43 Bab V Hasil Dan Pembahasan V.1 Kondisi Eksisting Sungai Citarum hilir Sungai Citarum hilir berada pada wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yang telah melewati tiga waduk besar yaitu waduk Cirata, waduk Saguling dan waduk Jatiluhur dan berakhir di laut Jawa di Kabupaten Bekasi. Sekitar 20 km setelah waduk Jatiluhur, sungai Citarum hilir memasuki wilayah Karawang dan dibendung dengan nama Bendungan Walahar. Di bendungan Walahar, sungai Citarum Hilir dibagi menjadi 3 saluran, yaitu saluran ke Tarum Barat, Kalimalang, dan sungai Citarum Hilir. Debit sungai Citarum hilir yang berada di Karawang bergantung pada bukaan pintu (limpasan) bendungan Walahar. Lokasi penelitian berada di bendungan Walahar tepat setelah pintu bendungan Walahar menuju Citarum hilir dan berakhir di Jembatan (Jl. Rumah Sakit) sepanjang 17,7 km. Wilayah penelitian sungai dibagi menjadi 7 stasiun dengan pertimbangan kemudahan akses pengambilan sampling dan mewakili kondisi sungai Citarum hilir. Sungai Citarum hilir yang melintasi kota Karawang menerima beban limbah dari anak sungai, pembuangan domestik dan limbah industri. Disepanjang sungai terdapat input dan output sungai. Percabangan tersebut diasumsikan tidak mempengaruhi perhitungan model. Tabel V.1 Kualitas Air Sungai Citarum Hilir No. Parameter Satuan Stasiun Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 FISIKA 1 Suhu o C 33 33 33 33 33 33 32 2 Zat Padat Terlarut mg/l 235 195 110 578 1160 200 205 3 Kekeruhan NTU 52 39 48 106 68 79 157 KIMIA 1 pH 7 7 7,1 7,8 8 7,1 7,1 2 Oksigen Terlarut mg/l 6 5 5 4 3,2 4 4 3 Amoniak Bebas mg/l 0,004 0,01 0,01 16 39 0,03 0,01 4 Nitrit mg/l 0,02 0,02 0,03 0,03 0,04 0,05 0,05 5 Nitrat mg/l 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,1 0,1 6 BOD5 mg/l 3 3 4 9 14 6,4 4 Sumber: Hasil Laboratorium PT Jasa Tirta II 44 Analisa kondisi eksisting sungai Citarum hilir di Karawang dilakukan dengan membandingkan kualitas air pada 7 stasiun titik sampling hasil analisa laboratorium PT Jasa Tirta II dengan PP No. 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Baku Mutu Air (BMA). Dalam PP No.82/2001 klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas dan sungai Citarum hilir termasuk dalam sungai dengan BMA kelas II, dimana air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Berdasarkan SK Gubernur Jabar No.39/2000 sungai Citarum hilir termasuk dalam golongan kelas II, sehingga beberapa nilai batas parameter ditentukan lebih ketat dibanding PP no.82/2001. Tabel V.2 Kondisi Eksisting dan Standar Baku Mutu Air No. Lokasi Parameter Suhu TDS Kekeruhan pH NH3 NO2 NO3 DO BOD 1 Stasiun 1 33 235 52 7 0,004 0,02 0,1 6 3 2 Stasiun 2 33 195 39 7 0,01 0,02 0,1 5 3 3 Stasiun 3 33 110 48 7,1 0,01 0,03 0,1 5 4 4 Stasiun 4 33 578 106 7,8 16 0,03 0,1 4 9 5 Stasiun 5 33 1160 68 8,0 39 0,04 0,2 3,2 14 6 Stasiun 6 33 200 79 7,1 0,03 0,05 0,1 4 6,4 7 Stasiun 7 32 205 157 7,1 0,01 0,05 0,1 4 4 Kriteria Mutu Air Kelas I 1000 6-9 0,02 0,06 10 6 2 Kelas II 1000 6-9 0,02 0,06 10 4 3 Kelas III 6-9 - 0,06 20 3 6 Kelas IV 5-9 - 0,06 20 0 12 Sumber: Hasil Penelitian, PP No.82/2001, dan SK Gubernur Jabar No.39/2000 a. Suhu Suhu merupakan salah satu parameter air yang sering diukur, karena kegunaannya dalam mempelajari proses fisika, kimia dan biologi. Suhu air pada aliran sungai dapat berubah-ubah terhadap keadaan ruang dan waktu. Hasil pengukuran suhu pada 7 stasiun sampling berkisar antara 32-33 o C. Hasil laboratorium ditunjukkan pada Gambar V.1. 45 Gambar V.1 Suhu Air di tiap titik sampling Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25-32°C (Efendi, 2003). Suhu pada 7 stasiun sampling menunjukkan 1 sampai 2 derajat lebih tinggi dibandingkan standar suhu optimal untuk kehidupan perairan. Hal ini dapat disebabkan kisaran waktu pengukuran pada waktu siang hari yang cerah pada lapisan permukaan air. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. b. Zat Padat Terlarut (TDS) Total padatan terlarut (Total Dissolved Solid/TDS) adalah bahan-bahan terlarut (diameter