76 BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Temuan Studi Penelitian Berikut temuan studi berdasarkan sasaran penelitian untuk mencapai tujuan penelitian.: 1. Pada uraian ini menjawab sub-bab sasaran pertama yakni telah teridentifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terkait dengan preferensi komuter (yaitu sikap, persepsi, dan ketersediaan moda) untuk para pelaku komuter memilih pilihan moda akses (feeder) menuju stasiun atau halte dari komuter yang berasal dari Tangerang Selatan menuju Kota Jakarta. Hal ini dilakukan dengan metode analisis faktor dari sintesis penentuan dan verifikasi faktor yang digunakan dalam penelitian. Dan faktor hasil yang didapat dari analisa faktor adalah teradapat 4 indikator preferensi yang mempengaruhi kecenderungan pelaku komuter memilih kendaraan pribadi sepeda motor atau mobil sebagai moda akses (feeder) menuju stasiun atau halte terdekat. 4 indikator tersebut yaitu indikator “ketika menggunakan kendaraan pribadi (mobil atau motor) lebih aman karena terhindar dari tindakan pelecehan khususnya bagi perempuan”, indikator “ketika menggunakan kendaraan pribadi (mobil atau motor) lebih aman karena terhindar dari tindakan kriminal seperti pencopetan”, indikator “ketika menggunakan kendaraan pribadi (mobil atau motor) lebih nyaman karena dapat melakukan perjalanan kemanapun secara fleksibel dan mobilitas tinggi”, dan indikator “ketika menggunakan kendaraan pribadi (mobil atau motor) lebih nyaman karena terhindar dari sopir transportasi umum (bus atau angkutan kota) yang kerap ugal-ugalan atau melanggar lalu lintas” dengan dijelaskan oleh 2 faktor komponen yaitu persepsi fleksibel terhadap mobilitas dan keamanan terhadap pengendara dan persepsi kenyamanan prasarana moda dan keterjangkauan tarif parkir. • Dari hasil indikator tersebut dapat ditemukan bahwa faktor-faktor yang dapat berpengaruh terkait dengan preferensi komuter (yaitu sikap, persepsi, dan ketersediaan moda) untuk para pelaku komuter 77 memilih pilihan moda akses (feeder) adalah memilih kendaraan pribadi mobil dan sepeda motor untuk menuju stasiun atau halte dari komuter yang berasal dari Tangerang Selatan menuju Kota DKI Jakarta. 2. Pada uraian ini menjawab sub-bab sasaran kedua yakni telah teridentifikasi karakteristik pergerakan para pelaku komuter memilih pilihan moda akses (feeder) menuju stasiun atau halte dari komuter yang berasal dari Tangerang Selatan menuju Kota Jakarta dengan metode analisa statistik deskriptif yang dilakukan dengan mengelompokan data yang telah terkumpul sesuai dengan pertanyaan yang telah diajukan dalam kuesioner dan menyajikan dalam bentuk tabel dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Dengan hasil statistik deskriptif data pada Tabel 5- 2 menunjukkan bahwa beberapa variabel yang memiliki variansi data yang paling tinggi ditunjukkan dengan nilai standar deviasi yang cenderung besar yaitu variabel biaya baik itu biaya perjalanan pada moda alternatif preferensi dan moda eksisting. Hal ini dikarenakan variabel tersebut merupakan variabel yang bersifat continues. Selain itu, terdapat variabel yang memiliki standar deviasi 0.1 yaitu pekerjaan lainnya (Job Others) artinya Dokter Gigi dan Pegawai BUMN dan pilihan moda utama lainnya (Main Mode Others) artinya terdapat responden yang memilih ojek online sebagai moda utama, hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki variasi data yang tidak signifikan dan memiliki tingkat variasi rendah. 3. Pada uraian ini menjawab sub-bab sasaran ketiga yakni telah mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda akses (feeder) terhadap pemilihan moda transportasi umum dan kendaraan pribadi dari perjalanan komuter masyarakat yang menuju stasiun atau halte, dapat dijelaskan sebgai berikut: • Berdasarkan hasil pemodelan yang telah dilakukan menggunakan aplikasi Biogeme dengan bahasa pemograman Python, model yang dinilai paling baik dan digunakan dalam penelitian ini adalah multinomial logit. Adapun faktor-faktor layanan yang berpengaruh terhadap pemilihan moda perjalanan akses pada model ini adalah 78 waktu perjalanan, biaya perjalanan, waktu tunggu (headway), umur, pendidikan terakhir, pendapatan, jenias pekerjaan, tujuan perjalanan, penggunaan pilihan moda utama eksisting (sepeda motor pribadi, mobil pribadi, MRT, KRL Commuter Line, Bus Transjakarta dan Bus Transjabodetabek) dan atribut alternatif. • Seperti masih terdapat pilihan moda utama kendaraan pribadi mobil yang sangat signifikan dari hasil analisa model logit multinomial dengan klasifikasi parameter alternatif spesifik pada Tabel 5-5, maka dari itu interpretasi yang dihasilkan adalah pelaku perjalanan komuter masih cukup dominan menggunakan kendaraan mobil pribadi, sehingga moda alternatif yang ditawarkan berdasarkan atribut SC belum dapat mempengaruhi pelaku perjalanan untuk memilih transportasi umum sebagai moda akses (feeder) untuk menuju stasiun atau halte terdekat kemudian menggunakan transportasi umum sebagai moda utama perjalanan. Beberapa atribut SC yang ditawarkan sebagai alternatif pilihan kemudian dihitung dalam model masih terdapat hasil yang signifikan para pelaku perjalanan komuter memilih kendaraan pribadi (sepeda motor, mobil) sebagai moda akses (feeder) perjalanan menuju stasiun atau halte terdekat maupun sebagai pilihan moda utama perjalanan menuju tujuan