apa yang dinyatakan pak Ayim (Ketua Gapoktan Desa Wantilan & Petani) & pak Rahman (Ketua RW08 Desa Wantilan & Buruh Tani) “Kalau keterampilan tentu ada peningkatan dibandingkan sebelumnya, karena pengalaman yang berbicara kalau kata pepatah kan bisa karena terbiasa, tiap jamannya juga ada perkembangan teknologi jadi petani dituntut untuk ikut perkembangannya, seperti sekarang saya mencoba bertani organik, dulu pas awal mencoba saya cukup kesulitan dan makin banyak pengalaman seiring waktu juga bapak sekarang sudah mulai bisa dalam bertani organik”. Pak Ayim (Ketua Gapoktan Desa Wantilan & Petani) “Secara keterampilan ada peningkatan, mulai terbiasa juga menggunakan peralatan dan obat-obatan yang berubah tiap jamannya”. pak Rahman (Ketua RW08 Desa Wantilan & Buruh Tani). Pada variabel lainnya dalam modal manusia yaitu ketenagakerjaan baik petani dan buruh tani sama-sama memiliki tingkat penurunan yang tinggi (signifikan) dari sebelum adanya pembebasan lahan hingga sekarang dibandingkan variabel lainnya, hal tersebut karena semakin sulitnya mencari tenaga kerja disekitar tempat tinggal baik itu dari tetangga bahkan lingkungan keluarga, hingga mengakibatkan dibeberapa kesempatan pekerja pertanian didatangkan dari luar daerah, ditambah dengan trend pekerjaan sekarang bagi para pemuda lebih condong untuk bekerja di sektor industri dibanding pertanian. Hal tersebut disampaikan oleh pak Ayim (Ketua Gapoktan Desa Wantilan & Petani) seperti berikut ini : “Semakin kesini nyari yang kerja makin susah mas, beberapa pekerja bahkan didatangkan dari daerah lain, sistemnya borongan, sekarang generasi yang meneruskan juga semakin sedikit, banyaknya yang muda pasti memilih untuk kerja di pabrik, sedangkan petani yang ada sudah semakin berumur, sekarang lahannya juga semakin sedikit jadi ada juga yang memilih kerjaan lain” pak Ayim (Ketua Gapoktan Desa Wantilan & Petani). 71 Dalam variabel lainnya yaitu pelatihan terdapat perbedaan antara petani dan buruh tani, petani memiliki kenaikan index sementara buruh tani mengalami penurunan meskipun kedua perkembangan tersebut tidak signifikan, hal tersebut diindikasikan karena terdapat beberapa Kelompok Tani (Poktan) yang tidak berjalan lagi, dimana biasanya adanya pelatihan dan kegiatan lainnya dalam bidang pertanian hampir semuanya bergandengan dengan Gapoktan/Poktan, sehingga pelatihan semakin jarang dilakukan dan jangkauannya semakin sedikit, alasan perbedaan penurunan juga diakibatkan oleh keikutsertaan dalam Poktan dimana para petani sebagian besar masih terdaftar karena para petani mendapatkan bantuan subsidi pupuk, dan lainnya dari pemerintah melalui Gapoktan, sementara para buruh tani yang tidak memiliki lahan semakin sedikit yang terafiliasi dengan Gapoktan. Hal tersebut diungkapkan oleh Pak Ayim dan Pak Rahman “ Pelatihan dari dulu memang tidak sering dilakukan, paling kami dapat pelatihan dan penyuluhan dari Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Cipeundeuy, dan itu juga tidak semuanya dapat dijangkau, ditambah sekarang kondisinya beberapa Poktan udah gak aktif mas” Pak Ayim. “Kalau pelatihan dan kegiatan pertanian biasanya lewat Poktan ya mas, tapi sekarang Poktannya sudah tidak aktif, jadi ya semakin sedikit kegiatannya mas” Pak Rahman Selanjutnya dalam variabel pengetahuan baik petani maupun buruh tani memiliki kenaikan meskipun tidak signifikan, hal tersebut disebabkan oleh semakin berkembangnya teknologi sehingga para petani dan buruh tani dengan mudah mengakses informasi yang tersedia di internet, seperti yang diungkapkan oleh Pak Ayim berikut ini “Kalau pengetahuan menurut bapak ada peningkatan, sekarang hampir semuanya punya HP jadi semakin gampang untuk belajar tinggal lihat Youtube juga sudah bisa belajar jadi bisa meningkatkan pengetahuan, kalau tidak dari diri sendiri biasanya pengetahuan didapat dari obrolan para petani ketika kumpul sambil diskusi” Pak Ayim. 72 V.1.1.3 Ikhitasr Tenaga kerja merupakan satu-satunya variabel yang memiliki nilai perubahan dengan predikat signifikan hal tersebut menyebabkan proporsi sumbangan index variabel tenaga kerja terhadap modal manusia menjadi berubah dari yang tadinya sebagai penyumbang index tertinggi sekarang menjadi yang terendah hal tersebut tak terlepas dari faktor-faktor yang mendorong tenaga kerja keluar dari sektor pertanian diantaranya: 1) upah tidak menentu; 2) penyempitan lahan (Pesik, Kapantow, & Katiandagho, 2016), konteks penyempitan lahan sangat terasa pada kasus yang terjadi di Desa Wantilan. Sementara yang lainnya memiliki predikat tidak signifikan dan memberikan index yang dominan terutama variabel keterampilan dan pengetahuan meskipun tidak memiliki kenaikan yang signifkan dapat dikatakan bahwa beberapa peningkatan dari index tersebut tidak terlepas dari keterkaitan keterampilan dengan pengalaman yang telah didapat berdasarkan pekerjaan dalam bidang pertanian yang sudah digeluti bertahun-tahun