37 BAB V Analisis Data Pada bab ini dilakukan analisis data dengan menggunakan metoda Austroads 2017 dan metoda Manual Desain Perkerasan (MDP) Jalan Tahun 2017 sesuai dengan data-data yang disajikan pada Bab IV. V.1 Perhitungan Beban Lalu Lintas Rencana V.1.1 Perhitungan Beban Lalu Lintas dengan Metoda Austroads 2017 Pada metoda Austroads beban lalu lintas yang diperhitungkan hanyalah kendaraan berat saja dengan parameter perhitungan adalah sebagai berikut. a. AADT (annual average daily traffic) atau lalu lintas harian rata-rata b. DF (direction factor) atau faktor distribusi arah c. %HV (average percentage of heavy vehicle) atau persentasi rata-rata kendaraan berat d. LDF (lane distribution factor) atau faktor distribusi lajur e. CGF (cumulative growth factor) atau pertumbuhan lalu lintas kumulatif Pada penelitian ini dikarenakan keterbatasan data yang diperoleh, maka nilai CGF yang digunakan berdasarkan data dalam Manual Desain Perkerasan Tahun 2017 dimana tingkat pertumbuhan lalu lintas pada pulau Sulawesi adalah sebesar 4,75%. Untuk nilai DF digunakan 0,5 dan untuk nilai LDF digunakan nilai 0,8 serta umur rencana digunakan adalah 10 tahun. Pada metoda Austroads terdapat parameter perhitungan yang dinyatakan dalam DESA (Design Equivalent Standard Axle), DSAR5 (Design number of Standard Axle Repetition for Fatigue of Asphalt), DSAR7 (Design number of Standard Axle Repetition for Rutting and Permanent Deformation). 38 Tabel V.1 Analisis Perhitungan Beban Lalu Lintas dengan Metoda Austroads Golongan Kendaraan AADT LDF DF CGF DESA Golongan 5b 10 0.8 0.5 12.432 18150.853 Golongan 6a 50 0.8 0.5 12.432 91272.861 Golongan 6b 493 0.8 0.5 12.432 895614.949 Golongan 7a 58 0.8 0.5 12.432 105015.650 Golongan 7b 1 0.8 0.5 12.432 2333.681 Golongan 7c 35 0.8 0.5 12.432 63527.986 Total 1.175.916 Tabel V.2 Nilai SAR/ESA No. Jenis Kerusakan Indeks Kerusakan Nilai SAR/ESA 1 Fatigue Asphalt SAR5/ESA 2.1 2 Rutting & Permanent Deformation SAR7/ESA 9.5 Untuk perhitungan DSAR5 dan DSAR7 dibutuhkan faktor pengali berdasarkan tipe kerusakan yang terjadi seperti pada Tabel V.2. Hasil rekapitulasi perhitungan beban lalu lintas disajikan pada Tabel V.3 dimana hasil DESA merupakan beban lalu lintas rencana, DSAR5 merupakan beban lalu lintas untuk kerusakan fatigue, dan DSAR7 merupakan beban lalu lintas untuk kerusakan rutting dan permanen deformation. Tabel V.3 Rekapitulasi Beban Lalu Lintas Rencana metoda Austroads No. DESA DSAR5 DSAR7 1 1.175.916 2.410.628 11.053.610 V.1.2 Perhitungan Beban Lalu Lintas dengan MDP 2017 Pada metoda MDP 2017 parameter perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut. a. LHR (lalu lintas harian rata-rata) 39 b. VDF (vehicle damage factor) c. DD (faktor distribusi arah) d. DL (faktor distribusi lajur) e. i (pertumbuhan lalu lintas) f. R (faktor pengali pertumbuhan lalu lintas) Analisis lalu lintas dengan MDP 2017 tidak jauh berbeda dengan metoda Austroads, untuk nilai DD digunakan 0,5, untuk nilai DL digunakan 0,8, dan nilai pertumbuhan lalu lintas digunakan sesuai dengan yang terdapat pada