88 BAB. V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab Analisis dan Pembahasan berisi tentang analisis data primer yang diperoleh dari survei penyebaran kuesioner kepada pelaku perjalanan komuter di kawasan wisata Kotatua Jakarta untuk menjawab sasaran penelitian Secara garis besar analisis di bagi menjadi dua bagian yaitu Mengidentifikasi perubahan perilaku perjalanan komuter di kawasan wisata Kotatua Jakarta sebelum dan sesudah penerapan kebijakan LEZ; Menganalisis persepsi responden terhadap niat perpindahan moda transportasi setelah penerapan kebijakan LEZ di kawasan wisata Kotatua V.1 Identifikasi faktor yang memengaruhi pilihan moda perjalanan komuter di Kotatua Jakarta sebelum dan sesudah penerapan kebijakan LEZ (Sasaran 1) V.1.1 Identifikasi Karakteristik Perjalanan Komuter di Kawasan Kotatua Karakteristik pola perjalanan responden berdasarkan asal perjalanan, frekuensi perjalanan, moda dominan yang dipilih, waktu tempuh dan biaya perjalanan yang dikeluarkan. V.1.1.1 Asal Perjalanan Karakteristik responden pelaku perjalanan komuter di kawasan Kotatua berdasarkan asal perjalanan sebelum dan sesudah berlakunya kebijakan LEZ ditunjukkan dalam tabel dibawah ini. Tabel V. 1 Karakteristik responden berdasarkan asal perjalanan sebelum dan sesudah berlakunya kebijakan LEZ Asal Perjalanan Sebelum Kebijakan LEZ Setelah Kebijakan LEZ Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jakarta Selatan 19 13.6 15 10.7 Jakarta Timur 18 12.9 11 7.9 Jakarta Pusat 7 5.0 7 5.0 Jakarta Barat 56 40.0 66 47.1 Jakarta Utara 11 7.9 10 7.1 Kota/Kab Bogor 6 4.3 8 5.7 89 Asal Perjalanan Sebelum Kebijakan LEZ Setelah Kebijakan LEZ Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kota Tangerang 4 2.9 4 2.9 Kota Bekasi 7 5.0 7 5.0 Kota Depok 8 5.7 8 5.7 Kota Tangerang Selatan 4 2.9 4 2.9 Jumlah 140 100% 140 100% Sumber : Hasil Survei, 2023 Berdasarkan hasil survei, sebelum berlakunya kebijakan LEZ mayoritas responden berasal dari Jakarta Barat dengan persentase sebesar 40 %, kemudian terbanyak kedua berasal dari Jakarta Selatan sedangkan setelah berlakunya kebijakan LEZ mayoritas responden juga berasal dari Jakarta Barat dengan jumlah persentase sebesar 47,1 % atau 66 orang, persentase responden yang berasal dari Jakarta Barat meningkat sebesar 7% setelah kebijakan LEZ ini berlaku. V.1.1.2 Moda Transportasi Tabel V. 2 Perbandingan Moda Transportasi Sebelum dan Setelah Kebijakan LEZ Moda Transportasi Sebelum Kebijakan LEZ Setelah Kebijakan LEZ Jumlah Persentase Jumlah Persentase Sepeda Motor 59 42,1 38 27,1 Mobil Pribadi 28 20 24 17,1 Kereta 37 26,4 50 35,7 Transjakarta 15 10,7 27 19,3 Angkot 1 0,7 1 0,7 Jumlah 140 100,0 140 100,0 Sumber : Hasil Survei, 2023 Dari hasil survei, sebelum berlakunya kebijakan LEZ moda dominan yang digunakan responden untuk melakukan perjalanan adalah Sepeda Motor dengan persentase sebesar 42,1% atau sejumlah 59 orang kemudian disusul dengan moda Kereta dengan persentase 26,4% kemudian mobil pribadi dengan persentase 20%, sedangkan setelah berlakunya kebijakan LEZ moda dominan yang digunakan untuk melakukan perjalanan adalah Kereta dengan persentase sebesar 35,7 % atau 50 orang, kemudian disusul dengan moda transportasi Sepeda Motor dengan persentase 27,1% atau 38 90 orang kemudian yang terakhir adalah dengan menggunakan moda Transjakarta dengan persentase 19,3% atau 27 orang. Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 1 Perbandingan moda dominan yang digunakan untuk perjalanan komuter Terlihat dari perbandingan moda transportasi dominan yang digunakan oleh pelaku perjalanan komuter di Kawasan Kotatua sebelum dan setelah kebijakan LEZ menunjukkan perbedaan, sebelum penerapan kebijakan LEZ moda transportasi dominan responden adalah sepeda motor sebanyak 59 sedangkan setelah penerapan kebijakan LEZ moda dominannya menjadi kereta dengan persentase sebanyak 50 orang. Dari diagram di atas dapat terlihat bahwa pemakaian kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil menurun setelah pemberlakuan kebijakan LEZ di kawasan Kotatua, sedangkan pemakaian moda transportasi umum seperti kereta dan Transjakarta meningkat setelah pemberlakuan kebijakan tersebut, sedangkan jumlah pengguna moda untuk angkot sebelum dan setelah pemberlakuan kebijakan LEZ tidak mengalami perubahan. Tabel V. 3 Perubahan moda dominan yang digunakan responden Moda Jumlah Persentase Tetap 107 76,4 % Berubah 33 23,6 % Jumlah 140 100% 59 28 37 15 1 38 24 50 27 1 0 10 20 30 40 50 60 70 Sepeda MotorMobil PribadiKeretaTransjakartaAngkot Perbandingan Moda Dominan yang digunakan Sebelum Kebijakan LEZSetelah Kebijakan LEZ 91 Sumber : Hasil Survei, 2023 Hasil survei menunjukkan bahwa dari 140 responden pekerja komuter yang bekerja di kawasan Kotatua, sebesar 76,4 % tidak mengalami perubahan moda dominan, sementara 23,6% mengalami perubahan moda dominan. Di bawah ini merupakan diagram proporsi karakteristik perubahan moda transportasi. Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 2 Diagram persentase perubahan moda dominan yang digunakan responden Tabel V. 4 Perbandingan perpindahan moda dominan yang digunakan responden Moda Sebelum Kebijakan LEZ Setelah Kebijakan LEZ Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kendaraan Pribadi Transportasi Umum 87 53 62,14 % 37,86 % 60 80 42,85 % 57,15% Jumlah 140 100 % 140 100 % Sumber : Hasil Survei, 2023 Hasil survei menunjukkan sebelum berlakunya kebijakan LEZ dari 140 responden pekerja komuter sebanyak 62,14% responden memilih menggunakan moda kendaraan pribadi sedangkan 37,86% responden memilih menggunakan Transportasi umum kemudian setelah berlakunya kebijakan LEZ pengguna kendaraan pribadi menurun dari 62,14% menjadi 42,85 % sedangkan responden yang menggunakan transportasi umum meningkat dari 37,86% menjadi 57,15 % 76% 24% Tetap Berubah 92 Tabel V. 5 Persentase perubahan pilihan moda yang digunakan responden Moda Sebelum Kebijakan LEZ Moda Setelah Kebijakan LEZ Jumlah Persentase (%) Transportasi Umum Transportasi Umum 50 35,7 Transportasi Umum Kendaraan Pribadi 3 2,14 Kendaraan Pribadi Transportasi Umum 30 21,42 Kendaraan Pribadi Kendaraan Pribadi 57 40,7 Jumlah 140 100 Sumber : Hasil Survei, 2023 Berdasarkan hasil survei dari 140 responden, sebanyak 35,7% merupakan responden pengguna transportasi umum yang tidak berpindah moda setelah berlakunya kebijakan LEZ, kemudian 40,7% responden merupakan pengguna kendaraan pribadi yang tidak melakukan perpindahan moda sedangkan terdapat 21,42% responden yang sebelumnya menggunakan kendaraan pribadi kemudian melakukan perpindahan moda ke