seperti yang dinyatakan oleh Pratiwi & Sudrajat (2013) semakin lama bertani semakin baik juga keterampilannya. Sedangkan kenaikan pada index pengetahuan karena terdapatnya manfaat dari keberadaan media informasi bisa menambah pengetahuan petani (Sumitro, 2018) Perkembangan tersebut menunjukan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi memberi perubahan negatif secara signifikan pada index variabel tenaga kerja, selain itu juga terdapat perubahan negatif pada variabel pelatihan yang dialami para buruh tani namun memiliki pengaruh yang tidak signifikan, sementara variabel lainnya mengalami perubahan positif. V.1.2 Modal Alam V.1.2.1 Analisis Kuantitatif Modal alam berkaitan dengan akses terhadap kesediaan dan kualitas manfaat alam yang tersedia di lingkungan sekitar sebagai modal dalam berusaha terutama dalam usaha yang berkaitan dengan sumber daya alam. Pada penelitian ini menelaah beberapa hal yang berkaitan dengan modal alam diantaranya adalah akses/kesediaan garapan lahan, pengairan, keterjangkauan, dan kondisi tanah. Berikut perbandingan indeks modal alam yang dimiliki buruh tani dan petani dalam kondisi sebelum dan sesudah adanya alih fungsi lahan 73 Gambar 5. 2Perbandingan Modal Alam Petani & Buruh Tani (Sebelum & Sesudah Alih Fungsi Lahan Variabel Modal Alam (petani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Penggarapan 0 0 13 91 0 - 3,275 0,001 Signifikan Pengairan 0 0 6 21 7 - 2,449 0,014 Signifikan Keterjangkauan 0 0 13 91 0 - 3,270 0,001 Signifikan Kondisi tanah 0 0 5 15 8 - 2,236 0,025 Signifikan Tabel 5. 2Uji Wilcoxon Modal Alam Petani & Buruh Tani (Sebelum&Sesudah Alih Fungsi Lahan) 74 Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat kesamaan trend penurunan yang terjadi pada semua variabel modal alam, dengan variabel penggarapan (petani 0,675 ke 0,39 & buruh tani 0,81 ke 0,43) dan keterjangkauan (petani 0,70 ke 0,36 & buruh tani 0,80 ke 0,38) yang dipengaruhi oleh berkurangnya luasan lahan pertanian yang tersedia di sekitar tempat tinggal responden. Pada variabel lainnya pengairan (petani 0,54 ke 0,46 & buruh tani 0,72 ke 0,60) dan kondisi tanah juga mengalami penurunan (petani 0,63 ke 0,56 & buruh tani 0,80 ke 0,71) yang dimungkinkan disebabkan oleh kegiatan industri yang berlangsung. Data perbandingan yang diuji melalui metode Wilcoxon menggambarkan dari ke empatnya memiliki nilai perubahan yang signifikan (0,00) hal tersebut menggambarkan bahwa alih fungsi lahan yang terjadi sangat memengaruhi modal alam. V.1.2.2 Analisis Kualitatif Turun drastisnya variabel penggarapan/akses terhadap sumber daya yang bisa diolah menunjukan pengaruh dari alih fungsi lahan yang membuat kesempatan para petani dan buruh tani untuk menggarap lahan diwilayah mereka semakin kecil, sawah, kebun, dan lahan yang biasanya dimanfaatkan para petani makin sedikit yang bisa dimanfaatkan sehingga hal tersebut juga berdampak pada kesempatan untuk bekerja dan menggantungkan kehidupan pada sumber daya alam sekitar makin minim. Data tersebut dipertegas dengan pernyataan pak Ayim (Ketua Gapoktan Desa Wantilan & Petani) & Pak Rahman (Ketua RW08) Variabel Modal Alam (buruh tani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Penggarapan 0 0 49 1225 0 - 6,414 0 Signifikan Pengairan 0 0 30 465 19 - 5,477 0 Signifikan Keterjangkauan 0 0 49 1225 0 - 6,389 0 Signifikan Kondisi tanah 0 0 23 276 26 - 4,796 0 Signifikan 75 “Setelah banyak lahan yang dibebaskan diwilayah ini lahan garapan pastinya berkurang itu sangat terasa terutama untuk para buruh tani, kalau petani yang dapat ganti uang dari pembebasan masih bisa mereka beli lahan ditempat lain baik masih di Wantilan atau diluar Desa Wantilan, kalau buruh kan repot biasanya garap lahan orang, manfaatin lahan yang kurang produktif dan serabutan kadang dikebun juga, sekarang lahan garapan mereka jadi makin sedikit aja, gimana coba ini kedepannya ?” Pak Ayim. “Iya mas sekarang makin susah usaha dengan memanfaatkan hasil alam disekitar sini, beberapa waktu yang lalu masih bisa garap sawah, kalau sawah lagi off bisa kerja dikebun, disini banyak kebun singkong tadinya, atau sekedar nyari rumputlah buat pakan ternak, nah sekarang seperti ini keadaannya lahan yang biasanya dikerjakan sekarang gak ada mas, kasihan buruh tani apalagi yang udah sepuh” Pak Rahman. Variabel pengairan juga mengalami penurunan index, warga merasa terjadi penurunan perihal pengairan disebabkan oleh sistem pengairan yang kurang optimal diperparah dengan kemarau panjang dan juga pencemaran yang terjadi pada air yang dimungkinkan disebabkan oleh keberadaan industri, hal tersebut pernah ramai di jagat maya terutama dalam platform Youtube dimana Kepala Desa Wantilan (Komarudin S. Pd. M. IP) marah-marah melihat kondisi air di salah satu sungai yang berada di Desa Wantilan memiliki kondisi yang buruk dan menyebabkan banyak ikan yang mati tak wajar. 76 Gambar 5. 