MDP 2017 yaitu 4,75%. Hasil dari analisis ini dinyatakan dalam CESA4 dan CESA5, dimana CESA4 digunakan untuk kerusakan akibat deformasi permanen dan CESA5 untuk kerusakan akibat kelelahan atau fatigue. Analisis CESA4 disajikan dalam Tabel V.4 dan analisis CESA5 disajikan dalam Tabel V.5. Tabel V.4 Analisis Beban Lalu Lintas ESA4 dengan Metoda MDP 2017 Golongan Kendaraan LHR 2019 DD DL R VDF4 ESA4 Golongan 2 3692 0,5 0,8 12,432 - - Golongan 3 264 0,5 0,8 12,432 - - Golongan 4 942 0,5 0,8 12,432 - - Golongan 5a 10 0,5 0,8 12,432 - - Golongan 5b 10 0,5 0,8 12,432 1,2 21781,02 Golongan 6a 50 0,5 0,8 12,432 0,5 45636,43 Golongan 6b 493 0,5 0,8 12,432 1 895614,9 Golongan 7a 58 0,5 0,8 12,432 17,4 1827272 Golongan 7b 1 0,5 0,8 12,432 - - Golongan 7c 35 0,5 0,8 12,432 24,9 1581847 Total 4.372.152 40 Tabel V.5 Analsisi Beban Lalu Lintas ESA5 dengan Metoda MDP 2017 Golongan Kendaraan LHR 2019 DD DL R VDF5 ESA5 Golongan 2 3692 0,5 0,8 12,432 Golongan 3 264 0,5 0,8 12,432 Golongan 4 942 0,5 0,8 12,432 Golongan 5a 10 0,5 0,8 12,432 Golongan 5b 10 0,5 0,8 12,432 1,3 23596,11 Golongan 6a 50 0,5 0,8 12,432 0,4 36509,14 Golongan 6b 493 0,5 0,8 12,432 1,2 1074738 Golongan 7a 58 0,5 0,8 12,432 35,6 3738557 Golongan 7b 1 0,5 0,8 12,432 Golongan 7c 35 0,5 0,8 12,432 32,8 2083718 Total 6.957.118 Tabel V.6 Rekapitulasi Beban Lalu Lintas Rencana Metoda MDP 2017 No. CESA4 CESA5 1. 4.372.152 6.957.118 V.1.3 Perbandingan Perhitungan Beban Lalu Lintas dengan Metoda Austroads dan MDP 2017 Dalam perhitungan beban lalu lintas dengan metoda Austroads maupun MDP 2017, keduanya menggunakan data hasil traffic counting pada ruas Jalan Nasional Tanah Runtuh – Tawaeli pada tahun 2019. Karena adanya keterbatasan data yang didapatkan, maka untuk nilai pertumbuhan lalu lintas yang digunakan merupakan nilai yang ditetapkan oleh Manual Desain Perkerasan 2017 yaitu sebesar 4,75%. Pada analisis perhitungan beban lalu lintas dengan metoda Austroads dibutuhkan adanya nilai SAR/ESA disajikan pada Tabel V.2 untuk mendapatkan nilai DSAR5 dan DSAR7. Setelah itu untuk perhitungan dengan metoda MDP 2017 dibutuhkan adanya nilai VDF (Vehicle Damage Factor) dimana data VDF yang digunakan merupakan nilai yang dikeluarkan oleh Manual Desain Perkerasan 2017 melalui Suplemen Manual Desain Perkerasan untuk daerah Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara seperti yang disajikan pada Bab IV Tabel IV.2. 41 Dari data-data tersebut maka didapatkan nilai beban lalu lintas berdasarkan metoda Austroads yang dinyatakan dalam DESA (Design Equivalent Standard Axle) dimana nilai DESA yang didapatkan sebesar 1.175.916 yang selanjutnya dari 1 (satu) nilai DESA ini akan didapatkan nilai DSAR5 (Design number of Standard Axle Repetition for Fatigue of Asphalt) sebesar 2.410.628 dan DSAR7 (Design number of Standard Axle Repetition for Rutting and Permanent Deformation) sebesar 11.053.610. Sementara untuk metoda MDP 2017 nilai beban lalu lintas dinyatakan dalam CESA (Cummulative Equivalent Standard Axle), dimana terdapat 2 (dua) nilai CESA yaitu CESA4 sebesar 4.372.152 