Hasil Ringkasan
9 BAB II Tinjauan Pustaka II.1 Pola Hubungan Kerja Dalam kehidupan sosial, interaksi sosial memiliki peran sentral yang tidak dapat diabaikan, karena merupakan fondasi terbentuknya hubungan antarindividu dan kelompok. Menurut (Setiadi, Hakam, & Effendi, 2008) interaksi sosial melibatkan dinamika hubungan yang terjalin antara individu dan kelompok. Meskipun bertemunya individu secara fisik hanya merupakan langkah awal, namun interaksi sosial sebenarnya terjadi ketika individu-individu atau kelompok- kelompok manusia berinteraksi secara aktif melalui kerjasama, persaingan, konflik, dan berbagai interaksi lainnya. Sebagai hasil dari interaksi sosial yang kompleks ini, terbentuklah hubungan sosial yang dinamis yang menjadi dasar bagi proses sosial yang terjadi dalam masyarakat. Awalnya hubungan nelayan dengan tauke hanya pada hubungan ekonomi saja, namun hubungan ini bertransformasi menjadi hubungan sosial, seperti ketika tauke membutuhkan bantuan tenaga dalam acara pesta pernikahan anak tauke, nelayan bersedia membantu tanpa mengharapkan upah. Begitupun sebaliknya jika nelayan membutuhkan uang untuk sekolah anak atau untuk berobat keluarganya tauke bersedia membantu meminjamkan uang kepada nelayan , hal ini dilakukan agar nelayan tersebut tidak berpindah ke tauke lain (Ningsih, 2019). Para nelayan saling bergantung satu sama lain dengan saling membantu. Mereka memiliki prinsip bahwa orang yang pernah membantu atau setidaknya tidak merugikannya harus mendapatkan bantuan kembali. Dalam konteks kehidupan pedesaan, Keit R. Legg (1983) menjelaskan bahwa hubungan kerjasama antara individu atau kelompok didorong oleh beberapa faktor penting. Pertama, terdapat perbedaan dalam penguasaan sumber daya antara individu atau kelompok yang terlibat dalam hubungan tersebut. Hal ini mencerminkan ketidakseimbangan dalam akses terhadap sumber daya yang mempengaruhi dinamika hubungan kerjasama. Kedua, hubungan kerjasama di pedesaan memiliki karakteristik khusus yang jarang melibatkan ikatan personal yang erat. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut didasarkan pada prinsip kepentingan yang lebih luas daripada ikatan 10 personal yang emosional. Ketiga, hubungan tersebut berdasarkan pada prinsip saling menguntungkan dan prinsip memberi dan menerima, di mana setiap pihak berkontribusi dan memperoleh manfaat dari hubungan tersebut. Interaksi yang saling ketergantungan antara patron dan klien selalu terjalin. Dalam masyarakat nelayan, kehadiran tauke memiliki pengaruh yang kuat karena mereka memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan. Sebaliknya, nelayan memiliki tingkat ekonomi yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tauke (Ningsih, 2019). Hubungan sosial ekonomi inilah yang menyebabkan para nelayan melakukan kerjasama dengan para tauke untuk terus dapat memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi jaminan dari para tauke untuk terus dapat memenuhi kebutuhan hidup, akan tetapi para nelayan harus menjual hasil tangkapan dan juga nelayan yang tidak memiliki kapal sendiri akan menggunakan kapal nya untuk melaut dengan sistem pembayaran dari hasil jual hasil tangkapan kepada tauke dipotong dengan hutang nelayan dengan kesepakatan yang telah disetujui. Dengan terjalinnya hubungan antara tauke dengan nelayan ini mendapatkan bantuan seperti bantuan perbaikan jaring dan bantuan tunjangan kematian sampai tunjangan hari raya.