Hasil Ringkasan
1 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Degradasi lahan di Pulau Jawa karena populasi manusia yang semakin padat menyebabkan hampir semua kekayaan hayati yang menggunakan hutan sebagai habitat hidupnya terancam kepunahan. Hal ini terjadi pula pada burung pemangsa yang semakin menurun populasinya walaupun burung pemangsa tersebut merupakan jenis yang umum ditemukan di Pulau Jawa (Thiollay dan Meyburg, 1998). Degradasi lahan terjadi akibat aktivitas manusia berupa pembalakan kayu secara liar, perambahan hutan atau pembukaan lahan yang juga digunakan untuk berladang, berkebun dan lain-lain. Menurut Sozer dkk. (1999), penyempitan luasan hutan di Pulau Jawa memungkinkan burung pemangsa menggunakan tipe habitat lain seperti ladang, perkebunan dan lain-lain sebagai area aktivitas hidupnya terutama sebagai tempat mencari makanan. Burung pemangsa banyak memanfaatkan hutan sebagai habitat hidupnya terutama sebagai tempat bersarang, berlindung, dan berburu. Salah satu komponen penting dalam habitat burung diantaranya adalah tipe vegetasi; setiap tipe vegetasi cenderung digunakan untuk aktivitas yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal (Rov dkk., 1997). Keberadaan hutan merupakan hal yang penting untuk menunjang kehidupan berbagai jenis burung sehingga burung dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kebersihan dan mutu lingkungan suatu kawasan (Furnes & Greenwood, 1993 dalam Sutherland,1996). Burung pemangsa memiliki peranan dalam piramida makanan sebagai pemangsa puncak (top predator) yang mampu mempertahankan keseimbangan ekosistem karena dapat mengatur jumlah mangsanya di alam. Adanya gangguan terhadap burung pemangsa, terutama yang berasal dari aktivitas manusia dapat mengakibatkan terganggunya rantai makanan dalam ekosistem. Apabila burung 2 pemangsa populasinya menurun atau punah, maka populasi hewan yang menjadi mangsanya akan meningkat (Sozer dkk., 1999). Diketahui bahwa kawasan Gunung Burangrang – Tangkuban Perahu yang terletak di bagian utara Kota Bandung merupakan areal yang penting bagi keberadaan beberapa jenis burung (Anonim, 2004). Pada tahun 2000 tercatat 118 jenis burung di kawasan Burangrang – Tangkuban Perahu dengan 12 jenis diantaranya adalah jenis Elang dan Alap-alap. Beberapa jenis Alap-alap yang berada di kawasan tersebut antara lain Alap-alap Capung/Black-thighed Falconet (Microchierax fringillarius), Alap-alap Sapi/Spotted Kestrel (Falco mollucensis), Alap-alap Kawah/Feregrin falco (Falco fergrinus). Adapun jenis Elang yang ditemukan di kawasan tersebut adalah Elang Alap Cina/Chinese Goshawk (Accipiter soloensis), Elang Alap Jambul/Crested Goshawk (Acccipiter trivirgatus), Elang Alap Nipon/Japenese Sparrowhawk (Accipiter gularis), Elang Brontok/Changeable Hawk-eagle (Spizaetus cirrhatus), Elang Jawa/Javan Hawk-eagle (Spizaetus bartelsi), Elang Hitam/Black Eagle (Ichtynaetus malayensis), Elang Perut Karat/Rufous-bellied Eagle (Hieratus kinerii), Elang Ular-Bido/Crested Serpent-Eagle (Spilornis cheela) dan Sikep madu/Oriental Honey Buzzard (Pernis ptylorinchus) (Anonim, 2004). Sebagai tempat yang memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi, Kawasan Panaruban yang berada di kaki Gunung Tangkuban Perahu tidak lepas dari berbagai ancaman seperti penebangan pohon-pohon di hutan alami oleh perambah liar, perburuan hewan terutama jenis burung. Kawasan ini mulai mengalami penyusutan luas dengan adanya konversi lahan hutan untuk dijadikan lahan pertanian atau perkebunan yang berpotensi mengurangi bahkan menghilangkan nilai penting keanekaragaman hayati tersebut termasuk jenis-jenis burung Elang yang terdapat di dalamnya (Anonim, 2004). Untuk menjaga keutuhan suatu wilayah yang menjadi bagian habitat dari Elang, maka diperlukan adanya konservasi terhadap kawasan yang dapat 3 mempertahankan keberadaan jenis Elang tersebut sehingga kelestariannya dapat dijaga. Konservasi adalah suatu upaya perlindungan atau pelestarian yang dilakukan untuk mengatasi krisis keanekaragaman hayati yang dihadapi saat ini. Konservasi terhadap keanekaragaman hayati bertujuan mempelajari dan mengatasi dampak dari kegiatan manusia pada jenis, komunitas dan ekosistem untuk menghindari kepunahan jenis.