dan CESA5 sebesar 6.957.118. Adapun CESA4 digunakan untuk kerusakan akibat deformasi permanen sdan CESA5 digunakan untuk kerusakan akibat retak lelah atau fatigue. V.2 Analisis Lendutan Hasil Pengujian FWD (Falling Weight Deflectometer) Pada evaluasi struktural perkerasalan lentur ruas Jalan Nasional Tanah Runtuh – Tawaeli akan dilakukan dengan menggunakan hasil lendutan pengujian FWD dan akan menggunakan 5 (lima) nilai temperatur rata-rata perkerasan berbeda dimana yang pertama menggunakan nilai temperatur hasil analisis WMAPT pada metoda Austroads, lalu menggunakan nilai temperatur yang ditetapkan oleh MDP 2017 yaitu 42°C untuk daerah pesisir, 41°C sebagai nilai rata-rata temperatur di Indonesia, dan 38°C untuk daerah pegunungan serta 35°C sebagai batas terendah untuk temperatur perkerasan. V.2.1 Analisis Lendutan dengan Metoda Austroads Dalam analisis lendutan dengan metoda Austroads dibutuhkan parameter WMAPT dimana didalamnya juga dibutuhkan parameter yang diperlukan, yaitu suhu udara (T air), WF (weighted factor) dan WMAAT ( weighted mean annual air temperature). Analisis lendutan dilakukan berdasarkan hasil pengujian FWD dimana akan didapatkan nilai lendutan wakil yang akan digunakan untuk menentukan tebal lapis tambah. Selain itu, diperlukan adanya pembagian segmentasi jika dalam hasil analisis nilai FK (faktor keseragaman) melebihi 30%. Adapun hasil dari analisis disajikan pada Tabel V.8. 42 1. Analisis Lendutan dengan WMAPT Hasil Perhitungan Tabel V.7 Perhitungan WMAPT Tair WF WMAAT WMAPT 10+000 28.3 3.174 28.221 40.999 10+201 28.3 3.174 28.221 40.999 10+404 30 3.962 29.882 43.190 10+604 30.4 4.173 30.271 43.701 10+800 29.7 3.810 29.589 42.806 11+001 29.2 3.570 29.101 42.163 11+200 29.1 3.524 29.004 42.034 11+403 28.9 3.433 28.808 41.776 11+600 30.9 4.452 30.758 44.337 11+800 31.6 4.872 31.437 45.223 12+001 31.4 4.748 31.243 44.970 12+023 31.8 4.999 31.631 45.475 12+200 31.9 5.064 31.728 45.601 12+400 31.8 4.999 31.631 45.475 12+656 33.2 5.982 32.984 47.228 12+819 33.1 5.906 32.888 47.103 13+000 32.3 5.331 32.115 46.103 13+203 32.3 5.331 32.115 46.103 13+416 32.3 5.331 32.115 46.103 13+616 33.4 6.136 33.177 47.477 14+000 31.5 4.810 31.340 45.096 14+202 32.4 5.400 32.212 46.229 14+400 33.1 5.906 32.888 47.103 14+602 33.1 5.906 32.888 47.103 14+804 33.1 5.906 32.888 47.103 15+001 33.9 6.540 33.659 48.097 15+202 34.6 7.148 34.332 48.961 15+405 33 5.831 32.791 46.979 15+604 34.5 7.058 34.236 48.838 15+800 34.4 6.969 34.140 48.714 16+000 33.7 6.376 33.466 47.849 16+202 33.3 6.059 33.081 47.352 16+401 33.7 6.376 33.466 47.849 16+602 33.2 5.982 32.984 47.228 16+800 33.1 5.906 32.888 47.103 17+003 33.9 6.540 33.659 48.097 17+202 32.6 5.540 32.405 46.479 17+401 32.8 5.684 32.598 46.729 17+602 34.1 6.708 33.851 48.344 17+900 33.1 5.906 32.888 47.103 18+102 32.9 5.757 32.695 46.854 18+301 34 6.624 33.755 48.221 18+518 33.1 5.906 32.888 47.103 18+700 34.3 6.881 34.043 48.591 5.447 32.278 46.315 47 STA °Celcius Rata-rata WMAPT 43 Berdasarkan Tabel V.7 didapatkan nilai hasil analisis WMAPT adalah sebesar 