transportasi umum setelah penerapan kebijakan LEZ, di bawah ini merupakan diagram perubahan pilihan moda dominan yang digunakan responden untuk melakukan perjalanan komuter di kawasan Kotatua Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 3 Diagram perubahan pilihan moda perjalanan komuter di kawasan Kotatua 36% 2% 21% 41% Transportasi Umum -> Transportasi Umum Transportasi Umum -> Kendaraan Pribadi Kendaraan Pribadi -> Transportasi Umum Kendaraan Pribadi -> Kendaraan Pribadi 93 V.1.1.3 Frekuensi Perjalanan Di bawah ini merupakan tabel yang didapatkan dari hasil survei terkait frekuensi responden dalam melakukan perjalanan komuter sebelum berlakunya kebijakan LEZ dan Setelah berlakunya kebijakan LEZ. Tabel V. 6 Perbandingan Frekuensi Perjalanan Sebelum dan Setelah Kebijakan LEZ Frekuensi Sebelum berlakunya kebijakan LEZ Setelah berlakunya kebijakan LEZ Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1x Seminggu 13 9,3 11 7,9 2x Seminggu 2 1,4 2 1,4 3x Seminggu 7 5,0 12 8,6 4x Seminggu 5 3,6 4 2,9 5x atau lebih Seminggu 113 80,7 111 79,3 Jumlah 140 100% 140 100% Sumber : Hasil Survei, 2023 Frekuensi responden dalam melakukan perjalanan komuter di kawasan Kotatua sebelum dan sesudah berlakunya kebijakan LEZ tidak berubah secara signifikan, mayoritas responden dengan persentase 80,7% melakukan perjalanan ke kawasan Kotatua sebelum berlakunya kebijakan LEZ adalah sebanyak 5x atau lebih seminggu dan setelah berlakunya kebijakan LEZ frekuensi responden melakukan perjalanan komuter ke kawasan Kotatua juga sebanyak 5x atau lebih seminggu dengan persentase 79,3 % Tidak adanya perubahan frekuensi perjalanan sebelum dan setelah penerapan kebijakan LEZ dikarenakan objek penelitian ini adalah pelaku perjalanan komuter, mayoritas responden melakukan perjalanan dengan tujuan bekerja pada instansi pemerintah, BUMN maupun swasta di sekitar kawasan Kotatua yang mempunyai hari kerja Senin – Jumat sehingga frekuensi melakukan perjalanan akan terjadi 5x atau lebih seminggu baik sebelum penerapan kebijakan LEZ maupun setelah penerapan kebijakan LEZ. 94 Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 4 Perbandingan Frekuensi Perjalanan Komuter Tabel V. 7 Perubahan Frekuensi Perjalanan Responden Frekuensi Jumlah Persentase Tetap Meningkat Menurun 130 5 5 92,8% 3,6% 3,6% Jumlah 140 100% Sumber : Hasil Survei, 2023 Hasil survei menunjukkan bahwa dari 140 responden sebesar 92,8 % tidak mengalami perubahan frekuensi perjalanan komuter sebelum dan sesudah berlakunya kebijakan LEZ, 3,6% mengalami peningkatan jumlah frekuensi perjalanan komuter sedangkan 3,6 % mengalami penurunan jumlah frekuensi komuter ke kawasan Kotatua. 13275 113 112124 111 0 20 40 60 80 100 120 1x Seminggu2x Seminggu3x Seminggu4x Seminggu5x atau lebih Seminggu Frekuensi Perjalanan Komuter Sebelum berlakunya kebijakan LEZSetelah berlakunya kebijakan LEZ 95 Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 5 Diagram persentase perubahan frekuensi perjalanan komuter V.1.1.4 Biaya Transportasi Pada penelitian yang dilakukan biaya transportasi yang dimaksud adalah biaya pulang – pergi dalam sehari dari tempat asal ke tempat tujuan dimana pada penelitian tempat tujuan adalah di kawasan Kotatua, biaya transportasi dihitung dalam sehari apabila moda yang digunakan adalah kendaraan pribadi maka biaya transportasi sudah mencakup BBM, tarif tol dan parkir sedangkan apabila menggunakan moda transportasi umum biaya tercatat adalah tarif transportasi umum termasuk dengan biaya feeder dari atau ke halte / stasiun. Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 6 Grafik biaya perjalanan per hari sebelum dan setelah kebijakan LEZ 92% 4% 4% Tetap Meningkat Menurun 67 38 14 3711 76 32 13 379 0 10 20 30 40 50 60 70 80 ≤ Rp 20.000Rp 20.100 - Rp 40.000 Rp 40.100 - Rp 60.000 Rp 60.100 - Rp 80.000 Rp 80.100 - Rp 100.000 > Rp 100.100 Biaya Perjalanan Komuter Sebelum Penerapan LEZSetelah Penerapan LEZ 96 Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa sebelum penerapan kebijakan LEZ mayoritas responden memiliki biaya perjalanan dalam rentang ≤ Rp.20.000, Adapun biaya perjalanan per hari tertinggi adalah sebesar Rp 170.000 sedangkan biaya terendah per hari adalah Rp 5000. Biaya perjalanan rata – rata yang dikeluarkan responden per hari untuk melakukan perjalanan komuter adalah sebesar Rp 38.450/hari Sedangkan setelah penerapan kebijakan LEZ mayoritas responden memiliki biaya perjalanan komuter dalam rentang ≤ Rp.20.000 dengan biaya minimum Rp 5000 sedangkan biaya perjalanan maksimum per hari adalah sebesar Rp 170.000 dengan biaya perjalanan komuter rata – rata harian responden adalah Rp 35.432 /hari Berdasarkan hasil penelitian biaya perjalanan rata - rata setelah penerapan kebijakan LEZ mengalami penurunan dari sebesar Rp 38.450/hari turun menjadi Rp 35.432/hari perubahan biaya perjalanan komuter per hari responden sebelum dan sesudah penerapan kebijakan LEZ dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel V. 8 perubahan biaya harian perjalanan komuter Biaya Perjalanan Jumlah Persentase Tetap Meningkat Menurun 74 28 38 52,86% 20 % 27,14% Jumlah 140 100% Sumber : Hasil Survei, 2023 Hasil survei menunjukkan bahwa dari 140 responden pekerja komuter, 52,86 % tidak mengalami perubahan biaya perjalanan sebelum dan setelah penerapan kebijakan LEZ tidak adanya perubahan biaya dikarenakan responden tidak melakukan perubahan moda perjalanan, sementara itu 28 orang atau 20% responden mengalami peningkatan biaya perjalanan harian setelah penerapan kebijakan dan 38 orang atau 27,14 % responden mengalami penurunan biaya perjalanan setelah penerapan kebijakan LEZ penurunan biaya perjalanan ini dikarenakan responden beralih menggunakan transportasi umum setelah penerapan LEZ sehingga biaya perjalanan menurun, di bawah ini merupakan diagram proporsi perubahan biaya harian perjalanan komuter. 97 Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 7 Diagram persentase perubahan biaya harian perjalanan komuter IV.1.1.5 Waktu Tempuh Perjalanan Waktu tempuh perjalanan merupakan waktu yang dibutuhkan seseorang dari asal perjalanan (tempat tinggal) menuju tempat bekerja yang berada di kawasan wisata Kotatua Jakarta Barat, waktu tempuh perjalanan diukur dalam satuan menit Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 8 Grafik waktu tempuh perjalanan sebelum &setelah kebijakan LEZ Berdasarkan hasil survei sebelum penerapan kebijakan LEZ mayoritas responden memiliki waktu tempuh perjalanan dalam rentang 41 - 60 menit dengan jumlah 48 orang waktu perjalanan terendah adalah sebesar 10 menit sedangkan