i ABSTRAK PENGEMBANGAN KRITERIA HIJAU DALAM NILAI RELIGIUS ISLAM: KERANGKA KERJA UNTUK ARSITEKTUR BERKELANJUTAN Oleh Aulia Fikriarini Muchlis NIM: 35216007 (Program Studi Doktor Arsitektur) Arsitektur berkelanjutan adalah pendekatan desain yang berupaya meminimalkan dampak lingkungan negatif dari bangunan sambil mempromosikan keberlanjutan jangka panjang. Faktor-faktor yang dipertimbangkan antara lain seperti efisiensi energi, penggunaan sumber daya terbarukan, pengurangan limbah, dan perlindungan sistem dan sumber daya alam dalam desain, konstruksi, dan pengoperasian bangunan. Tujuan dari arsitektur berkelanjutan adalah untuk bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, layak secara ekonomi, dan bertanggung jawab secara sosial, serta dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Arsitektur hijau adalah pendekatan desain yang menggabungkan prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan ke dalam desain, konstruksi, dan pengoperasian bangunan. Ini bertujuan untuk mengurangi dampak negatif bangunan terhadap lingkungan, melestarikan sumber daya, dan mempromosikan keberlanjutan jangka panjang. Sistem peringkat hijau, di sisi lain, adalah alat standar yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kinerja lingkungan bangunan. Sistem ini memberikan peringkat atau skor numerik berdasarkan kriteria spesifik terkait keberlanjutan, seperti efisiensi energi, kualitas udara dalam ruangan, dan konservasi air. Penggunaan sistem peringkat hijau dalam hubungannya dengan arsitektur hijau dapat membantu memastikan bahwa bangunan dirancang, dibangun, dan dioperasikan dengan cara yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pada akhirnya, kombinasi arsitektur hijau dan sistem peringkat hijau dapat berkontribusi pada penciptaan lingkungan binaan yang lebih berkelanjutan. Kesadaran akan praktik bangunan hijau belum sepenuhnya terbangun di negara berkembang terutama di Indonesia ditandai dengan perkembangan yag tidak signifikan atas jumlah kehadiran bangunan hijau. Berbagai macam tantangan seperti proses teknis bangunan hijau yang sangat yang kompleks yang mungkin sulit dipahami dan dijalankan, kemudian masalah pada ketidaksiapan menerima perubahan pada beberapa individu dan atau organisasi, beberapa regulasi dan kebijakan yang hanya diperuntukkan pada daerah tertentu, dan yang terakhir adalah terkait pada biaya yang mahal sehingga keuntungan diperolah dalam kurun waktu yang lama. Penelitian ini berupaya untuk meningkatkan kesadaran akan praktik bangunan hijau melalui pendekatan berbasis nilai religius Islam berbasis al-Qur’an, Tafsir Qur’an Tematik dan Hadits, karena dirasa sesuai dengan konteks Indonesia sebagai negara yang beragama dan dengan penduduknya yang mayoritas muslim. Pendekatan ini diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan keberlanjutan dalam lingkup bangunan hijau dan mendorong perilaku yang lebih bertanggung jawab. Penelitian non reaktif yang secara umum mengacu pada logika pengukuran kuantitatif merupakan jenis penelitian yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Analisis isi merupakan metode pengolahan data yang dilakukan pada arsip agama dengan melakukan interpretasi teks pada Al-Qur’an, Tafsir Qur’an tematik dan Hadits sebagai bahan kajian, dan kemudian koding dipilih sebagai salah satu prosedur melalui perhitungan dalam bentuk numerik. Data teks kemudian dianalisis untuk mendapatkan gambaran, menghasilkan konsep baru dan dari sudut pandang nilai religius Islam melalui proses validasi dari ahli agama. Selain bersumber pada dokumen agama, kuesioner juga merupakan sumber data lainnya dalam penelitian ini untuk menjawab hipotesa yang diajukan. Identifikasi data teks dengan analisis isi menghasilkan kata kunci yang berkaitan dengan konsep bangunan hijau yaitu air, area hijau, tata udara, energi, lanskap dan tata cahaya. Kelompok kata kunci ini berikutnya disebut sebagai kriteria bangunan hijau berdasarkan pada nilai religius Islam. Untuk melihat hirarki kriteria bangunan hijau berdasarkan nilai religius Islam maka kemudian disusun kuesioner dengan prinsip skala matriks perbandingan berpasangan menggunakan metode pembobotan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Hasil akhir menunjukkan bobot kriteria air (52%), area hijau (13,7%), tata udara dan energi masing-masing 10%. lanskap (9%), tata cahaya (6%). Hasil akhir dari penelitian ini menyatakan hipotesa diterima bahwa tingkat pengetahuan/informasi yang didapatkan terkait aspek lingkungan dalam nilai religius Islam meningkat maka akan terjadi kemungkinan yang sangat kuat adanya peningkatan pula pada tingkat kesadaran tehadap perilaku individu dalam