Hasil Ringkasan
Bab 1 Pendahuluan Produksi bioetanol dari biomassa menjadi teknologi yang sangat penting karena dapat menghasilkan bahan bakar alternatif dari sumber yang bersifat terbarukan. Bioetanol (bilangan oktan 117) membutuhkan tekanan yang lebih besar daripada bensin (bilangan oktan 88) untuk melakukan reaksi pembakaran sempurna. Pembakaran sempurna perlu tercapai agar emisi karbonmonoksida yang dihasilkan seminimal mungkin. Penggunaan bioetanol sebagai campuran dengan bensin akan meningkatkan bilangan oktan bensin tersebut. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi bioetanol umumnya berasal dari industri gula, namun saat ini semakin dikembangkan produksi dari sumber yang bukan berasal dari industri pangan, dan jumlahnya melimpah di alam. Salah satu bahan alam yang sangat melimpah di muka bumi ini adalah selulosa. Selulosa merupakan bahan pembentuk struktur sel dinding tumbuhan. Salah satu cara pemanfaatan selulosa ini adalah dengan mengurainya menjadi monomer glukosa. Proses pengubahan ini dapat dilakukan dengan cara enzimatis, menggunakan enzim selulase. Selulase mengkatalisis konversi selulosa menjadi glukosa melalui kinerja sinergis antara ketiga jenis enzimnya, yaitu endoglukanase, eksoglukanase, dan ß-glukosidase. Selulase dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri dan jamur, seperti Trichoderma viride (T. reesei), T. koningii, Fusarium solani, Penicillium funiculosum, dan Bacillus polymyxa. Namun, diantara mikroorganisme tersebut, Trichoderma reesei adalah jamur penghasil selulase yang dapat menghidrolisis selulosa secara efisien (Lynd et al., 2002). Glukosa yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi etanol melalui proses fermentasi. Hingga saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari mikroorganisme yang mampu melakukan fermentasi menghasilkan kadar etanol paling maksimal. Mikroorganisme yang sering digunakan dalam proses fermentasi menghasilkan bioetanol adalah Zymomonas mobilis., Pichia sp., Candida sp., dan Saccharomyces cerevisiae (Laplace et al., 1991). Teknik DNA rekombinan sangat berperan penting dalam perkembangan bioteknologi enzim. Teknik DNA rekombinan ini memungkinkan untuk mengisolasi, menggabungkan, dan memasukkan DNA asing ke dalam sel mikroorganisme prokariot atau eukariot, sehingga DNA tersebut dapat diekspresikan di dalam mikroorganisme yang digunakan sebagai sel inangnya. Teknik DNA rekombinan (rekayasa genetik) dapat diaplikasikan pada pengubahan materi genetik dari suatu mikroorganisme agar dapat memiliki sifat-sifat baru sesuai kebutuhan.