47°C, nilai ini akan menjadi salah satu nilai temperatur acuan dalam analisis lenndutan. Dalam analisis lendutan jika nilai faktor keseragaman (FK) lebih dari 30% maka ruas yang ditinjau harus mendapat pembagian segmentasi. Selain itu harus ditentukan nilai lendutan wakil (Dwakil) untuk nantinya digunakan dalam analisis tebal lapis tambah. Berikut adalah hasil dari pembagian segmentasi dan nilai Dwakil yang mana disajikan pada Tabel V.8 dan Gambar V.1 untuk deflection dan Tabel V.9 dan Gambar V.2 untuk curvature. Tabel V.8 Lendutan Wakil untuk Deflection dengan WMAPT 47°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 28.331 592.131 0.592 2 14+400 s/d 18+700 27.664 531.477 0.531 Gambar V.1 Pembagian segmentasi untuk lendutan Deflection dengan WMAPT 47°C Tabel V.9 Lendutan Wakil untuk Curvature dengan WMAPT 47°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 28.098 251.368 0.251 2 14+400 s/d 18+700 20.123 223.216 0.223 44 Gambar V.2 Pembagian segmentasi untuk lendutan Curvature dengan WMAPT 47°C Dari hasil pada Tabel V.8 didapatkan bahwa lendutan wakil untuk Deflection adalah 0,592 mm pada ruas 10+000 s/d 14+202 dan 0,531 mm pada ruas 14+400 s/d 18+700, sementara pada Tabel V.9 didapatkan lendutan wakil untuk Curvature adalah 0,251 mm pada ruas 10+000 s/d 14+202 dan 0,223 mm pada ruas 14+400 s/d 18+700. Untuk mendapatkan nilai Characteristic Deflection (CD) dibutuhkan adanya standarisasi dari Tabel V.10. Sementara untuk faktor standarisasai untuk CC disajikan pada Gambar V.3. Tabel V.10 Faktor Standarisasi untuk Deflection (Austroads, 2019) Deflection Measurement Device Deflection Standardisation Factor Deflectograph, 80 kN single axle with dual tyres 1.2 TSD, 50 kN dual tyres 1.2 Falling Weight Deflectometer, 40 kN load 1.1 45 Gambar V.3 Faktor Standarirasi untuk Curvature (Austroads, 2008) Berdasarkan Tabel V.10, faktor standarisasi untuk deflection yang digunakan adalah 1.1 dikarenakan alat uji defleksi yang digunakan adalah alat FWD. Selanjutnya, berdasarkan Gambar V.3 nilai faktor standarisai untuk curvature dengan menggunakan alat FWD adalah sebesar 1. Setelah ditentukan nilai faktor standarisasi maka dapat didapatkan nilai CD dan CC sesuai dengan Tabel V.11. Tabel V.11 Nilai CD dan CC Berdasarkan Faktor Standarisasi untuk WMAPT 47°C Segmen Ruas Dwakil Deflection Standardisation Factor Characteristic Deflection Curvature Standardisation Factor Characteristic Curvature Deflection Curvature mm mm mm 1 10+000 s/d 14+202 0.547 0.205 1.1 0.603 1 0.205 2 14+400 s/d 18+700 0.469 0.184 1.1 0.517 1 0.184 Berdasarkan Tabel V.11 didapatkan bahwa nilai Characteristic Deflection adalah sebesar 0,603 mm untuk segmen 1 dan 0,517 mm untuk segmen 2 serta nilai Characteristic Curvature adalah 0,205 mm untuk segmen 1 dan 0,184 untuk segmen 2. 