mengimplemantasikan kriteria bangunan hjau berdasarkan nilai religius Islam. Nilai religius Islam dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam mempromosikan praktik berkelanjutan untuk mencapai keberhasilan. Kata kunci: kriteria bangunan hijau, arsitektur berkelanjutan, peringkat hijau, nilai religius Islam ABSTRACT DEVELOPMENT OF GREEN CRITERIA IN ISLAMIC RELIGIOUS VALUES: A FRAMEWORK FOR SUSTAINABLE ARCHITECTURE By Aulia Fikriarini Muchlis NIM: 35216007 (Doctoral Program in Architecture) Sustainable architecture is a design strategy that aims to reduce buildings' adverse environmental effects while encouraging long-term sustainability. Building design, construction, and operation consider energy efficiency, renewable resources, waste reduction, preserving systems, and natural resources. Sustainable design seeks to make ecologically responsible, economically viable, socially accountable, and long-lasting structures. Green architecture is a design strategy that blends sustainability and environmental stewardship ideas into building design, construction, and operation. It strives to lessen the negative environmental effect of buildings, save resources, and promote long-term sustainability. On the other hand, a green rating system is a standard method for assessing and evaluating a building's environmental performance. The approach assigns numerical ratings or scores to sustainability factors such as energy efficiency, indoor air quality, and water conservation. In addition, using a green grading system in conjunction with green architecture may assist in guaranteeing that buildings are ecologically responsible in their design, construction, and operation. Finally, integrating green architecture with a green grading system may create a more sustainable built environment. Green building principles have yet to be well known in underdeveloped nations, particularly in Indonesia, which has seen only minor increases in the number of green buildings. In addition, various types of challenges exist, such as the very complex technical process of green building, which may be challenging to understand and implement, the problem of some individuals and or organizations being unwilling to accept change, some regulations and policies that are only intended for specific areas, and the last are related to expensive costs so that profits are obtained over a long period. This study aims to raise awareness of green construction methods using an Islamic theological framework based on the Qur'an, Thematic Qur'anic Interpretations, and Hadith since it is thought that Indonesia, a religious nation with a predominately Muslim population, would benefit from such an approach. This strategy would inspire greater responsibility and sustainability in the green construction industry. Non-reactive research, which often refers to quantitative measurement logic, is appropriate for addressing research problems. Content analysis is a data processing technique used in religious archives that interprets passages from the Al-Qur'an, themed Tafsir from the Qur'an, and Hadith as study material. The coding is then chosen as one of the techniques by numerical calculations. Text data is then analyzed to get an overview to produce new concepts and from the point of view of religious values through a validation process from religious experts. Besides originating from religious documents, the questionnaire is another data source in this study to answer the proposed hypothesis. Identifying text data with content analysis produces keywords related to green buildings: water, green areas, air conditioning, energy, landscape, and lighting. This keyword group is then called green building criteria based on religious values. A questionnaire was compiled using the principle of a pairwise comparison matrix scale using the Analytical Hierarchy Process (AHP) weighting method to see the hierarchy of green building criteria based on religious values. The final results show the weight of the criteria for water (52%), green area (13.7%), air conditioning, and energy, each 10%, landscape (9%), and lighting (6%). According to the study's final findings, the hypothesis is accepted that as the level of knowledge/information obtained related to environmental aspects of religious values increases, there is a powerful possibility that there will also be an increase in the level of awareness of individual behaviour in implementing these religious values. Religious ideals can be a different influence in supporting successful long-term practices. Keywords: Green Building Criteria, Sustainable Architecture, Green Rating, Islamic Religious Value.