Hasil Ringkasan
58 BAB V PEMBAHASAN V.1. Pengaruh Fraksi Ukuran Butir Fraksi ukuran butir merupakan suatu sampel yang tersusun dari partikel-partikel dengan ukuran tertentu. Dalam penelitian ini fraksi ukuran butir diperoleh dengan menggunakan analisis ayak (sieve). Ayakan disusun bertumpuk berdasarkan urutan tertentu dari lubang bukaan terbesar (+5#) hingga terkecil (-230#), dengan bantuan mesin penggetar (sieve shaker). Hasil dari sieve terbagi menjadi 6 fraksi ukuran butir untuk tiap sampel. Pemilihan fraksi ukuran butir mengikuti ketersediaan alat pada laboratorium dan diharapkan dapat memperlihatkan perbedaan komposisi maseral dan kualitas yang kontras. Berdasarkan hasil fraksi ukuran butir, didapatkan bahwa sebagian besar sampel seam A1 terkonsentrasi pada ukuran fraksi terbesar (+5) dan (+35 – -5) mesh yang ditunjukkan pada Gambar V.1, dengan persentase berkisar antara 66,67 % hingga 78,46% dan terkonsentrasi sedikit pada (-230) mesh, dengan persentase berkisar antara 3,62 % hingga 5,29 %. Gambar V.1 Diagram fraksi ukuran butir dengan persentase berat 59 Kondisi ini dipengaruhi oleh grindability dan karakteristik dari batubara pada saat digerus. Menurut Pretor (1983) dalam Azahari, (1990) grindability adalah kemudahan batubara untuk dihaluskan yang mencakup sifat fisik, seperti kekerasan (hardness), kekuatan (strength), ketangguhan (toughness) dan rekahan (fractures). Sifat fisik dari komponen maseral batubara, termasuk kekerasan mikro, kerapuhan (brittleness) dan ketangguhan (toughness), secara signifikan mempengaruhi kinerja pengayaan yang berbasis ukuran partikel. Selain dari karateristik batubara, metode peremukan dan waktu peremukan juga berpengaruh dalam distribusi fraksi ukuran butir. Metode peremukan dan lamanya waktu peremukan yang akan digunakan harus mempertimbangkan ukuran fraksi batubara yang diinginkan. V.2. Pengaruh Fraksi Ukuran Butir pada Komposisi Maseral Batubara merupakan batuan yang bersifat tidak homogen, tetapi terdiri dari berbagai penyusun yaitu penyusun organik dan anorganik. Penyusun organik batubara disebut sebagai maseral dan penyusun anorganik disebut sebagai mineral. Indonesia memiliki batubara yang secara umum tersusun dari lebih dari 75 % vol. dari vitrinite/huminite dan dalam jumlah yang sedikit diisi oleh maseral liptinite dan inertinite dengan porsi hampir sama (Anggayana, 1995; 2006). Amijaya dan Littke (2004) menyatakan bahwa pada batubara Banko Barat, umumnya memiliki kandungan maseral huminite (68,8 – 91,7 %), inertinite (1,3 – 19,6 %), dan liptinite (5,2 – 23,4 %). Dan menurut Anggayana (1996) dan Rifaldi, (2022) batubara pada daerah penelitian (seam A1) didominasi oleh kandungan maseral huminite (88,8 – 92,2 %), inertinite (4,0 – 8,8 %), dan liptinite (2,4 – 4,8 %). Rifaldi (2022) menyatakan bahwa seam A1 (posisi atas, tengah, dan bawah lapisan) disusun oleh kelompok maseral huminite (85,03 – 88,68 % vol.