120 BAB VI Penutup VI.1 Temuan Studi Di Kabupaten Natuna, pengolahan ikan masih terbatas pada skala rumah tangga dan memiliki tingkat nilai tambah yang rendah. Terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan, seperti kurangnya tenaga kerja terampil di sektor pengolahan dan biaya tinggi untuk pengemasan produk yang harus diimpor dari Jakarta. Dalam hal pemasaran hasil tangkapan ikan, nelayan cenderung mendaratkan dan menjual ikan di dermaga-dermaga kecil di sepanjang pantai, karena lebih dekat dengan daerah penangkapan ikan. Produksi ikan di Natuna umumnya dipasarkan secara lokal, meskipun sebagian juga dijual ke daerah lain atau antarpulau, baik dalam bentuk segar maupun olahan. Secara keseluruhan, jaringan rantai pasok untuk komoditas perikanan tangkap dan hasil olahannya umumnya memiliki struktur yang sederhana, yang sebagian besar dipengaruhi atau bahkan ditentukan oleh tauke. Hubungan erat antara nelayan dan tauke ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kedekatan emosional yang timbul dari saling ketergantungan, serta berbagai manfaat yang dapat diperoleh oleh nelayan jika mereka terafiliasi dengan tauke tertentu. Dalam agroindustri perikanan di Kabupaten Natuna, yang sebagian besar terdiri dari industri pengolahan skala kecil yang bersifat tradisional, terdapat beberapa kendala yang menjadi tantangan diantaranya, meliputi (1) keterbatasan akses terhadap teknologi pengolahan produk perikanan, termasuk masih terbatasnya kemampuan untuk melakukan diversifikasi produk olahan guna meningkatkan nilai tambah; (2) adopsi teknologi yang belum optimal, sehingga kualitas produk olahan bervariasi dan kurang kompetitif; (3) keterbatasan modal dan sumber keuangan lainnya, yang mengakibatkan avtivitas pengolahan terbatas pada usaha kecil tradisional yang tersebar di wilayah tersebut dan ditujukan untuk pemasaran lokal. 121 VI.2 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitianyang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan yang menjawab rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Nelayan di Natuna memiliki beragam pola pemanfaatan hasil tangkapan, termasuk penjualan langsung dalam keadaan segar, pengawetan, pembekuan, pengalengan, pembuatan tepung ikan, dan produksi surimi (daging ikan lumat). Pemahaman ini penting dalam upaya peningkatan value added perikanan tangkap di Natuna, karena dapat memberikan wawasan tentang praktik pemanfaatan yang sudah ada dan potensi peningkatan nilai tambah dalam setiap pola pemanfaatan tersebut. 2. Proses peningkatan nilai tambah dalam agroindustri perikanan yang dilakukan oleh nelayan Natuna melibatkan beberapa kategori utama. Proses-proses ini termasuk kegiatan pembersihan, pengemasan, dan juga penyimpanan sementara untuk menjaga kualitas tangkapan, pemisahan, penggilingan, pemotongan, dan pencampuran untuk menciptakan produk dengan nilai tambah lebih tinggi, perebusan, pengalengan, pembekuan, ekstraksi, atau metode lainnya untuk memperpanjang masa simpan produk, serta pengubahan kandungan kimia dan teksturisasi melalui pembuatan tepung ikan dan surimi. Dengan menganalisis proses-proses ini, dapat diketahui peluang dan tantangan dalam meningkatkan value added perikanan tangkap di Natuna melalui agroindustri perikanan. 3. Model jaringan rantai suplai komoditas perikanan tangkap yang dijalankan oleh nelayan Natuna tergolong sederhana dan didominasi oleh tauke tertentu. Meskipun hubungan antara nelayan dan tauke mungkin tidak selalu seimbang secara proporsional, namun dalam konteks Natuna, tidak ditemukan adanya kontradiksi atau keluhan yang signifikan terkait hal ini. Analisis ini memberikan gambaran tentang struktur dan dinamika rantai suplai perikanan tangkap di Natuna, yang relevan dalam mencapai tujuan penelitian untuk 122 meningkatkan value added perikanan tangkap melalui identifikasi rantai suplai. VI.3 Rekomendasi Dalam perdagangan, konversi hasil tangkapan perikanan menjadi produk agroindustri bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas perikanan tersebut. Dengan meningkatnya nilai produk yang telah diolah, diharapkan pendapatan yang diterima oleh nelayan dan masyarakat yang terlibat dalam industri pengolahan akan meningkat, serta keuntungan yang didapatkan oleh pelaku agroindustri perikanan juga akan lebih tinggi.