3Pencemaran air sungai yang diduga diakibatkan oleh limbah perusahaan yang beroperasi di Desa Wantilan (https://www.youtube.com/watch?v=wypr-YSiY5s) Kejadian tersebut memengaruhi persepsi masyarakat terhadap berkembangnya industri dan kualitas air yang tersedia nantinya. “Kalau untuk pengairan sawah bapak biasanya menggunakan sumur galian, karena tidak dilewati oleh irigasi, banyak juga petani yang kondisinya seperti itu, untuk kedepannya maunya bapak dan warga dibikin embung buat lahan pertanian yang masih tersedia ada di daerah selatan Desa Wantilan karena menurut bapak ada yang cocok untuk dijadikan embung sekaligus bisa dijadikan tempat rekreasi juga nantinya, kalau jumlah air ya khawatirnya seperti itu, untuk kualitsnya sendiri bapak khawatir kedepannya kualitas air jadi makin jelek, kemarin-kemarin aja sempat ada kejadian yng ikan mati mendadak, itu kan tandanya air nggak sehat ” Pak Ayim. Keterjangkauan lahan juga tak luput dari penurunan index, dan termasuk yang memiliki penurunan index paling banyak bersama variabel akses penggarapan. Hal tersebut tidak diherankan karena dengan banyaknya alih fungsi lahan pertanian mengakibatkan mereka mencari lahan garapan/kerjaan bidang pertanian ditempat lain dan sangat dimungkinkan memiliki jarak yang lebih jauh hal tersebut terlihat dari jawaban responden yang mengindikasikan bahwa lahan yang mereka garap 77 sekarang memiliki jarak yang lebih jauh dari sebelumnya. Hal tersebut dipertegas oleh Pak Agus (salahsatu ketua RT di RWO8) dan juga pak Aad (Warga di RW07) “Petani yang kemarin ngejual lahannya ke Surya Cipta mereka sekarang pindah ke desa tetangga, ada juga yang pindah ke sawah yang ada di selatan Desa Wantilan, jauh-jauh dek disini sekarang tidak ada lagi lahannya juga, rumah saja disini ditawar untuk dibebaskan” Pak Aad “Iya sekarang lahan sawahnya disini sudah hampir habis semuanya, tidak ada lagi yang bisa digarap kalau sawah sudah susah, sekarang jauh-jauh kalau ingin garap banyak yang beli diluar Desa Wantilan, yang kasian ya si buruh tani kalau disini, yang punya lahan enak gampang tinggal beli lagi karena nilai jualnya kemarin dapat gede, ada juga yang paling tinggi yang dapat uang pelepasan tanah sampai dua puluh delapan milyar dek, segitu kalau dibeli ke sawah lagi dapet berapa coba . buruh tani yang kasian nasibnya, biasanya mengandalkan lahan disekitar sekarang lahannya tidak ada, petani beli lahan diluar desa ya paling kalau nyuruh kerja buat disawah banyaknya pakai pekerja yang ada disana, orang sini yang diajak buat kerja ya orang yang dia percayain saja biasanya” Pak Agus Selain variabel yang sudah dijelaskan diatas yang terakhir ada variabel kondisi tanah juga yang mengalami penurunan dengan predikat signifikan, dengan penurunan angka index yang paling sedikit dibandingkan variabel lainnya. Kondisi tanah sendiri tidak terlepas dari ukuran kesuburan tanah, dan reponden menganggap bahwa kesuburan tanah di wilayah mereka mengalami penurunan seperti yang dijelaskan oleh pak Ayim berikut ini “Semakin kesini memang kondisi tanah semakin kurang bagus, kalau menurut bapak sih karena yang ngolahnya terlalu memaksa si tanah dan memakai bahan- bahan yang tidak ramah juga buat tanah, kalau dampak adanya industri sendiri belum bisa terbayang sampai sana, mungkin bisa jadi ada pengaruhnya bisa juga nggak, yang jelas menurut bapak ini lebih ke pengolahan tanahnya, makanya bapak juga sekarang sudah mulai mengurangi bahan kimia, sudah mulai menuju organik” Pak Ayim. 78 V.1.2.3 Ikhtisar Semua variabel memiliki nilai pengaruh dengan predikat signifikan. Akses terhadap lahan yang bisa digarap dan keterjangkauan (kedekatan) lahan garapan menjadi variabel yang paling banyak mengalami penurunan index kedua variabel tersebut saling terhubung secara konteks dimana semakin sedikit akses terhadap lahan yang bisa digarap berbanding lurus dengan jauhnya ladang garapan/kerjaan para petani karena lahan yang dekat didaerah mereka sudah banyak/hampir semuanya beralih fungsi (dijual) hal tersebutlah yang mengakibatkan dalamnya penurunan index dua variabel tersebut selain itu secara lebih jauh lagi konversi lahan mempengaruhi berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian (Hidayat, Ismail, & Ekayani, 2017). Sementara variabel pengairan dan kondisi tanah mengalami perubahan dengan predikat signifikan tapi memiliki penurunan yang lebih sedikit dibanding variabel lainnya, terutama pada variabel kondisi tanah yang konteksnya tidak terlalu berhubungan dengan alih fungsi lahan. Dari penjabaran tersebut dapat dilihat bahwa alih fungsi lahan memberikan pengaruh negatif pada modal alam. V.1.3 Modal Fisik V.1.3.1 Analisis Kuantitatif Modal fisik berkaitan dengan infrastruktur yang berada didaerahnya serta peralatan yang dimiliki oleh para petani dan buruh tani dalam menunjang kegiatan pertanian. Pada penelitian ini beberapa hal yang berkaitan dengan modal fisik diantaranya adalah kendaraan penunjang, alat pertanian, kondisi jalan, dan kios pertanian. Berikut perbandingan indeks modal fisik yang dimiliki buruh tani dan petani dalam kondisi sebelum dan sesudah adanya alih fungsi lahan 79 Gambar 5. 