88 BAB VI Penutup Sektor perikanan terus mengalami pertumbuhan yang pesat dan menjadi komponen penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Selain menjadi industri yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, produk perikanan juga berkontribusi dalam meningkatkan gizi dan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Produksi ikan Indonesia terus mengalami peningkatan yang signifikan, terbukti dengan kenaikan peringkat Indonesia sebagai produsen ikan dunia dari peringkat 10 pada tahun 2019 menjadi peringkat 8 pada tahun 2020. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya laut, Indonesia memiliki potensi ekonomi kelautan yang luar biasa, di antaranya berasal dari sektor perikanan. Meskipun demikian, Kabupaten Natuna di Indonesia sebagai bagian dari negara maritim ini masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan daya saing produk perikanan tangkap, terutama terkait dengan logistik dan rantai pasok produk tersebut. Kunci keberhasilan dalam mencapai perikanan tangkap yang berkelanjutan terletak pada sistem rantai pasok yang mendukung industri tersebut. Dengan membangun ekosistem dan mengelola logistik serta rantai pasok dengan baik, akan mendorong peningkatan produksi, daya saing (baik dari segi kualitas maupun biaya), dan nilai tambah produk perikanan tangkap yang berasal dari Kabupaten Natuna. Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah pentingnya pemahaman yang komprehensif tentang jaringan rantai pasok komoditi perikanan tangkap di Natuna serta peran strategis tauke dalam konteks tersebut. Temuan ini dapat menjadi dasar bagi pihak terkait, seperti pemerintah daerah, industri perikanan, dan pemangku kepentingan lainnya, untuk mengembangkan kebijakan dan strategi yang lebih efektif dalam meningkatkan keberlanjutan dan efisiensi sistem logistik perikanan wilayah. Pertama, pemahaman yang mendalam tentang pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok perikanan tangkap di Natuna memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi peluang kolaborasi dan sinergi antara berbagai aktor. Misalnya, kolaborasi antara nelayan, TPI, industri pengolahan ikan, dan distributor dapat meningkatkan akses pasar, memperbaiki proses distribusi, dan menciptakan nilai tambah yang lebih proporsional bagi semua pihak terlibat. 89 Kedua, penekanan pada peran tauke dalam konteks Natuna dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika hubungan antara tauke dan nelayan. Hal ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan strategi yang mengurangi ketergantungan nelayan pada tauke, memberdayakan nelayan untuk memiliki peran yang lebih aktif dalam menentukan harga dan tujuan penjualan, serta mendorong keberlanjutan ekonomi nelayan secara mandiri. Implikasi teoritis dari penelitian ini melengkapi pemahaman tentang sistem logistik perikanan wilayah dan peran aktor didalamnya. Temuan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori dan konsep terkait rantai pasok perikanan, keberlanjutan ekonomi nelayan, serta interaksi dan dinamika antara aktor dalam konteks lokal. Selain itu, penelitian ini dapat mendorong penelitian lebih lanjut untuk menjelajahi aspek-aspek yang lebih mendalam, seperti pengaruh regulasi dan kebijakan dalam membentuk sistem logistik perikanan yang berkelanjutan. Secara keseluruhan, implikasi praktis dan teoritis dari penelitian ini adalah meningkatnya pemahaman tentang kompleksitas jaringan rantai pasok komoditi perikanan tangkap di Natuna, peran strategis tauke, serta pentingnya keselarasan regulasi dalam mendorong keberlanjutan dan efisiensi sistem logistik perikanan wilayah. Implikasi ini dapat membantu merumuskan kebijakan dan strategi yang lebih baik dalam mengembangkan sektor perikanan dan juga meningkatkan kesejahteraan nelayan serta kelangsungan usaha mereka. VI.1 Temuan Studi Dalam proses penyaluran hasil tangkapan ikan, nelayan yang menangkap ikan tidak memiliki hubungan langsung dengan konsumen akhir. Seluruh hasil tangkapan ikan diserahkan kepada tauke atau pengepul untuk kemudian didistribusikan kepada pengusaha perikanan, konsumen di luar pulau, dan pengecer. Penentuan harga jual ditentukan oleh tauke sebagai akibat dari pinjaman atau bantuan finansial yang diberikan oleh tauke kepada nelayan yang bersangkutan. Rantai pasokan berakhir pada konsumen yang membeli ikan dari pengecer. Dalam model ini, nelayan tidak menanggung risiko kerugian, namun mereka tidak memiliki pilihan untuk memilih 90 pembeli. Di sisi konsumen, harga jual yang diberikan mungkin lebih tinggi karena melalui beberapa tahapan distribusi dengan tingkat kualitas ikan yang mungkin sudah menurun. Penelitian ini mengidentifikasi berbagai pihak yang terlibat dalam jaringan rantai pasok komoditi perikanan tangkap di Natuna. Dalam pemahaman yang lebih mendalam, penelitian ini menggambarkan peran masing-masing stakeholder, termasuk nelayan, tauke, TPI/SKPT, industri pengolahan ikan, pedagang, distributor, dan pembeli akhir. Hal ini memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang dinamika dan kompleksitas hubungan antarstakeholder dalam rantai pasok perikanan tangkap. Penelitian ini mengungkapkan peran penting dan strategis tauke dalam jaringan rantai pasok perikanan tangkap di Natuna. Tauke memiliki peran ekonomi, sosial, dan emosional yang signifikan dalam mendukung nelayan dan memfasilitasi distribusi hasil tangkapan. Pemahaman ini memberikan wawasan yang lebih dalam tentang dinamika hubungan antara tauke dan nelayan, serta implikasinya terhadap keputusan harga dan penjualan. Penelitian ini menekankan pentingnya keselarasan antara regulasi dari tingkat pusat hingga daerah dalam mendukung keberlanjutan rantai pasok komoditas perikanan tangkap. Dalam konteks Natuna, regulasi yang sesuai di semua tingkatan penting untuk mengurangi dominasi tauke dan memastikan nilai tambah yang adil bagi nelayan dan stakeholder lainnya. Pemahaman ini memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat mendorong terbentuknya ekosistem usaha yang berkelanjutan dan mendukung logistik perikanan wilayah. Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika jaringan rantai pasok perikanan tangkap di Natuna, menggambarkan peran dan kontribusi masing-masing stakeholder, dan menyoroti pentingnya keselarasan regulasi untuk mencapai keberlanjutan rantai pasok perikanan tangkap. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam membuka wawasan dan pemecahan masalah terkait pengembangan sistem logistik perikanan wilayah, serta memberikan landasan bagi pengambilan kebijakan yang berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan pembangunan ekonomi lokal.