BAB IV STRATEGI DAN RENCANA IMPLEMENTASI Analisis finansial dan resiko tiap alternatif investasi berdasarkan metode pembobotan menunjukkan bahwa loading port merupakan kegiatan investasi yang tepat sebagai entry point PT. Metasindo Sentral Dinamika ke dalam industri batubara. Dari kajian finansial, dapat disimpulkan bahwa loading port menghasilkan performansi investasi yang cukup bagus, baik dalam analisa NPV, IRR, atau Payback Period, ROI, dan ROE. Kajian resiko terhadap alur distribusi batubara menunjukkan loading port merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi batubara. Sebagai tindak lanjut dari analisis ini, rencana implementasi akan meliputi kajian kemitraan, permodalan, tahapan aktivitas dan waktu pelaksanaan, jumlah unit yang akan didedikasikan untuk melakukan aktivitas-aktivitas ini, serta kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Suatu industri pertambangan termasuk didalamnya industri pendukung pelabuhan muat batubara merupakan urutan-urutan kegiatan yang berkesinambungan, mulai dari tahapan prospeksi, eksplorasi, evaluasi, sampai dengan pemasaran (lihat Gambar 2.1) Secara umum aliran kegiatan industri pertambangan dimulai dengan tahapan prospeksi yang kemudian dilanjutkan dengan eksplorasi. Langkah pertama implementasi investasi dimulai dengan menentukan wilayah untuk membangun loading port setelah itu memasuki tahapan pre-studi kelayakan (prefeasibility study) sampai dengan tahapan studi kelayakan (feasibility study). Dari tahap pre-studi kelayakan resiko kegagalan bertambah bersar hingga studi kelayakan final dilakukan. Setelah studi kelayakan dilakukan, barulah pembangunan loading port dapat mulai dilakukan (lihat Gambar 2.2). 139 Gambar 4.1 Tahapan dan Resiko Implementasi Investasi 4.1 Strategi Pembangunan Loading Port 4.1.1 Strategi Kemitraan Dari kunjungan lapangan diketahui bahwa sangat sulit untuk mendapatkan persetujuan pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk melakukan kegiatan investasi termasuk membangun infrastruktur pelabuhan khusus untuk memuat batubara. Kesulitan ini bahkan dialami oleh perusahaan penambang batubara yang sudah lama beroperasi di Kalimantan selatan. Namun bagi masyarakat asli daerah setempat, asalkan memiliki modal yang cukup mereka dapat melakukan pembangunan infrastruktur penunjang dalam industri batubara termasuk loading port. Celah ini dapat dimanfaatkan dengan cara melakukan kemitraan dengan tokoh penduduk setempat dalam melakukan kegiatan usaha. Pada prinsipnya, penduduk setempat harus merasakan manfaat dari kegiatan investasi yang berlangsung di daerah tempat tinggal mereka. 140 Pada tahap awal, setelah lokasi pasti untuk loading port di tetapkan selanjutnya adalah melobi tokoh / tetua adat setempat dengan meyakinkannya bahwa kegiatan investasi dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Langkah konkritnya adalah dengan membentuk suatu badan usaha berupa KUD (Koperasi Unit Desa) yang memiliki izin untuk melakukan pembangunan dan pengelolaan pelabuhan muat batubara. KUD ini kepemilikannya dibagi 2 antara tokoh masyarakat setempat dan wakil dari PT. Metasindo dengan kewenangan operasional berada di tangan wakil dari PT. Metasindo. KUD ini hanya berperan sebagai jalan untuk memperoleh izin untuk pembangunan loading port. Adapun untuk pengelolaan dan pengoperasian loading port, maka KUD hanya boleh menunjuk PT. Metasindo sentral dinamika sebagai pihak pengelola dengan