4Perbandingan Modal Fisik Petani & Buruh Tani (Sebelum dan Sesudah Alih Fungsi Lahan) Variabel Modal Fisik (petani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Kendaraan 9 45 0 0 4 - 2,887 0,004 Signifikan Alat pertanian 4 12 1 3 8 - 1,342 0,180 Tidak Signifikan Jalan 13 91 0 0 0 - 3,606 0 Signifikan Tabel 5. 3Uji Wilcoxon Modal Fisik Petani & Buruh Tani (Sebelum&Sesudah Alih Fungsi Lahan) 80 Bibit 13 91 0 0 0 - 3,500 0 Signifikan Dari tabel diatas dapat dilihat terdapat kesamaan trend kenaikan yang terjadi pada semua variabel modal fisik yaitu kendaraan penunjang (petani 0,78 ke 0,94 & buruh tani 0,61 ke 0,80) dimungkinkan karena kendaraan sudah menjadi kebutuhan penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari sehingga responden dimungkinkan memiliki kendaraan yang menunjang, kondisi jalan (petani 0,60 ke 0,80 & buruh tani 0,60 ke 0,80) kenaikan ini dimungkinkan karena pembangunan yang masif dilakukan, dan kios pertanian (petani 0,63 ke 0,85 & buruh tani 0,60 ke 0,85) memiliki peningkatan yang cukup signifikan karena terdapat kios pertanian baru yang berada di wilayah Desa Wantilan, sementara variabel alat pertanian (petani 0,75 ke 0,80 & buruh tani 0,70 ke 0,78) memiliki kenaikan yang lebih sedikit dibanding variabel yang lainnya. Data perbandingan yang diuji melalui metode Wilcoxon menggambarkan hampir semuanya memiliki nilai perubahan yang signifikan baik bagi para petani maupun buruh tani, kecuali variabel alat pertanian (0,180) para petani yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan. V.1.3.2 Analisis Kualitatif Naiknya index variabel kendaraan penunjang tidak terlepas dari kebutuhan akan kendaraan yang semakin meningkat, hampir setiap rumah memiliki kendaraan untuk saat ini terutama kendaraan motor, peningkatan index yang tinggi pada kendaraan penunjang terutama pada petani tidak lepas dari bertambahnya daya beli Variabel Modal Fisik (buruh tani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Kendaraan 42 903 0 0 7 - 6,285 0 Signifikan Alat pertanian 18 171 0 0 31 - 4,243 0 Signifikan Jalan 49 1225 0 0 0 -7 0 Signifikan Bibit 49 1225 0 0 0 - 6,711 0 Signifikan 81 mereka dengan adanya hasil penjualan lahan sehingga akses mereka terhadap pembelian kendaraan semakin baik, begitupun buruh tani, karena kendaraan yang sifatnya penting dan tidak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari menjadikan pembelian/kepemilikan terhadap kendaraan juga semakin meningkat. Hal tersebut dipertegas dengan pernyataan pak Ayim “Kalau dilihat memang semakin kesini motor itu udah seperti barang wajib yang ada dirumah, kemana-mana sekarang pakai motor, udah jarang sekarang liat bapak- bapak naik sepeda seperti jaman dulu, sekarang juga gampang buat bisa beli motor, banyak tawaran cicilan motor. Mau petani yang kaya raya ataupun buruh tani ya hampir semuanya sekarang punya kendaraan motor, beberapa waktu lalu juga rame disini ketika pencairan uang pembebasan lahan jadi banyak warga yang beli kendaraan baru. Kalau perihal dibilang menunjang kendaraannya ya banyak yang menunjang apalagi kalau hanya dipakai kesawah karena disini lahannya kebanyakan datar nggak ada tanjakan yang tinggi banget jadi bisa dibilang ya meskipun kendaraannya biasa aja atau keluaran jaman dulu kendaraannya masih menunjang” Pak Ayim Alat pertanian mengalami peningkatan index yang lebih rendah dibandingkan variabel lainnya, hal tersebut tergambar juga dari signifikansi perubahan alat pertanian petani memiliki predikat tidak signifikan, berbeda dengan kendaraan bermotor kebutuhan dan kepemilikan akan alat pertanian tidak terlalu berkembang. Hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan dari pak Ayim “Alat pertanian paling petani belinya pacul, alat buat ngerambet, tanki pompa buat penyemprotan, tidak jauh dari beli itu, kalau tidak punya juga bisa meminjam ke tetangga kalau alat pertanian kadang tidak perlu beli, awet juga alatnya kalau rusak ya tinggal beli lagi karena harganya tidak mahal kalau pacul yang seperti itu” Pak Ayim Kondisi jalan memiliki peningkatan yang tinggi dan termasuk kedalam predikat memiliki perubahan yang signifikan, hal tersebut memungkinkan kegiatan pertanian dan kegiatan sehari-hari menjadi lebih lancar, banyaknya perusahaan, adanya dana desa, bantuan pemerintah, dan pembangunan yang berlangsung (pembuatan jalan tol, dan kawasan industri) memberi dampak postif pada kualitas 82 jalan. Hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan dari pak Lili (Sekretaris Desa Wantilan) “Dulu kondisi jalan disini kurang bagus kurang terperhatikan terutama jalan yang jauh dari jalan utama, tapi makin kesini makin bagus, ada jalan yang dibangun lewat dana desa, ada juga perusahaan yang bikin jalan