46 2. Analisis Lendutan dengan WMAPT 42°C Analisis lendutan dilakukan dengan menggunakan nilai WMAPT (temperatur perkerasan rata-rata yang ditetapkan oleh MDP 2017 sebesar 42°C. Adapun tabel nilai Dwakil untuk nilai Deflection dan Curvature yang disajikan pada Tabel V.12 dan Tabel V.13. Setelahnya dilakukan penentuan nilai Karakteristik Defleski (CD) berdasarkan Tabel V.10 dan nilai Karakteristik Lendutan (CC) berdasarkan Gambar V.3, nilai- nilai terebut disajikan pada Tabel V.14 yang nantinya akan digunakan untuk penentuan nilai tebal overlay. Tabel V.12 Lendutan Wakil untuk Deflection dengan WMAPT 42°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 28.331 562.769 0.562 2 14+400 s/d 18+700 27.664 507.063 0.507 Gambar V.4 Pembagian segmentasi untuk lendutan Deflection dengan WMAPT 42°C 47 Tabel V.13 Lendutan Wakil untuk Curvature dengan WMAPT 42°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 28.098 237.403 0.237 2 14+400 s/d 18+700 18.798 197.841 0.197 Gambar V.5 Pembagian segmentasi untuk lendutan Curvature dengan WMAPT 42°C Berdasarkan Tabel V.12 didapatkan Dwakil untuk lendutan Deflection adalah sebesar 0,562 mm untuk segmen 1 dan 0,507 mm untuk segmen 2, sementara untuk lendutan Curvature berdasarkan Tabel V.13 adalah sebesar 0,237 mm untuk segmen 1 dan 0,197 mm untuk segmen 2. Tabel V.14 Nilai CD dan CC Berdasarkan Faktor Standarisasi untuk WMAPT 42°C Segmen Ruas Dwakil Deflection Standardisation Factor Characteristic Deflection Curvature Standardisation Factor Characteristic Curvature Deflection Curvature mm mm mm 1 10+000 s/d 14+202 0.563 0.237 1.1 0.619 1 0.237 2 14+400 s/d 18+700 0.507 0.198 1.1 0.558 1 0.198 48 Berdasarkan hasil dari Tabel V.14 didapatkan nilai CD untuk segmen 1 sebesar 0,619 mm dan untuk segmen 2 sebesar 0,558 mm, sementara untuk nilai CC didapatkan sebesar 0,237 mm untuk segmen 1 dan 0,198 mm untuk segmen 2. 3. Analisis Lendutan dengan WMAPT 41°C Analisis lendutan dilakukan dengan menggunakan nilai temperatur perkerasan rata- rata untuk Indonesia sebesar 41°C. Tabel perhitungan untuk analisis lendutan terkoreksi disajikan pada Tabel V.17 diikuti dengan hasil Dwakil untuk Deflection pada Tabel V.16 dan Dwakil untuk Curvature pada Tabel V.17. Setelahnya dilakukan penentuan nilai CC dan CD yang disajikan pada Tabel V.18. Tabel V.15 Lendutan Wakil untuk Deflection dengan WMAPT 41°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 28.332 557.925 0.558 2 14+400 s/d 18+700 28.381 506.308 0.506 Gambar V.6 Pembagian segmentasi untuk lendutan Deflection dengan WMAPT 41° 49 Tabel V.16 Lendutan Wakil untuk Curvature dengan WMAPT 41°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 25.890 225.388 0.225 2 14+400 s/d 18+700 17.517 191.707 0.192 Gambar V.7 Pembagian segmentasi lendutan Curvature dengan WMAPT 41°C Berdasarkan Tabel V.15 didapatkan nilai lendutan wakil untuk Deflection sebesar 0,558 mm untuk segmen 1 dan 0,506 mm untuk segmen 2, sementara berdasarkan Tabel V.17 lendutan wakil Curvature didapatkan sebesar 0,225 mm untuk segmen 1 dan 0,192 mm untuk segmen 2. Selanjutanya dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai CC dan CD yang disajikan pada Tabel V.17. Tabel V.17 Nilai CD dan CC Berdasarkan Faktor Standarisasi untuk WMAPT 41°C Segmen Ruas Dwakil Deflection Standardisation Factor Characteristic Deflection Curvature Standardisation Factor Characteristic Curvature Deflection Curvature mm mm mm 1 10+000 s/d 14+202 0.557 0.225 1.1 0.614 1 0.225 2 14+400 s/d 18+700 0.506 0.191 1.1 0.557 1 0.192 50 Berdasarkan Tabel V.17 didapatkan nilai CD sebesar 0,614 mm untuk segmen 1 dan 0,557 mm untuk segmen 2, sementara nilai CC sebesar 0,225 mm untuk segmen 1 dan 0,192 mm untuk segmen 2. 