Hasil Ringkasan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teknologi STAL STAL Technology TM atau Step Temperature Acid Leach adalah teknologi pemrosesan bijih nikel laterit yang dikembangkan oleh anak bangsa untuk memproduksi nikel dan kobalt. Teknologi ini merupakan teknologi yang berbasis hidrometalurgi dengan berbagai kelebihan seperti: efisien pada penggunaan asam sulfat dan rendah biaya modal. Persen perolehan nikel dari teknologi ini mencapai 95% dengan klaim penggunaan asam sulfat sebagai agen pelindi yang lebih efisien dibandingkan dengan teknologi sejenis (STAL - Technology, 2020). Proses produksi Nikel pada teknologi STAL dan HPAL memiliki kesamaan yaitu adanya intervensi temperatur pada saat proses pelindian. Saat ini, teknologi HPAL sudah dapat menghasilkan produk nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), Mixed Sulfide Precipitate (MSP) maupun katoda nikel murni dan sulfat untuk lithium-ion batteries secara komersia. Terdapat sedikit perbedaan dalam operasi teknologi STAL dan HPAL, tekanan yang digunakan pada teknologi STAL adalah tekanan atmosfer, sedangkan HPAL menggunakan tekanan tinggi. Teknologi STAL dapat mengurangi intensitas biaya modal dikarenakan tidak membutuhkan peralatan spesial seperti titanium autoclave yang resisten terhadap perlakuan asam pada tekanan tinggi. Teknologi STAL didesain dengan sistem modular yang mengacu pada tahap pemanggangan sulfatisasi menggunakan rotary kiln sehingga dapat memproduksi nikel laterit dengan kandungan Ni sebanyak 1,3% (STAL - Technology, 2020). Skema diagram alir teknologi STAL ditunjukkan oleh Gambar II.1. 9 Gambar II.1 Skema diagram alir proses STAL(STAL - Technology, 2020). PT HMI mengembangkan teknologi STAL berdasarkan prinsip pelindian asam sulfatisasi – pemanggangan – pelarutan dengan air. a. Tahap Sulfatisasi Bijih nikel laterit bereaksi dengan asam sulfat pekat pada suhu kamar dan tidak membutuhkan temperatur tinggi dikarenakan reaksi sulfatisasi terjadi secara eksotermik. Mineral dominan bijih nikel yang membentuk senyawa sulfat adalah goetit dengan membentuk Fe₂(SO₄)₃, sedangkan mineral lainnya tetap dalam bentuk oksida. b. Tahap Pemanggangan Tahap pemanggangan bertujuan untuk membentuk senyawa logam sulfat yang mudah larut dalam air. Logam yang akan membentuk senyawa sulfat dari tahap pemanggangan diantaranya adalah Ni, Mn, Co, dan Mg. Besi (III) sulfat yang terbentuk dari tahap sulfatisasi bereaksi dengan logam oksida dan terkonversi menjadi hematit sesuai dengan Reaksi II.1 berikut: Fe2(SO4)3(s) + 3NiO(s) o3NiSO4 + Fe2O3(s) (II.1) 10 c. Tahap Pelarutan dengan air Senyawa logam sulfat yang terbentuk dari tahap pemanggangan kemudian dilarutkan di dalam air (leaching process), senyawa yang terlarut akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan MHP. Senyawa hematit dan kuarsa serta mineral lain yang tidak terlarut disebut dengan sisa hasil pengolahan proses STAL.