sampai perbaikan jalan melalui kegiatan CSR (Corporate Social Responsibillity), ditambah disini juga ada pembangunan jalan tol ada juga nanti kawasan industri, untuk jalan kemungkinan kedepannya juga ya makin terurus, kalau jalan yang masih jelek pastinya masih ada, coba jalan keliling desa sebagian besar jalan sudah bagus kalau di Wantilan” Pak Lili. Selanjutnya terdapat variabel kios pertanian sebagai bagian dari sistem yang menunjang kegiatan pertanian, variabel kios pertanian memiliki peningkatan yang tinggi mendapat peringkat signifikan dalam perkembangannya, sehingga semakin mudah untuk para petani menjangkau segala kebutuhan pertanian seperti pupuk, bibit, dan lain-lain. Hal tersebut dipertegas dengan pernyataan dari pak Ayim “Kios pertanian sekarang ada yang dekat dari rumah, disini juga makin bertambah yang jualannya, beruntung juga sekarang ada kios yang dekat, ibaratnya lebih baik bayar lebih mahal sedikit dibanding harus beli ke kios yang lumayan jauh karena kalau jauh ada ongkos bensinnya, capeknya juga, jadi ya petani jadi terbantu, untuk kebutuhan pertanian juga sekarangkan ada juga subsidi dari pemerintah, ini juga dirumah bapak masih ada barangnya beberapa yang belum diambil petani, jadi sekarang makin enak untuk dapat obat, dan lain-lain” Pak Ayim. V.1.3.3 Ikhtisar Hampir semua variabel memiliki nilai pengaruh dengan predikat signifikan kecuali variabel alat pertanian di petani. Kenaikan index yang terjadi tidak dapat terlepas dari pembangunan dan program yang berjalan di Desa Wantilan terutama pada variabel kondisi jalan, sedangkan kendaraan penunjang dikarenakan sekarang motor menjadi kebutuhan yang penting hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan Herdiana (2016) kebutuhan kendaraan pribadi cenderung mengalami peningkatan meski krisis keuangan global terjadi di beberapa negara termasuk 83 Indonesia. Pada variabel kios pertanian mengalami kenaikan jumlah kios sehinga kebutuhan pertanian makin mudah dijangkau, dan pada variabel alat pertanian menunjukan peningkatan index meskipun tidak signifikan hal tersebut dikarenakan alat pertanian yang dimiliki masih itu-itu saja (tidak variatif) dan jika rusak para petani bisa membeli lagi karena harganya relatif bisa dijangkau. Analisis tersebut menjelaskan bahwa alih fungsi lahan tidak berdampak negatif pada modal fisik, dan menjadi kekuatan tersendiri yang dimiliki petani dan buruh tani di Desa Wantilan. V.1.4 Modal Sosial V.1.4.1 Analisis Kuantitatif Modal sosial berkaitan dengan nilai-nilai yang dijunjung dalam kehidupan bermasyarakat, dengan adanya modal sosial menjamin bahwa lingkungan yang terjalin memiliki hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dan memberikan nilai tersendiri sebagai modal Gambar 5. 5Perbandingan Modal Sosial Petani & Buruh Tani (Sebelum dan Sesudah Alih Fungsi Lahan) 84 Variabel Modal Sosial (petani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Berkelompok 0 0 13 91 0 - 3,286 0,001 Signifikan Kepercayaan 0 0 6 21 7 - 2,449 0,014 Signifikan Budaya 0 0 13 91 0 - 3,247 0,001 Signifikan Gotong royong 0 0 8 36 5 - 2,640 0,008 Signifikan Dari tabel diatas terlihat bahwa semua variabel modal manusia memiliki index penurunan baik dari pihak petani dan juga buruh tani dengan memiliki perubahan berpredikat signifikan, akan tetapi terdapat perbedaan yang kentara antara petani dan buruh tani dalam variabel berkelompok dimana petani memiliki penurunan index lebih sedikit (0,80 ke 0,75) dibanding penurunan index bagi buruh tani (0,75 ke 0,40), dan juga terdapat perbedaan pada variabel kepercayaan dimana Tabel 5. 4 Uji Wilcoxon Modal Sosial Petani & Buruh Tani (Sebelum&Sesudah Alih Fungsi Lahan) Variabel Modal Sosial (buruh tani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Berkelompok 0 0 47 1128 2 - 6,299 0 Signifikan Kepercayaan 0 0 42 903 7 - 6,410 0 Signifikan Budaya 0 0 49 1225 0 - 6,545 0 Signifikan Gotong royong 0 0 49 1225 0 - 6,872 0 Signifikan 85 berbanding terbalik dengan variabel berkelompok, pada variabel ini petani yang memiliki penurunan index yang tinggi (0,82 ke 0,43) sementara penurunan index pada buruh tani lebih sedikit (0,79 ke 0,61), penurunan tersebut dimungkinkan karena terjadinya alih fungsi lahan yang berdampak negatif pada menurunnya index berkelompok dan pergesaran kebiasaan warga dengan adanya kegiatan industri memiliki dampak pada menurunnya index kepercayaan, budaya dan gotong royong. V.1.4.2 Analisis Kualitatif Berdasar data kuantitatif terlihat bahwa semua variabel modal manusia memiliki index penurunan baik dari pihak petani dan juga buruh tani dengan memiliki pengaruh berpredikat signifikan, akan tetapi terdapat perbedaan yang kentara antara petani dan buruh tani dalam variabel berkelompok dimana petani memiliki penurunan index lebih sedikit dibanding penurunan index bagi buruh tani hal tersebut diakibatkan oleh ketidak aktifan beberapa kelompok tani di Desa Wantilan, dan