jumlah royalty / bagi hasil tertentu untuk KUD dan masyarakat sekitar. Wakil Perusahaan / Pemilik Modal Wakil Masyarakat Setempat KUD pemegang izin pelabuhan muat Perusahaan Pengelola Pelabuhan Muat Gambar 4.2 Strategi Kemitraan Pembangunan Loading Port 141 4.1.2 Strategi Pemasaran Dengan kondisi kekurangan slot yang dialami oleh perusahaan – perusahaan pertambangan batubara, cukup mudah bagi pelabuhan muat me ndapatkan order pemuatan batubara. Hal ini dimungkinkan mengingat banyak perusahaan tambang batubara berebut ‘slot’ untuk melakukan pemuatan batubara ke tongkang sungai. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menawarkan pada perusahaan-perusahaan tersebut ‘slot’ dimasa yang akan datang (3 – 4 bulan) dengan cara mengajak stakeholder dari perusahaan tersebut bermitra dalam suatu joint venture untuk membangun loading port. 4.1.3 Strategi Pendanaan Pendanaan untuk kegiatan pembangunan pelabuhan muat ini dapat diperoleh melalui pinjaman bank dengan agunan L/C dari perusahaan batubara dengan komposisi 85% pinjaman dan 15% uang sendiri. Cara lain adalah dengan melobby agar persusahaan tambagn bersedia membayar biaya untuk pemuatan batubara selama setahun dibayar dimuka pada PT. Metasindo dengan jaminan ketersediaan ‘slot’ pemuatan batubara. 4.2 Rencana Implementasi Rencana implementasi disusun dengan mengedepankan proses kemitraan dan pemasaran di tahap awal untuk menghindari resiko pasar dan resiko bisnis. Tahapan Rencana implementasi meliputi : 1. Penentuan Lokasi 2. Studi Kelayakan 3. Pemasaran 4. Kemitraan 5. Take Over Lahan 6. Pembangunan Jalan 7. Persiapan Lokasi 142 8. Pembangunan Infrastruktur 9. Pengadaan Peralatan Proses penentuan lokasi hingga mulai beroperasinya loading port diperkirakan memakan waktu 6 bulan. Tahapan dan waktu rencana implementasi detail diperlihatkan pada gambar 4.2. Kegiatan 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 Penentuan Lokasi Studi Kelayakan Pemasaran Kemitraan Take Over Lahan Pembangunan Jalan Persiapan Lokasi Pembangunan Infrastruktur Pengadaan Peralatan Mulai Operasi Gambar 4.3 Tahapan dan Waktu Rencana Implementasi 1. Penentuan Lokasi Lokasi pelabuhan muat ditentukan dengan melakukan analisis terhadap kapasitas produksi batubara suatu wilayah dan kapasitas pemuatan batubara melalui pelabuhan sungai yang terdapat di wilayah tersebut atau yang merupakan pintu keluar batubara dari suatu wilayah. Dari analisis lokasi tersebut dapat diketahui apakah terdapat kekurangan kapasitas pemuatan atau tidak. Bila wilayah tersebut mengalami kekurangan kapasitas pemuatan maka harus dikaji lebih jauh apakah diperlukan suatu loading port baru atau tidak. 143 Selain faktor kekurangan kapasitas, lokasi tambang juga mempengaruhi lokasi loading port. Bila PT. Metasindo berencana untuk mengakuisisi tambang batubara, maka perlu dipastikan batubara tersebut memiliki fasilitas loading port sebagai infrastruktur distribusinya. Gambar 4.4 Peta Lokasi Pelabuhan Muat Batubara (Tanda Bintang) Lokasi loading port untuk wilayah Kalimantan selatan yang potensial terdapat di daerah Banjarmasin, Tabonio, Jorong, Asam-asam, Tanjung Samalantakan, Tanjung Pemancingan, Satui, Batulicin, dan Tapin. 144 Pemilihan lokasi juga dilakukan dengan menghitung jarak tempuh tongkang dari pelabuhan muat menuju ke laut tempat mother vessel menunggu. Tabel dibawah menunjukkan kelebihan dan kekurangan dari lokasi loading port relatif terhadap waktu tempuh.