4. Analisis Lendutan dengan WMAPT 38°C Analisis lendutan dilakukan dengan menggunakan temperatur perkerasan rata-rata (WMAPT) yang ditetapkan oleh MDP 2017 sebesar 38°C. Adapun hasil lendutan wakil untuk Deflection pada Tabel V.18 dan lendutan wakil untuk Curvature pada Tabel V.19. Tabel V.18 Lendutan Wakil untuk Deflection dengan WMAPT 38°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 23.965 499.567 0.500 2 14+400 s/d 18+700 28.381 490.195 0.490 Gambar V.8 Pembagian segmentasi untuk lendutan Deflection dengan WMAPT 38°C 51 Tabel V.19 Lendutan Wakil untuk Curvature dengan WMAPT 38°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 24.189 215.610 0.216 2 14+400 s/d 18+700 17.708 192.239 0.192 Gambar V.9 Pembagian segmentasi untuk lendutan Curvature dengan WMAPT 38°C Berdasarkan Tabel V.18 didapatkan nilai lendutan wakil Deflection sebesar 0,5 mm untuk segmen 1 dan 0,49 mm untuk segmen 2. Sementara berdasarkan Tabel V.19 didapatkan nilai lendutan wakil Curvature sebesar 0,216 mm untuk segmen 1 dan 0,192 mm untuk segmen 2. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai CD dan CD yang disajikan pada tabel berikut ini. Tabel V.20 Nilai CD dan CC Berdasarkan Faktor Standarisai untuk WMAPT 38°C Segmen Ruas Dwakil Deflection Standardisation Factor Characteristic Deflection Curvature Standardisation Factor Characteristic Curvature Deflection Curvature mm mm mm 1 10+000 s/d 14+202 0.499 0.215 1.1 0.550 1 0.216 2 14+400 s/d 18+700 0.490 0.192 1.1 0.539 1 0.192 52 Berdasarkan perhitungan di atas didapatkan nilai CD 0,550 mm untuk segmen 1 dan 0,539 mm untuk segmen 2, sementara untuk nilai CC didapatkan 0,216 mm untuk segmen 1 dan 0,192 mm untuk segmen 2. 5. Analisis Lendutan dengan WMAPT 35°C Analisis lendutan dilakukan dengan menggunakan temperatur perkerasan rata-rata (WMAPT) sebesar 35°C. Adapun hasil lendutan wakil Deflection pada tabel V.21 dan hasil lendutan wakil Curvature pada Tabel V.22. Tabel V.21 Lendutan Wakil untuk Deflection dengan WMAPT 35°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 23.965 481.512 0.482 2 14+400 s/d 18+700 28.381 473.894 0.474 Gambar V.10 Pembagian segmentasi untuk lendutan Deflection dengan WMAPT 35°C 53 Tabel V.22 Lendutan Wakil untuk Curvature dengan WMAPT 35°C Segmen Ruas FK Dwakil % 0.001 mm mm 1 10+000 s/d 14+202 24.628 216.957 0.217 2 14+400 s/d 18+700 17.517 191.707 0.192 Gambar V.11 Pembagian segmentasi untuk lendutan Curvature dengan WMAPT 35°C Berdasarkan Tabel V.21 didapatkan nilai lendutan waktil Deflection sebesar 0,522 mm untuk segmen 1 dan 0,474 mm untuk segmen 2. Sementara berdasarkan Tabel V.22 didapatkan nilai lendutan wakil Curvature sebesar 0,217 mm untuk segmen 1 dan 0,192 mm untuk segmen 2. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai CD dan CC yang disajikan pada tabel berikut ini. Tabel V.23 Nilai CD dan CC Berdasarkan Faktor Standarisasi dengan WMAPT 35°C Segmen Ruas Dwakil Deflection Standardisation Factor Characteristic Deflection Curvature Standardisation Factor Characteristic Curvature Deflection Curvature mm mm mm 1 10+000 s/d 14+202 0.481 0.216 1.1 0.530 1 0.217 2 14+400 s/d 18+700 0.473 0.191 1.1 0.521 1 0.192 54 Sesuai dengan Tabel V.23 didapatkan nilai CD sebesar 0,574 mm untuk segmen 1 dan 0,521 mm untuk segmen 2, sementara untuk nilai CC didapakatn sebesar 0,217 mm untuk segmen 1 dan 0,192 mm untuk segmen 2. V.2.2 Analisis Lendutan dengan Metoda Manual Desain Perkerasan 2017 Analisis lendutan dengan Metoda Manual Desain Perkerasan 2017 dilakukan dengan 5 (lima) nilai temperatur perkerasan rata-rata (AMPT) berbeda, yaitu 47°C hasil dari analisis WMAPT pada metoda Austroads, nilai AMPT yang ditetapkan oleh MDP 2017 yaitu 38°C, 41°C dan 42°C serta nilai minimum 35°C. 1. Analisis Lendutan dengan AMPT 47°C Analisis lendutan dilakukan dengan menggunakan nilai temperatur perkerasan rata- rata (AMPT) 47°C yang mana merupakan hasil analisis WMAPT pada metoda Austroads. Adapun hasil analisis nilai lendutan wakil D 0 disajikan Tabel V.24 dan lendutan wakil D 0 - D200 disajikan pada Tabel V.25. Tabel V.24 Lendutan D 0 Wakil dengan AMPT 47°C Segmen Ruas D0 Rata-rata Standar Deviasi Koef Variasi D0 Wakil D0 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 570.023 161.499 28.332 835.688 0.836 2 14+400 s/d 18+700 520.065 147.598 28.381 762.864 0.763 Tabel V.25 Lendutan D0 – D200 Wakil dengan AMPT 47°C Segmen Ruas D0-D200 Rata-rata Standar Deviasi Koef Variasi D0-D200 Wakil D0-D200 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 189.377 53.212 28.098 189.377 0.189 2 14+400 s/d 18+700 198.059 37.232 18.798 198.059 0.198 55 Gambar V.12 Pembagian segmentasi lendutan D0 dengan AMPT 47°C Gambar V.13 Pembagian segmentasi lendutan D0 – D200 dengan AMPT 47°C Berdasarkan Tabel V.24 didapatkan lendutan D 0 wakil adalah sebesar 0,836 mm untuk ruas 10+000 s/d 14+202 yang menjadi segmen 1 dan 0,763 mm untuk ruas 14+400 s/d 18+700 yang menjadi segmen 2. Sementara itu berdasarkan Tabel V.25 didapatkan nilai lendutan D 0 – D200 wakil sebesar 0,189 mm untuk ruas 10+00 s/d 12+656 dan 0,198 untuk ruas 14+400 s/d 18+700. 56 2. Analisis Lendutan dengan AMPT 42°C Analisis lendutan dilakukan dengan menggunakan AMPT 42°C yang merupakan nilai yang ditetapkan oleh MDP 2017 untuk wilayah pesisir. Adapun hasil analisis nilai lendutan wakil dimana Tabel V.26 menyajikan nilai lendutan wakil untuk D 0 sementara Tabel V.27 menyajikan nilai lendutan wakil untuk D 0 – D200. Tabel V.26 Lendutan D 0 Wakil dengan AMPT 42°C Segmen Ruas D0 Rata-rata Standar Deviasi Koef. Variasi D0 Wakil D0 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 523.450 125.446 24 729.808 0.730 2 14+400 s/d 18+700 476.012 112.881 24 661.702 0.662 Gambar V.14 Pembagian segmentasi lenduta D0 dengan AMPT 