juga terdapat perbedaan pada variabel kepercayaan dimana berbanding terbalik dengan variabel berkelompok, pada variabel ini petani yang memiliki penurunan index yang tinggi sementara penurunan index pada buruh tani lebih sedikit yang diakibatkan oleh faktor keguyuban para buruh tani dimana mereka biasanya bekerja berkelompok dan memiliki lebih banyak interaksi dibandingkan para petani yang kebanyakan kegiatannya adala mempekerjakan buruh tani, hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan dari pak Ayim dan pak Rahman “Untuk kegiatan Kelompok Tani (Poktan) di Desa Wantilan memang setelah adanya pembebasan lahan mengakibatkan beberapa Poktan menjadi tidak aktif hal tersebut juga disebabkan karena lahan mereka yang tidak ada, jadi jika lahannya gak ada mau ngobrol dan diskusi apa tentang pertanian, jadi yang berjalan sekarang kebanyakan ada di RW yang masih banyak lahan pertaniannya dan yang masih ikut hanya petani saja karena subsidi pupuk dan lainnya dari pemerintah dikelola oleh Gapoktan” Pak Ayim “Perihal saling percaya antar masyarakat harus diakui dulu lebih bagus karena banyak interaksi jadi antar warga itu tidak sungkan, beda dengan sekarang kebanyakan warga jarang bersosialisasi seperti dulu karena pekerjaan mereka juga banyak yang jadi buruh pabrik, jadi waktunya tidak sama seperti dulu. Banyaknya 86 yang masih keliatan guyub itu buruh tani, karena kerja mereka berkelompok dalam blok sawah yang sama jadi mereka masih melakukan saling berbagi makanan dan alat-alat pertanian juga” Pak Ayim Variabel budaya baik dari petani maupun buruh tani sama-sama memiliki penurunan index, budaya yang dimaksud disini adalah kebiasaan/ritual yang berkaitan dengan sektor pertanian seperti budaya mapag sri, mapag hujan, dan lainnya. “Dulu masih ada kegiatan budaya seperti itu, kalau sekarang rasanya udah jarang dilakuin, ya mungkin karena lahannya juga makin tidak ada, jadi petani juga semakin jarang kumpul” Pak Ayim Variabel gotong royong mengalami penurunan index bagi para petani dan juga buruh tani, hal tersebut tak terlepas dari mulai banyaknya para pendatang dan juga pola kegiatan masyarkat yang berubah. Hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan dari pak Rahman “Dulu kegiatan gotong royong masih gampang untuk dijalankan, kalau sekarang susah untuk mengerakannya itu yang saya rasakan sebagai ketua RW” Pak Rahman V.1.4.3 Ikhtisar Semua variabel memiliki penurunan index baik dari petani dan juga buruh tani, dengan penurunan yang drastis terdapat pada variabel berkelompok dan budaya, turun drastisnya index berkelompok disebabkan oleh tidak aktifnya beberapa Kelompok Tani (Poktan) setelah terjadinya pengurangan lahan yang masif, sedangkan variabel budaya disebabkan oleh kurang dilestraikannya budaya pertanian dan semakin lemahnya kegiatan berkelompok sehingga budaya tersebut sudah jarang dijumpai. Variabel yang lain yaitu variabel gotong royong mengalami penurunan index hal tersebut disebabkan oleh susahnya mengumpulkan masyarakat untuk melakukan kegiatan bersama sehingga kegiatan urung dilakukan/sedikit yang mengikuti (tidak sebanyak dulu) seperti yang dinyatakan oleh Koentjaraningrat (2000) juga menyebutkan tolong menolong dalam pertanian mulai terkikis oleh adanya budaya padat karya dengan sistem upah, sedang pola hidup tolong menolong diganti dengan pola kerja pamrih. Sementara pada sistem kepercayan, 87 tak lepas dari keguyuban antar masyarakat, ketika pola interaksi berubah dengan adanya industrialisasi sehingga hubungan timbal-balik antar masyarakat menjadi berkurang. V.1.5 Modal Keuangan V.1.5.1 Analisis Kuantitatif Modal keuangan berkaitan dengan sumber daya keuangan yang digunakan seseorang untuk mencapai tujuan penghidupan, modal keuangan dapat bersumber dari pribadi yang berkaitan dengan pendapatan dan tabungan, selain itu ada juga yang dipengaruhi oleh hal eksternal seperti akses terhadap pinjaman dan bantuan keuangan. Gambar 5. 6Perbandingan Modal Keuangan Petani & Buruh Tani (Sebelum dan Sesudah Alih Fungsi Lahan) Tabel 5. 5Uji Wilcoxon Modal Keuangan Petani & Buruh Tani (Sebelum&Sesudah Alih Fungsi Lahan) 88 Variabel Modal Keuangan (petani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Pendapatan 13 91 0 0 0 - 3,606 0 Signifikan Tabungan /modal usaha 6 21 0 0 7 - 2,449 0,014 Signifikan Pinjaman 12 78 0 0 1 - 3,464 0,001 Signifikan Bantuan sosial 4 10 0 0 9 -2 0,045 Signifikan Dari gambar dan tabel diatas terlihat bahwa modal keuangan pada variabel pinjaman baik yang terjadi pada petani (0,61 ke 0,76) dan juga buruh tani (0,58 ke 0,81) memiliki peningkatan paling tinggi, begitu juga dengan variabel bantuan sosial mengalami peningkatan (petani 0,63 ke 0,68 & buruh tani 0,62 ke 0,79) hal tersebut dimungkinkan karena baik pinjaman dan bantuan sosial dirasa semakin mudah diakses oleh para responden, sementara terdapat perbedaan pada variabel Variabel Modal Keuangan (buruh tani) Positif