65 BAB V Pembahasan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis dan pembahasan tentang difusi inovasi, proses inovasi, kepemimpinan dan aksi kolektif yang berpengaruh terhadap budidaya kedelai di Desa Cibulan. V.1. Difusi Inovasi Budidaya Kedelai di Lahan Eks Galian Pasir Desa Cibulan Gambar V.1. Elemen Difusi Inovasi (Rogers, 2003) Berdasarkan gambar V.1difusi inovasiRogers terdiri dari empat (4) elemen yakni ide/ inovasi itu sendiri, saluran komunikasi yang digunakan, jangka waktu kegiatan dan sistem sosial. V.1.1. Awal mula Budidaya kedelai di Desa Cibulan (Tahun 2000-2017) Awal budidaya kedelai di Cibulan Kecamatan Cidahu telah ada sejak tahun 2000-an dipopulerkan oleh Alm. Haji Syarif tahun 2000-2011 dalam rangka memenuhi permintaan kedelailokal untukketersediaan stok pengrajin tempe/ tahu di sekitar Kecamatan Cidahu. Kedelai, mulai dipopulerkan oleh Alm. Haji Syarif pada awal tahun 2000-an sampai dengan 2010-an. Iamenanam di lahan tadah hujan atau lahan 66 sawah irigasi setelah panen padi selain pekerjaan utama beliau sebagai mandor penggarap tebu rakyat di Desa Cibulan. “Bisa dibilang, Alm, kakek saya. Alm Haji Syarif sudah bercocok tanam kedelai, kacang tanah sebagai sampingan dari budidaya tebu. Kalau gak salah sih, setelah panen padi di sawah irigasi dan di sawah ladang itu, dekat jalan besar, sebagian lahan aja mas, kadang kacang tanah, kadang kedelai” (Sukardi, Kasi Ekbang Desa Cibulan, Mei, 2023) “Iya dulu, wilayah Cibulan ini sebelum tahun 2000 itu Wilayah perkebunan tebu rakyat mas. Disini mayoritas lahan digarap tebu, kayu keras dan padi dekat sungai. Setelah tambang pasir masuk tahun 2003-an lah, sampai tahun 2012, nah warga sini akhirnya ada yang bertani penggarap di luar desa, ada yang bekerja di Jabodetabek dan ada yang memilih kerja tambang”, (Anwar Bendahara Desa , Januari, 2023) Selanjutnya, pada tahun 2010-an, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kuningan memprioritaskan budidaya kedelai sebagai tanaman pangan unggulan dan dimasukkan-lah Kecamatan Cidahu. Padahal waktu itu, Cidahu, yang termasuk wilayah Kuningan Timur ini sedang massif aktivitas galian pertambangan galian C pasca kemunduran tebu rakyat. “…Sepengetahuan saya, wilayah Cidahu dan sekitarnya itu dulu tahun 2010- an ada program kedelai. Kuningan timur ini prospek untuk umbi dan kacang- kacangan, saya lupa desa-nya karena waktu itu, Kuningan Timur juga banyak wilayah eksplorasi galian pasir.”, (Maman, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Jawa Barat Wilayah Kuningan-Majalengka, Maret, 2023) “…Seingat saya itu, kakek Cayung itu yang dikenal disini sering nanam kedelai.”, (Somantri BPD Cibulan, Januari ,2023) “…Ya kedelai mah dari dulu sudah ada sebetulnya. Kalau gak salah Anggota tani haji syarif (alm), nanam itu bareng dengan kacang tanah. Terus sempat hilang antara 2006-2010, lalu ada lagi 2010-2012 kalau gak salah booming kedelai lagi, terus ilang lagi2012-2017, 2017 akhir baru muncul lagi kedelai. Mungkin coba-coba ya dan harganya lagi bagus-bagusnya” (Anwar Bendahara Desa, Januari, 2023) Kegiatan budidaya kedelai tidak bertahan sepanjang musim namun hanya bertahan dua (2) s.d tiga (3) tahun setelah tahun pertama budidaya. Pola tanam dan teknik tanam kedelai dilakukan secara konvensional di lahan sawah tadah hujan/ sawah 67 irigasi setelah musim panen padi. Motif ekonomi juga dikarenakan permintaan lokal tentatif. Dengan kondisi tersebut, masyarakat Cibulan akhirnya lebih memilih menanam kacang tanah dan tebu karena harga jual relatif lebih mahal, stabil, dan ada kepastian pasar (offtaker) serta kemudahan budidaya. “…kedelai di Cibulan atau Cidahu pada umumnya. Musiman semua. Gak tiap tahun kontinu nanam, makanya kami tidak bisa mengandalkan mereka. Dulu, yang masih saya ingat itu. Tahun 2000-an awal sampai 2003 (sebelum pemilu) itu, banyak petani tanam kedelai. Eh sampai tahun 2010. hilang. Terus booming lagi sebentar, 2011-2013an, bareng kacang tanah waktu itu. Ada garuda yang sudah mitra. Terus 2014-2018 itu ya hilang lagi. Nah 2019, ada kepala desa ya dari Cibulan itu ke sini (kantor kopti kuningan), minta Kerjasama”, (H. Tolarsih, Ketua KOPTI Kuningan, Januari, 2023) “….Dulu itu, petani Cibulan nanam kedelai itu buat sampingan aja mas. Kalau lagi bagus, mereka nanam kedelai. Eyang saya nanam kedelai dulu, tahun 2000-an. Ya kalau harga jelek, ya balik nanam tebu atau padi ya. Kalo kacang tanah, mulai ada setelah KUD bubar mas….(Sukardi, Kasi ekbang, Mei 2023) Tahapan ini melibatkan aktor-aktor diantaranya sebagai berikut. Tabel V.1. Kelompok Sistem Sosial Adopsi Inovasi Budidaya Kedelai 2000-2017 (Hasil Analisis, 2023) Inovator Early Adopter Early Majority Late Majority Laggard Alm H. Syarif (Ketua Poktan 2000-2010) Kardi, Anggota Kelompok Tani Cintaasih Rohendi (Kabid TP Distan Kuningan) KOPTI Kuningan H.Mulya dan Pemilik lahan galian Udin, Penyuluh Pertanian Lapangan Kec. Cidahu Tarpin, Ketua Kelompok Tani Cintaasih (2017) Koperasi Unit Desa Kecamatan Cidahu 68 Berdasarkan tabel V.1 terbagi menjadi lima (5) kelompok yakni a) Inovator, dalam kelompok ini, adalah Alm. Haji Syarif Alm. Haji Syarif memperkenalkan budidaya kedelai sejak tahun 2000, dengan teknik tanpa olah tanah di lahan tidur / lahan sawah tadah hujan, ditanam setelah musim panen padi dan biasanya dijual ke pengrajin tahu/ tempe di sekitar. Setelah beberapa tahun tidak terdengar, pada tahun 2018-2019 ada program budidaya kedelai di lahan eks galian Cibulan Kec. Cidahu Kuningan, b) Early adopter, dalam kelompok ini, adalah Kardi. Kardi adalah anggota kelompok tani dari Alm. H Syarif yang wafat, dan konsisten menanam kedelai setiap tahun meskipun dalam jumlah yang sedikit.