Hasil Ringkasan
14 BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1 Genesa Batubara Pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahapan yaitu, tahap penggambutan (peatification) dan tahap pembatubaraan (coalification). Tahap penggambutan disebut dengan tahap biokimia dengan melibatkan kimia dan mikroba, sedangkan tahap pembatubaraan disebut dengan tahap geokimia yang melibatkan perubahan kimia dan fisika serta menghasilkan batubara dari lignit sampai antrasit (Cook, 1982). Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar berasal dari tumpukan hancuram atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam keadaan tertutup udara (di bawah air), tidak padat, kandungan air lebih dari 75% dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering. Batubara adalah batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, bewarna coklat sampai hitam yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia yang mengakibatkan pengkayaan kandungan karbon (Wolf 1984 dalam Anggayana dan Widayat, 2020). Batubara adalah batuan yang mudah terbakar, material karbon pada batubara membentuk lebih dari 50% berat dan 70% volume, terbentuk dari hasil pemadatan (compaction) dari berbagai sisa tanaman yang berubah menyerupai endapan gambut. Menurut Schopf (1948) karakteristik dari varietas batubara dipengaruhi oleh perbedaan jenis material tanaman menentukan jenis (type), derajat metamorfisme menentukan peringkat (rank), dan kandungan pengotor dapat menentukan mutu batubara (grade) (Diessel dan Pickel, 2013). III.1.1 Jenis Batubara (Type) Jenis batubara ditentukan oleh sifat alami material asli atau puing-puing yang membentuk gambut asli dengan melibatkan dekomposisi dan degradasi dari komponen tanaman (Diessel dan Pickel, 2013). Jenis batubara menggambarkan komponen organik penyusun batubara (Ruiz dan Crelling, 2008). Jenis batubara ini 15 dapat diamati di bawah mikroskop berupa hasil analisis komposisi maseral dan submaseral, dan proporsinya dapat ditentukan secara langsung (Diessel dan Pickel, 2013). Jenis batubara dapat dibagi menjadi dua, yaitu humik dan sapropelik. Batubara humik (berlapis) adalah batubara yang memiliki kelompok maseral vitrinit dengan presentase kelompok inertinit lebih besar dari persentase kelompok liptinit. Batubara sapropelik (tidak berlapis) adalah batubara yang memiliki kelompok maseral vitrinit dan inertinit dengan persentase kelompok kurang dari persentase kelompok liptinit (ECE UN, 1998; Ruiz dan Crelling, 2008). III.1.2 Peringkat Batubara (Rank) Tahapan yang dicapai oleh bahan organik dalam proses pembatubaraan, bukan besaran yang dapat diukur tetapi berdasarkan beberapa parameter (Ward dan Ruiz, 2008 dalam ICCP, 2013). Peringkat batubara mencerminkan derajat pembatubaraan dari material tumbuhan pembentuk (gambut) yang terjadi selama sejarah pembebanan. Hal ini dipengaruhi oleh temperatur, waktu dan tekanan selama proses pembatubaraan. Aliran panas dan intrusi magma juga dapat mempengaruhi peringkat batubara (Ruiz dan Crelling, 2008). Dalam penentuan peringkat batubara, umumnya dapat mengacu kepada klasifikasi standar yang dibuat oleh American Society for Testing and Material (ASTM) ditampilkan pada Gambar III.1. Pengelompokkan berdasarkan kepada nilai kalori pada basis dry mineral matter free (dmmf). Analisis pada basis ini, akan memberikan gambaran mengenai komposisi organik murni yang terdapat pada batubara. Terdapat beberapa parameter dasar yang digunakan di dalam klasifikasi ASTM, yaitu: 1.