Negatif Ties Z P Keterangan N Sum ranks n Sum ranks n Pendapatan 5 37,50 13 133,50 31 - 2,216 0,027 Signifikan Tabungan /modal usaha 1 6 10 60 38 - 2,714 0,007 Signifikan Pinjaman 0 0 48 1176 1 - 6,471 0 Signifikan Bantuan sosial 40 820 0 0 9 - 6,252 0 Signifikan 89 pendapatan dimana petani mengalami peningkatan (0,53 ke 0,69) sementara buruh tani mengalami penurunan (0,60 ke 0,55) tidak bisa dipungkiri bahwa data tersebut menunjukan petani dengan uang hasil gantibrugi lahan dapt memanftaakannya dengan baik sementara buruh tani terlihat dirugikan dengan berkurangnya lahan usaha mereka, selain itu variabel tabungan/modal usaha memiliki kondisi yang sama seperti modal pendapatan dimana petani mengalami peningkatan (0,58 ke 0,65) dan buruh tani mengalami penurunan (0,57 ke 0,53). Pada semua variabel berdasarkan uji wilcoxon memiliki perubahan yang signifikan pada kondisi sebelum dan sesudah alih fungsi lahan. V.1.5.2 Analisis Kualitatif Dari data kuantitatif terlihat bahwa modal keuangan yang memiliki index paling tinggi yaitu variabel pinjaman baik yang terjadi pada petani dan juga buruh tani hal tersebut tidak terlepas dari instrumen dan pilihan akses pinjaman yang semakin banyak, hal yang paling berdampak terhadap kenaikan tersebut adalah kehadiran bank keliling atau yang biasa disebut warga sekitar sebagai Bank “Emok” yaitu bank keliling yang terdapat kegiatan berkumpul dengan para nasabah sambil lesehan, meskipun akses terhadap pinjaman menjadi tinggi tapi yang harus digaris bawahi adalah efek samping dari kegiatan tersebut dimana bunga yang ditawarkan relatif besar. Hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan Pak Aad dan Pak Ayim “Sekarang kalau dapat pinjaman gampang, bank emok sekarang makin banyak asalkan ada data diri dan setuju dengan persyaratannya sudah bisa cair” Pak Aad “Untuk pinjaman dari dulu ada beberapa opsi, bisa lewat bank, bandar padi buat modal usaha tani, sekarang nambah lagi yang rame ada bank emok, sekarang justru banyak ibu-ibu pilih bank emok karena pencairannya gampang, biasanya mereka pinjam untuk menutupi kebutuhan sehari-hari itu juga terpaksa, kalau dipikir bunganya besar jadi resikonya juga malah nambah kalau menurut saya” Pak Ayim Variabel pendapatan antara petani dan buruh tani memiliki perkembangan index yang berlawanan, disatu sisi petani mengalami peningkatan sementara buruh tani justru mengalami penurunan hal tersebut tentunya tak terlepas dari lahan garapan dan usaha lainnya yang digeluti sebagai sampingan, hal tersebut tergambar disatu 90 sisi petani yang terkena pembebasan lahan memiliki jumlah lahan yang bertambah, sementara buruh tani justru makin berkurang lahan garapannya hal tersebut membuat pendapatan petani dan buruh tani di Desa Wantilan bertolak belakang dalam perkembangannya. Hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan pak Ayim Dan pak Agus “Kalau orang didaerah sini yang tergusur lahannya ada peningkatan, karena lahan mereka juga jadi lebih luas kalau sekarang, ibaratanya tadinya dalam satu hektare bisa untung 10 juta keuntungan bersihnya ya mungkin sekarang dengan mereka punya dua hektar bisa dua kali lipatnya atau mendekati” Pak Agus “Kondisinya sekarang lahan makin sedikit saja yang bisa dikerjakan, buruh tani ya bisa apa . biasanya diminta buat kerja di sawah sekarang siapa yang nawarin kerjaan, lahannya saja tinggal sedikit otomatis gajih mereka juga makin sedikit kecuali ada kerjaan lain” Pak Ayim Sejalan dengan laju perubahan index variabel pendapatan, variabel tabungan juga mengalami hal yang sama bagi para petani dan buruh tani, tak bisa dipungkiri bahwa jumlah pendapatan memengaruhi jumlah uang yang ditabung Hal tersebut juga dipertegas oleh pernyataan pak Agus “Kalau nabung ada mas, biasanya sedikit-sedikit dari hasil panen di tabung dirumah, jumlahnya juga tergantung dari dapatnya penghasilan, jika dapet banyak ya bisa nabungnya juga lumayan banyak, tapi kalau lagi kurang penghasilannya ya kadang tidak ditabung, uangnya cukup buat kebutuhan tiap harinya dihemat-hemat” PakAgus Variabel bantuan sosial bagi para petani dan buruh tani sama-sama memiliki perubahan index kearah yang lebih baik, hal tersebut tak terlepas makin banyaknya bantuan yang digelontorkan pemerintah sebagai jaring pengaman sosial, dari mulai bantuan langsung tunai dan lainnya yang ada di desa, sehingga dalam suatu set para responden sedang membutuhkan bantuan dana mereka menganggap bahwa ada kemudahan akses untuk mendapatkannya. Hal tersebut disesuaikan dengan pernyataan pak Lili 91 “Bansos dari Desa disini lumayan banyak yang dapat terutama yang memang membutuhkan jadi lumayan untuk penerima bantuan bisa sedikit-sedikit menutupi resiko sehari-hari, ada juga bantuan sekali cair dalam tiga bulan dengan nominal 1,8 juta, selain bantuan tersebut ada juga bantuan lainnya yang tersedia melalui program pemerintah” Pak Lili V.1.5.3 Ikhtisar Terdapat perbedaan