waktu perjalanan 53% 20% 27% Tetap Meningkat Menurun 17 40 48 11 16 6 2 11 31 56 1518 7 2 0 10 20 30 40 50 60 0 - 2021 - 4041 - 6061 - 8081 - 100101 - 120>121 Waktu Tempuh Perjalanan Komuter Sebelum Penerapan LEZSetelah Penerapan LEZ 98 tertinggi adalah sebesar 180 menit dengan rata – rata waktu tempuh perjalanan komuter sebelum penerapan kebijakan LEZ adalah 53,7 menit Setelah penerapan kebijakan LEZ mayoritas responden memiliki waktu tempuh dalam rentang 41- 60 menit, waktu tempuh perjalanan terendah adalah 10 menit sedangkan waktu tempuh perjalanan tertinggi adalah 180 menit dengan waktu rata – rata perjalanan setelah penerapan kebijakan LEZ adalah sebesar 58,9 menit. Berdasarkan hasil penelitian waktu tempuh perjalanan rata - rata setelah penerapan kebijakan LEZ mengalami kenaikan dari 53,7 menit meningkat menjadi 58,9 menit perubahan waktu perjalanan komuter per hari responden sebelum dan sesudah penerapan kebijakan LEZ dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel V. 9 perubahan waktu tempuh perjalanan sebelum dan sesudah kebijakan LEZ Frekuensi Jumlah Persentase Tetap Meningkat Menurun 66 61 13 47,14 % 43,57% 9.28% Jumlah 140 100% Sumber : Hasil Survei, 2023 Hasil survei menunjukkan bahwa dari 140 responden pekerja komuter, 47,14% tidak mengalami perubahan waktu perjalanan sebelum dan setelah penerapan kebijakan LEZ, sementara 61 orang atau 43,57% responden mengalami peningkatan waktu perjalanan harian setelah penerapan kebijakan peningkatan waktu perjalanan ini dikarenakan responden beralih menggunakan trasnportasi umum sehingga membutuhkan waktu perjalanan yang relatif lebih lama dibandingkan menggunakan kendaraan pribadi, sedangkan 13 orang atau 9,28% responden mengalami penurunan waktu perjalanan setelah penerapan kebijakan LEZ , di bawah ini merupakan diagram proporsi perubahan biaya harian perjalanan komuter. 99 Sumber : Hasil Survei, 2023 Gambar V. 9 Proporsi perubahan waktu perjalanan sebelum dan sesudah kebijakan LEZ V.1.2 Hubungan antara Karakteristik Sosioekonomi dan Karakteristik Perjalanan terhadap Pilihan Moda di Kawasan Kotatua sebelum dan setelah penerapan kebijakan LEZ V.1.2.1 Sebelum Penerapan Kebijakan LEZ Setelah diketahui karakteristik kawasan dan kebijakan LEZ di kawasan kotatua, karakteristik pelaku perjalanan komuter maka dilakukan analisis korelasi untuk mengetahui hubungan dalam pemilihan moda transportasi yang digunakan untuk perjalanan komuter di kawasan kotatua sebelum dan sesudah penerapan kebijakan LEZ. Pada pemilihan moda yang digunakan untuk perjalanan komuter di kawasan Kotatua ada beberapa variabel yang memengaruhi dan saling berhubungan dengan variabel terikat, pemilihan moda dibagi menjadi dua yaitu pengguna moda transportasi umum dan bukan pengguna transportasi umum data dianalisis menggunakan model binary logistic regression pada SPSS dan data didapatkan dari hasil kuesioner revealed preference. Analisis yang digunakan menggunakan regresi logit biner dengan metode enter, kategori yang dijadikan referensi adalah perjalanan komuter yang memilih 47% 44% 9% Tetap Meningkat Menurun 100 menggunakan moda transportasi umum dan tingkat kepercayaan (confidence level) yang digunakan adalah 95%, variabel dependen yang ditetapkan adalah : 0 = menggunakan kendaraan pribadi (motor dan mobil) 1 = menggunakan transportasi umum (krl, transjakarta dan angkot) Karakteristik sosial ekonomi dari responden dalam memilih moda transportasi perjalanan komuter di kawasan Kotatua berdasarkan survei kuesioner yang telah dilakukan dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang (Crosstab) pada aplikasi SPSS. Karakteristik sosial ekonomi merupakan variabel bebas (X : independen) dan yang akan menjadi variabel terikat (Y : dependen) adalah preferensi pemilihan moda transportasi perkotaan. Tabel V. 10 Chi square test variabel Y dan X sebelum penerapan kebijakan LEZ No Variabel Df X2 hitung P – Value Kesimpulan 1 Jenis Kelamin 1 15,025 0,000 H0 ditolak Ada Hubungan 2 Usia 3 5,685 0,128 H0 diterima Tidak ada hubungan 3 Pendidikan 5 7,055 0,217 H0 diterima Tidak ada hubungan 4 Pekerjaan 4 4,309 0,366 H0 diterima Tidak ada hubungan 5 Pendapatan 5 5,920 0,314 H0 diterima Tidak ada hubungan 6 Jumlah Anggota Keluarga 4 3,583 0,465 H0 diterima Tidak ada hubungan 7 Kepemilikan SIM 1 7,697 0,006 H0 ditolak Ada Hubungan 8 Kepemilikan Motor 3 9,133 0,028 H0 ditolak Ada Hubungan 9 Kepemilikan Mobil 3 0,944 0,815 H0 diterima Tidak ada hubungan 10 Ketersediaan Parkir 1 0,127 0,721 H0 diterima Tidak ada hubungan 11 Pola Perjalanan 1 0,154 0,695 H0 diterima Tidak ada hubungan 12 Asal Perjalanan 9 16,711 0,05 H0 diterima Tidak ada hubungan 13 Frekuensi Perjalanan 4 3,127 0,537 H0 diterima Tidak ada hubungan 14 Biaya Perjalanan 33 55,088 0,009 H0 ditolak Ada Hubungan 15 Waktu Perjalanan 22 51,916 0,000 H0 ditolak Ada Hubungan Sumber : Hasil Analisis, 2023 101 Hipotesis yang digunakan: H0 : tidak terdapat hubungan signifikan antara preferensi pemilihan moda yang digunakan sebelum penerapan kebijakan LEZ pada variabel terikat dengan karakteristik sosial ekonomi sebagai variabel bebas H1 : terdapat hubungan signifikan antara preferensi pemilihan moda yang digunakan sebelum penerapan kebijakan LEZ pada variabel terikat dengan karakteristik sosial ekonomi sebagai variabel bebas Berdasarkan kriteria pengujian bahwa : • Jika ChiSquare hitung ≤ ChiSquare tabel, maka H0 diterima. • Jika ChiSquare hitung > ChiSquare tabel, maka H0 ditolak. Atau • Jika Sig. Chi-Square hitung > alpha, maka H0 diterima • Jika Sig. Chi-Square hitung < alpha, maka H0 ditolak. Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas dilihat hubungan antara pemilihan moda transportasi sebelum penerapan kebijakan LEZ terhadap karakteristik responden baik karakteristik sosial ekonomi maupun karakteristik perjalanan responden, dari ke 15 variabel di atas terdapat 9 variabel yang H0 nya diterima atau dalam hal ini variabel tersebut tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap pemilihan moda transportasi perjalanan komuter sebelum penerapan kebijakan LEZ variabel tersebut antara lain : Usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anggota keluarga, kepemilikan mobil, ketersediaan parkir, pola perjalanan dan frekuensi perjalanan. Sedangkan terdapat 5 variabel yang Ho nya ditolak atau terdapat hubungan yang signifikan terhadap pemilihan moda transportasi perjalanan komuter sebelum penerapan kebijakan LEZ variabel tersebut antara lain : jenis kelamin, kepemilikan SIM, kepemilikan motor, biaya perjalanan dan waktu perjalanan. Tabel V.