Hasil Ringkasan
113 Bab V Diskusi dan Pembahasan V.1 Geologi Daerah Penelitian Daerah Kalapa Koneng merupakan dataran dengan kondisi yang sangat landai, sehingga endapan tsunami akibat longsoran tubuh gunungapi Anak Krakatau dapat terendapkan di dataran tersebut. Titik pengambilan sampel endapan tsunami tersebut berada di atas satuan endapan Aluvium (Qa) berdasarkan dari Peta Geologi Lembar Cikarang (Sudana dan Santosa, 1992). Lintasan transek diambil secara tegak lurus dari garis pantai dengan arah baratlaut ke tenggara (Gambar V.1) dan penampang dari hasil data lapangan menurut Putra dkk. (2020) dapat dilihat pada Gambar V.2. Gambar V. 1 Peta dan penampang pada transek daerah penelitian. Gambar V. 2 Penampang di lokasi penelitian berdasarkan data lapangan Putra dkk. (2020). 114 V.2 Karakteristik Endapan Tsunami Penentuan karakteristik endapan tsunami akibat longsoran tubuh gunungapi Anak Krakatau dalam penelitian ini diketahui dari karakteristik endapan tsunami berdasarkan pengamatan megaskopis, analisis besar butir (granulometri), unsur kimia, dan kandungan foraminifera. Berikut penjelasan hasil karakteristik endapan tsunami akibat longsoran tubuh gunungapi berdasarkan dari analisis-analisis tersebut: V.2.1 Pembahasan Hasil Pengamatan Megaskopis Pengamatan megaskopis pada endapan tsunami menunjukkan bahwa sampel pada KLK01 merupakan endapan tsunami yang paling tebal dibandingkan pada sampel yang lain, hal tersebut dikarenakan jaraknya yang sangat dekat dengan sumber material endapan yaitu dari pantai dan gumuk (dune). Secara umum sampel endapan tsunami dalam penelitian ini memiliki ciri megaskopis berupa warna cokelat keabuan, pasir halus – sedang, sortasi buruk, terdiri dari butiran mineral kuarsa, kalsit, biotit, plagioklas, magnetit, terdapat fragmen berukuran 0,5-2 cm berupa fragmen pecahan moluska, pumice, dan litik. Dibagian bawah dari setiap sampel endapan tsunami terdapat tanah yang berwarna cokelat gelap hingga hitam yang memiliki kontak yang jelas kecuali pada KLK06, KLK10, dan KLK11 serta memiliki ukuran yang relatif lebih halus dibandingkan dengan endapan tsunami. Pada pengamatan megaskopis ini juga sulit untuk melihat adanya perlapisan secara vertikal pada endapan tsunami, namun batas antara endapan tsunami dan pratsunami (tanah) terlihat cukup jelas. Semakin ke darat ukuran butir pada endapan tsunami relatif lebih halus karena energi gelombang tsunami yang membawa butiran semakin kecil, sehingga hanya mampu untuk mengangkut material yang halus. V.2.3 Pembahasan Hasil Analisis Besar Butir (Granulometri) Berdasarkan analisis besar butir (granulometri), secara umum endapan tsunami memiliki ukuran lanau sangat kasar hingga pasir sangat halus, memiliki distribusi ukuran butir unimodal pada KLK01, KLK02, KLK03, KLK08 yang berarti endapan tersusun atas satu satuan ukuran butir dan bimodal pada KLK04, KLK05, KLK06, KLK07, KLK09, KLK10, KLK11 yang menandakan endapan tersebut tersusun atas beberapa satuan ukuran butir. Tingkat pemilahan pada endapan tsunami termasuk dalam sortasi sangat buruk, kecuali pada KLK01 yang menunjukkan sortasi buruk. 115 V.2.4 Pembahasan Hasil Analisis Unsur Kimia Berdasarkan analisis unsur kimia, pada keseluruhan sampel menunjukkan hasil kandungan unsur Ca dan Sr yang lebih tinggi pada endapan tsunami dibandingkan dengan endapan pratsunami (tanah) yang mengindikasikan bahwa komposisi sedimen terdapat banyak unsur biogenik dan menunjukkan adanya pengaruh lingkungan laut yang tinggi. Unsur Ca merupakan proksi yang mengindikasikan adanya produksi biogenik (Ritcher dkk., 2006 dan Rothwell & Croudace, 2015) dan unsur Sr pada sedimen mengindikasikan kelimpahan organisme bercangkang. Sedangkan kandungan unsur Fe dan Ti lebih tinggi pada endapan pratsunami (tanah) dibandingkan dengan endapan tsunami yang mengindikasikan bahwa sedimen berasal dari lapukan batuan asal yang berada di darat.