perubahan index pada variabel pendapatan dan tabungan dari petani dan buruh tani. Pada variabel pendapatan para petani memiliki kenaikan index sementara buruh tani mengalami penurunan index hal tersebut tidak lepas dari perubahan lahan yang digarap, dimana lahan garapan petani memiliki kenaikan dikarenakan uang hasil penjualan tanah bisa dialihkan membeli tanah yang lebih luas, sementara buruh tani justru merasakan pengurangan dari lahan garapan yang hilang sehingga berdampak terhadap pendapatan mereka, dari variabel tabungan sama halnya dengan pendapatan, para petani mengalami kenaikan tabungan karena pendapatan mereka juga meningkat, dan sebaliknya buruh tani mengalami penurunaan tabungan yang diakibatkan juga oleh pendapatan yang mereka dapat seperti yang dinyatakan Rahmawati (2017) tabungan sangat bergantung pada pendapatan seseorang, jika pendapatan mereka tinggi,maka jumlah tabungan mereka juga tinggi. Namun sebaliknya,jika pendapatan mereka rendah,maka jumlah tabungan juga akan rendah.. Variabel akses pinjaman baik petani dan uruh tani memiliki kenaikan index hal tersebut dikarenakan kemudahan dalam meminjam uang terutama karena makin banyak dijumpainya bank emok dan instrumen pinjaman lainnya yang mudah diakses, kemudian pada variabel bantuan sosial baik petani dan buruh tani memiliki kenaikan index hal tersebut disebabkan oleh makin banyaknya bantuan sebagai jaring pengaman sosial bagi masyarakat sehingga responden menilai bahwa saat ini bantuan sosial lebih beragam dan lebih menjamin ketika mereka membutuhkannya. Dari analisis tersebut dapat dilihat bahwa alih fungsi lahan memebrikan perubahan negatif pada variabel keuangan dan tabungan para buruh tani, sedangkan pada variabel lainnya memiliki perubahan positif. 92 V.1.6 Modal Penghidupan V.1.6.1 Analisis Kuantitatif Gambar 5. 7Index Modal Penghidupan Petani & Buruh Tani (Sebelum & Sesudah Alih Fungsi Lahan) Tabel 5. 6Uji Wilcoxon Petani dan Buruh Tani 93 Petani Buruh Tani Variabel P Keteranga n Variabel P Keteranga n Keterampilan 0,08 3 Tidak Signifikan Keterampilan 0,08 3 Tidak Signifikan Tenagakerja 0,00 1 Signifikan Tenagakerja 0,00 0 Signifikan Pelatihan 0,08 3 Tidak Signifikan Pelatihan 0,11 7 Tidak Signifikan Pengetahuan 0,15 7 Tidak Signifikan Pengetahuan 0,15 7 Tidak Signifikan Penggarapan 0,00 1 Signifikan Penggarapan 0 Signifikan Pengairan 0,01 4 Signifikan Pengairan 0 Signifikan Keterjangkaua n 0,00 1 Signifikan Keterjangkaua n 0 Signifikan Kondisi tanah 0,02 5 Signifikan Kondisi tanah 0 Signifikan Kendaraan 0,00 4 Signifikan Kendaraan 0 Signifikan Alat pertanian 0,18 0 Tidak Signifikan Alat pertanian 0 Signifikan Jalan 0 Signifikan Jalan 0 Signifikan Bibit 0 Signifikan Bibit 0 Signifikan Berkelompok 0,00 1 Signifikan Berkelompok 0 Signifikan Kepercayaan 0,01 4 Signifikan Kepercayaan 0 Signifikan Budaya 0,00 1 Signifikan Budaya 0 Signifikan Gotong royong 0,00 8 Signifikan Gotong royong 0 Signifikan Pendapatan 0 Signifikan Pendapatan 0,02 7 Signifikan Tabungan /modal usaha 0,01 4 Signifikan Tabungan /modal usaha 0,00 7 Signifikan Pinjaman 0,00 1 Signifikan Pinjaman 0 Signifikan Bantuan sosial 0,04 5 Signifikan Bantuan sosial 0 Signifikan Pada grafik dan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan keterangan index baik buruh tani dan petani yaitu berkurangnya index manusia, alam, dan sosial, dan bertambahnya index fisik dan keuangan secara akumulatif, pada uji 94 wilcoxon dapat dilihat bahwa mayoritas variabel pada modal penghidupan memiliki keterangan perubhan yang signifikan kecuali variabel Keterampilan (petani dan buruh tani), Pelatihan (petani dan buruh tani), Pengetahuan (petani dan buruh tani), dan alat pertanian (petani). V.1.6.2 Ikhtisar Pada penjelasan sebelumnya terdapat kesamaan keterangan index baik buruh tani dan petani yaitu berkurangnya index manusia, alam, dan sosial, dan bertambahnya index fisik dan keuangan secara akumulatif. Berkurangnya index manusia lebih disebabkan oleh penurunan index variabel ketenagakerjaan yang besar (susah mencari tenaga kerja). Sementara itu berkurangnya modal alam disebabkan oleh penurunan index variabel peluang garapan diwilayah sekitar tempat tinggal (berkurangnya luasan dan pilihan garapan alam) dan variabel keterjangkauan lahan (jauhnya lahan garapan). Selain itu terdapat penurunan index modal sosial yang didominasi oleh penurunan dari variabel berkelompok (beberapa Poktan tidak aktif) dan budaya (semakin jarang ditemuinya budaya pertanian). Bertambahnya index fisik disebabkan oleh meratanya pertambahan index dari semua variabel yaitu variabel kendaraan penunjang (semakin banyak warga memiliki kendaraan yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari), variabel alat pertanian (kelengkapan alat pertanian, harga alat dasar seperti cangkul, dan lainnya mudah dijangkau), kondisi jalan (semakin baiknya kondisi jalan), kios pupuk (terdapatnya kios pupuk yang mudah dijangkau).