Hasil Ringkasan
80 Bab V Kesimpulan Diseertasi ini menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Pola seismisitas hasil relokasi hiposenter gempabumi di Indonesia bagian timur, termasuk rangkaian gempa Lombok, Palu, dan Mamasa tahun 2018, menggunakan waktu tiba gelombang P dan S dari stasiun seismik lokal, regional, dan teleseismik yang diperoleh dari data katalog BMKG dan ISC dapat menjelaskan beberapa fitur tektonik, diantaranya fold-thrust belt di Busur Sunda timur, termasuk lokasi dari rangkaian gempa Lombok Mw 7.0 dan Mw 6.9 yang terjadi di branch-fault dari fold-thrust belt tersebut, dimana rupture area-nya berbeda; gempa Mw 7.0 pecah ke barat dan gempa Mw 6.9 pecah ke arah timur Lombok. 2. Aftershocks dari gempa Palu Mw 7.5 menggambarkan rupture area dari mainshock Mw 7.5, memanjang dari arah utara ke selatan, secara umum berlokasi di sebelah timur sesar Palu-Koro yang mengindikasikan bahwa sesar ini memiliki dipping ke arah timur. 3. Hasil dari relokasi hiposenter dari penelitian ini dalam konteks seismisitas regional di Indonesia bagian timur, memberikan informasi baru tentang proses seismogenik dan bahaya seismik di wilayah tersebut, termasuk lokasi sesar aktif yang ada di Mamasa, Sulawesi Barat. Sesar ini diinterpretasikan sebagai sesar turun yang memiliki dip 45 o ke arah timur. 4. Data gempabumi lokal yang direkam oleh jaringan seismograf temporal YS telah memungkinkan untuk mencitrakan beberapa fitur struktur penting di bawah Zona Transisi busur Sunda-Banda, terutama pada kedalaman sampai 120 km. Penulis telah mendeteksi adanya anomali kecepatan tinggi di utara Pulau Flores yang diinterpretasikan sebagai underthrusting dari litosfer Laut Flores di sepanjang fold-thrust belt, konsisten dengan hipotesis pembalikan polaritas subduksi yang awalnya diusulkan oleh Hamilton (1979). 5. Penulis menginterpretasikan bahwa anomali kecepatan rendah di bawah gunungapi di kepulauan Flores hingga Alor, dan di mantel paling atas tepat di atas slab yang tersubduksi ke utara menunjukkan adanya partial melting dan/atau fluida yang mensuplai vulkanisme aktif di wilayah tersebut. 81 6. Akhirnya, penulis menemukan bahwa diantara zona kecepatan rendah di bagian atas slab subduksi dan di kerak bawah, ada anomali kecepatan tinggi yang tersubduksi ke utara, yang diinterpretasikan sebagai continental microplate. Ini menyiratkan bahwa fluida yang dihasilkan oleh slab yang tersubduksi dan partial melting harus melintasi fragmen yang terbawa dari litosfer benua sebelum mencapai kerak bagian bawah, dimana hal itu mempegaruhi vulkanisme di wilayah tersebut. Kondisi ini menjelaskan adanya anomali rasio isotop pada batuan beku di gunungapi aktif wilayah ini yang menunjukkan kehadiran komponen benua (Vroon dkk., 1993; Vroon dkk., 2001; Elburg dkk., 2004). 82 Hasil-hasil penelitian ini telah dipublikasikan di 3 jurnal internasional (Q1 Schimago), yaitu: 1. Supendi, P., Nugraha, A.D., Widiyantoro, S., Abdullah, C.I., Puspito, N.T., Palgunadi, K.H., Daryono, dan Wiyono, S.H. (2019): Hypocenter relocation of the aftershocks of the Mw 7.5 Palu earthquake (September 28, 2018) and swarm earthquakes of Mamasa, Sulawesi, Indonesia, using the BMKG network data, Geoscience Letters, 6(18), 1-11, https://doi.org/ 10.1186/s40562-019-0148-9. 2.