42°C Tabel V.27 Lendutan D0 – D200 Wakil dengan AMPT 42°C Segmen Ruas D0-D200 Rata-rata Standar Deviasi Koef. Variasi D0-D200 Wakil D0-D200 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 178.856 50.256 28 178.856 0.179 2 14+400 s/d 18+700 162.298 30.509 19 162.298 0.162 57 Gambar V.15 Pembagian segmentasi lendutan D0 – D200 dengan AMPT 42°C Berdasarkan Tabel V.26 didapatkan nilai D 0 wakil untuk segmen 1 adalah sebesar 0,730 mm dan untuk segmen adalah sebesar 0,662. Sementara untuk nilai D 0 – D200 wakil berdasarkan Tabel V.27 adalah sebesar 0,179 mm untuk segmen 1 dan 0,162 mm untuk segmen 2. 3. Analisis Lendutan dengan AMPT 41°C Analisis lendutangan dilakukan dengan menggunakan nilai temperatur perkerasan rata-rata (AMPT) sebesar 41°C, dimana nilai ini merupakan nilai AMPT standar untuk Indonesia. Adapun analisis lendutan adalah sebagai berikut. Tabel V.28 Lendutan D 0 Wakil dengan AMPT 41°C Segmen Ruas D0 Rata- rata Standar Deviasi Koef Variasi D0 Wakil D0 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 519.353 124.464 24 724.097 0.724 2 14+400 s/d 18+700 470.723 111.627 24 654.350 0.654 58 Gambar V.16 Pembagian segmentasi lendutan D 0 dengan AMPT 41°C Tabel V.29 Lendutan D 0 – D200 Wakil dengan AMPT 41°C Segmen Ruas D0-D200 Rata-rata Standar Deviasi Koef Variasi D0-D200 Wakil D0-D200 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 175.305 49.258 28 175.305 0.175 2 14+400 s/d 18+700 155.573 27.251 18 155.573 0.156 Gambar V.17 Pembagian segmentasi lendutan D0 – D200 dengan AMPT 41°C 59 Berdasarkan Tabel V.28 didapatkan nilai lendutan D0 wakil adalah sebesar 0,724 mm untuk segmen 1 dan 0,654 mm untuk segmen 2. Sementara untuk nilai D 0 – D 200 wakil berdasarkan Tabel V.29 adalah sebesar 0,175 mm untuk segmen 1 dan 0,156 mm untuk segmen 2. 4. Analisis Lendutan dengan AMPT 38°C Analisis lendutan dilakukan dengan menggunakan nilai temperatur perkerasan rata- rata (AMPT) sebesar 38°C, dimana nilai ini merupakan nilai AMPT untuk wilayah pegunungan dalam MDP 2017. Adapun hasil analisis lendutan i D 0 wakil disajikan pada tabel V.30 dan nilai D 0 – D200 wakil yang disajikan pada Tabel V.31. Tabel V.30 Lendutan D 0 Wakil dengan AMPT 38°C Segmen Ruas D0 Rata- rata Standar Deviasi Koef Variasi D0 Wakil D0 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 525.883 148.993 28 770.976 0.771 2 14+400 s/d 18+700 464.555 128.862 28 676.532 0.677 Gambar V.18 Pembagian segmentasi lendutan D0 dengan AMPT 38°C 60 Tabel V.31 Lendutan D0 – D200 Wakil dengan AMPT 38°C Segmen Ruas D0-D200 Rata-rata Standar Deviasi Koef Variasi D0-D200 Wakil D0-D200 Wakil μm μm % μm mm 1 10+000 s/d 14+202 163.469 45.932 28 163.469 0.163 2 14+400 s/d 18+700 145.858 25.550 18 145.858 0.146 Gambar V.19 Pembagian segmentasi lendutan D0 – D200 dengan AMPT 38°C Berdasarkan Tabel V.30 didapatkan nilai lendutan D 0 wakil adalah sebesar 0,771 mm untuk segmen 1 dan 0,677 mm untuk segmen 2. Sementara untuk nilai D 0 – D 200 wakil, berdasarkan Tabel V.31 didapatkan nilai sebesar 0,163 mm untuk segmen 1 dan 0,146 mm untuk segmen 2.