akhir perjalanan. Terlihat pada Tabel 5-5, pelaku perjalan komuter masih sangat signifikan dimana nilai confidence interval masih diatas 95% (t-test ≥±1.96) adalah pilihan kendaraan pribadi yaitu mobil dan sepeda motor. Permasalahan yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil dari kuesioner berdasarkan beberapa faktor dapat ditemukan sebagai berikut: 4. Tingkat pendapatan: Faktor tingkat pendapatan yang terjadi di lapangan berbanding lurus dengan teori yang disebutkan dalam Ben-Akiva dan Lerman, (1985) dalam Tamin (2008), bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka semakin besar peluang orang tersebut memilih moda akses 79 transportasi kendaraan pribadi. Hipotesa dapat diterima dan sesuai dengan kondisi nyata yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil survei kuesioner. 5. Faktor waktu tempuh perjalanan: Bagi sebagian besar orang yang melakukan perjalanan, moda transportasi pribadi dinilai membutuhkan waktu perjalanan yang lebih sedikit dari pada moda transportasi publik. Meskipun faktor waktu tempuh perjalanan menurut responden dapat mempengaruhi mereka dalam melakukan pemilihan moda akses (feeder), tetapi moda transportasi kendaraan pribadi dari segi waktu tempuh perjalanan masih dinilai lebih baik dari pada moda transportasi publik. 6. Faktor ketersediaan moda transportasi publik: Meskipun bagi sebagian masyarakat merasakan bahwa disekitar tempat tinggalnya sudah terdapat moda transportasi public untuk perjalanan moda akses (feeder), tetapi masih terdapat masyarakat merasakan masih belum tersedia moda transportasi publik ditempat tinggalnya dan masih kurang yakin mengenai ketersediaan moda akses transportasi publik disekitar tempat tinggalnya. Sedangkan responden jika dihadapkan pada suatu kondisi tertentu (c.q tersedia moda transportasi publik), masih terdapat sebagian besar lebih dari separuhnya responden yang masih enggan untuk beralih ke moda transportasi publik, sedangkan sisanya sudah bersedia untuk beralih moda untuk menggunakan transportasi publik. 6.2 Kesimpulan Penelitian Setelah dilakukan analisis dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Dalam memodelkan pemilihan moda perjalanan akses (feeder) di Kota Tangerang Selatan, model yang paling baik digunakan adalah multinomial logit model. Adjusted rho square yang dihasilkan sebesar 19% yang berarti bahwa variabel yang ada mampu menjelaskan model pemilihan moda akses di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 19%. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini, penggunaan moda alternatif transportasi umum seperti angkutan kota kota dan bus pengumpan 80 sebagai moda preferensi masih rendah dimana pemilihan preferensi moda alternatif masih didominasi oleh kendaraan pribadi yang meliputi mobil pribadi dan sepeda motor pribadi. Oleh karena itu, model ini dapat digunakan sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan pengembangan angkutan umum di Kota Tangerang Selatan dengan melihat variabel yang menjadi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan moda perjalanan. Faktor yang dapat menjadi fokus terkait moda transportasi adalah skenario perubahan biaya perjalanan dimana peluang pemilihan moda alternatif bus pengumpan dan angkutan kota sangat elastis dibandingkan moda alternatif lain sehingga masih terdapat potensi permintaan moda alternatif bus pengumpan sebagai moda akses perjalanan. Hal ini dapat menjadi dasar dalam penyusunan kebijakan transportasi di Kota Tangerang Selatan untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Studi ini memberikan kontribusi terkait penggunaan metode pemodelan yang lebih mudah dan efisien yang dapat menjelaskan model permintaan. Studi ini mengkombinasikan metode stated dan revealed preference yang menangkap preferensi responden terhadap moda transportasi aktual (angkutan kota, ojek online, mobil pribadi, dan sepeda motor pribadi) dan moda transportasi yang direncanakan (Bus Pengumpan) atau berbeda dengan kondisi nyata sehingga dapat menangkap preferensi yang lebih luas di Kota Tangerang Selatan. 6.3 Rekomendasi 1. Berdasarkan pemodelan yang telah dilakukan biaya perjalanan juga merupakan salah satu faktor yang signifikan berpengaruh terhadap pemilihan moda sehingga perlu adanya intervensi terkait biaya perjalanan yang seiring dengan kualitas dan fasilitas transportasi agar dapat menarik minat masyarakat untuk menggunakan transportasi umum dimana umumnya responden mau membayar Rp 7.600 sampai Rp.10.000 untuk menghemat waktu perjalanan dalam satu kali perjalanan. 81 2. Selain biaya perjalanan, waktu tempuh perjalanan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pemilihan moda alternatif di Kota Tangerang Selatan, sehingga hal ini perlu menjadi fokus utama dalam pengembangan transportasi khususnya transportasi umum di Kota Tangerang Selatan dimana bus pengumpan merupakan moda yang paling elastis terhadap perubahan waktu. Hal ini sejalan dengan tujuan pengembangan yang ingin mengembangkan transportasi umum. Salah satu hal yang dapat dikembangkan untuk menghemat waktu tempuh perjalanan bus pengumpan adalah pengembangan jalur khusus bus pengumpan, pengadaan halte pada lokasi yang memiliki demand yang tinggi, penambahan jumlah armada yang akan berimplikasi pada frekuensi dan headway sehingga dapat tiba tepat waktu di tujuan maupun halte-halte berikutnya.